Go to media page Available in: English   Bahasa  

Wahai Mukmin! Selidiki Dulu Tuduhan yang

Ada sebelum Mengambil Tindakan

Mawlana Syekh Hisyam Kabbani

21 Februari 2012 Lefke, Siprus

A`uudzu billahi min asy-Syaythani ‘r-rajiim. Bismillahi ‘r-Rahmaani ‘r-Rahiim. Kalimataani khafiifataani `ala ’l-lisaani tsaqiilataani fi ’l-miizan subhaanallah wa bi-hamdihi subhaanallahi ’l-`azhiim astaghfirullah.

Dengan izin Syekh Muhammad, saya akan berbicara beberapa patah kata. Nabi (s) menyebutkan dua kalimat ini, “Subhaanallah wa bi-hamdihi subhaanallahi ’l-`azhiim astaghfirullah,” dan jika kalian meletakannya di Mizan, kalimat-kalimat itu akan lebih berat daripada semua dosa yang dilakukan oleh manusia! Ada empat frasa di dalam kitab suci Al-Qur’an; jangan sampai kehilangan mereka, bacalah mereka seratus kali setiap hari: “Subhaanallah w ’alhamdulillah, wa laa ilaaha illa-Llah, w’Allahu Akbar, wa laa hawla wa laa quwatta illa billahi 'l-`Aliyyu 'l-`Azhiim,” karena Nabi (s) bersabda, “Barangsiapa yang membacanya, ia akan masuk Surga.”

Saya membuka dengan ini untuk mengatakan bahwa setiap orang mempunyai dosa, dan satu-satunya yang ma`suum, bersih dari dosa, adalah para anbiyaa, dan Sayyidina Muhammad (s). Para awliyaullah tidak ma`suum tetapi mereka adalah mahfuuziin, dilindungi agar tidak jatuh ke dalam dosa atau kesalahan, dan bahkan jika mereka berdosa, mereka adalah orang-orang yang dilindungi oleh Allah karena mereka selalu mengingat-Nya dan mereka akan diampuni oleh Allah (swt). Sebagaimana Syekh `Adnan mengatakan minggu lalu, kita harus bersama dan kita harus selalu satu tangan, dan itu juga merupakan pesan yang jelas bagi setiap orang agar bersama dan bersatu, sebagaimana Allah (swt) berfirman di dalam Kitab Suci Al-Qur’an:

وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُواْ

W `atasimuu bi hablillaahi jamiyy`an wa laa tafaraquu.

Berpegang teguhlah pada tali Allah dan jangan bercerai-berai. (Surat Aali-`Imraan, 3:103)

Tetapi Dia (swt) juga berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

Yaa ayyuhal-ladziina aamanuu in ja’akum faasiqun bi naba'in fa-tabayyinuu an tusiibuu qawman bi-jahaalatin fatusbihuu `alaa maa fa`ltum naadimiin.

Wahai orang-orang yang beriman! Jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (al-Hujurat, 49:6)

Wahai Mukminin! Jika seseorang datang dengan tuduhan palsu, jangan terjebak di dalamnya, karena kalian akan menyesal nantinya. Jadi agar tidak terjatuh (ke dalam dosa itu) kitab suci al-Qur’an memerintahkan kita untuk mengecek. Jangan mengatakan, “Orang ini mengatakan hal itu sehingga aku percaya padanya.” Allah (swt) melarang hal itu di dalam kitab suci al-Qur’an dan berfirman agar tidak berkonspirasi atau bergunjing.

وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ

Wa laa tajasassuu wa laa yaghtab b`adakum b`adan ayyuhibbu ahadukum an yaakulu lahma aakhiihi maytan fa-karihtumuuh.

Dan janganlah mencari-cari keburukan orang lain dan janganlah menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kalian yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka, tentulah kamu merasa jijik terhadapnya. (al-Hujurat, 49:12)

Apakah kalian menginginkan ada seseorang yang memakan bangkai saudaranya? Apakah kalian ingin memakan bangkai? Kalian akan merasa jijik dengan diri kalian sendiri dan menjadi menjijikan dalam pandangan Allah! Nasihat ini adalah untuk saya, untuk kalian, dan jika kalian mau, itu untuk setiap orang, agar selalu tahu, bahwa jika sesuatu terjadi, pertama kita harus mengecek dan menyelidiki dan temukan kebenarannya, barulah kita membuat suatu keputusan; kalian tidak bisa membuat suatu keputusan jika kalian tidak mengecek kebenarannya! Dan saya meminta setiap orang, mari kita mengecek diri kita sendiri, seperti petugas pajak yang mengaudit kalian, pertama marilah kita audit diri kita sendiri.

Suatu saat Mawlana berkata kepada saya, beliau sedang berkhalwat selama enam bulan dan Grandsyekh memintanya untuk menghitung berapa karakteristik buruk yang ada. Nabi (s) mengatakan bahwa ada 800 karakteristik buruk dan 500 kewajiban... Mawlana berkata kepada saya, “Aku ingin tahu bagaimana menghitung sebanyak itu, sekarang aku dapat menghitung sekitar lima puluh, tetapi bagaimana aku dapat menghitung sampai 800? Tetapi di dalam khalwat aku menghitung hingga 187.” Ada karakterisitik buruk di dalam diri kita semua, tetapi kita harus berhati-hati agar mereka tidak bertambah dan kita harus berusaha untuk mengaudit diri kita dan meminta ampun pada malam hari.

Jadi, pesan saya adalah bahwa Allah (swt) mengaruniai syekh kita dengan daya dan kekuatan untuk mengatahui segala sesuatu, karena Nabi (s) bersabda, u’thiitu jawaami al-kalimi “Aku mempunyai seluruh Qur’an di dalam kalbuku” dan `uluumu ‘l-awwaliina wa ‘l-aakhiriin, “Allah memberiku ilmu awal dan akhir.” Dan ketika saya memberi kalian ayat dari kitab suci Al-Qur’an, kalian akan terpana. Barangkali kalian telah membacanya setiap hari tetapi tanpa memahaminya:

إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِينًا لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنبِكَ

Inna fatahna laka fathan mubiina. Li-yaghfira lakaLlahu maa taqaddama min dzanbika.

Sesungguhnya, Kami telah memberimu kemenangan yang nyata. Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang. (al-Fath, 48:1-2)

Nabi (s) meminta untuk diberikan lebih banyak dan lebih banyak lagi, dan Allah (swt) berfirman, “Yaa Muhammad! Kami telah memberimu pembukaan yang besar, kami telah melapangkan dadamu!” Kemudian pada ayat berikutnya, Dia berfirman, li-yaghfira lakaLlahu maa taqaddama min dzanbika wa maa ta-akhkhara,“Supaya Allah mengampuni dosa-dosamu yang terdahulu dan yang akan datang.” Bagaimana ini bisa terjadi? Jika kalian ingin memikirkannya secara harfiah, ini berkontradiksi dengan ayat pertama. Bagaimana Allah (swt) berfirman di dalam Qur’an, “Yaa Muhammad, setelah Aku lapangkan dadamu dan memberimu apa yang tidak Kuberikan kepada orang lain, Aku mengampunimu dari dosa-dosa terdahulu dan dosa-dosa yang akan datang.”? Nabi (s) tidak mempunyai dosa, karena beliau adalah ma`suum!

Awliyaullah mewarisi rahasia itu, yang artinya, “Allah (swt) mengampuni setiap orang dari umatmu, wahai Muhammad, karena engkau membawa seluruh umat, setiap orang!” Itu termasuk orang-orang yang muncul sebelum Muhammad (s) sejak masa Nabi Adam (a), dan siapa pun yang muncul setelah Muhammad (s). “Aku akan memberikan mereka semua kebebasan dari Api Neraka karena syafaatmu!” Ini merupakan sebuah diskusi yang panjang yang dapat berlangsung selama berjam-jam, masuk ke dalam ahadiits dan beberapa ayat yang berbeda di dalam kitab suci al-Qur’an; namun demikian, Saya akan menyebutkan secara singkat tentang Surat asy-Syarh, yang kalian baca setiap hari Kamis.

Allah (swt) berfirman:

أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ وَوَضَعْنَا عَنكَ وِزْرَكَ الَّذِي أَنقَضَ ظَهْرَكَ وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ

Alam nasyrah laka shadrak, wa wadha`ana anka wizrak, alladzii anqadha zhahrak, wa rafa`na laka dzikrak.

(Wahai Muhammad!) Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu, dan Kami telah menghilangkan darimu bebanmu yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutanmu? (Surat asy-Syarh, 94:1-4)

Wa rafa`na laka dzikrak, “Kami tinggikan bagimu (begitu) tinggi (sehingga) setiap orang harus berselawat atasmu, bahkan para malaikat di Surga!” Wa wadha`ana anka wizrak, alladzii anqada dzahrak, “dan Kami telah menghilangkan darimu bebanmu yang memberatkan punggungmu,” yang artinya, “Kami menghilangkan semua dosa yang membuatmu khawatir mengenai umatmu setiap hari.”

Awliyaullah mewarisi rahasia-rahasia ini dan setiap saat mereka terbebani karena mereka menanggung para pengikut mereka--baik dan buruk, setengah pengikut, pengikut yang pendosa--di punggung mereka. Itulah sebabnya Allah (swt) menempatkan para awliya di dalam khalwat, di dalam situasi yang merupakan proses pembersihan, tetapi ini bukan untuk mereka, karena mereka sudah bersih! Mereka mewarisi dari Nabi (s), tetapi mereka menanggung kita.

أَلا إِنَّ أَوْلِيَاء اللّهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ

Alaa inna awliyaaullaahi laa khawfun `alayhim wa laa hum yahzanuun.

Ingatlah! Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. (Surat al-Yunus, 10:62)

Karena mereka menanggung kita, kita harus mengambil keuntungan dari apa yang mereka lakukan untuk kita dan memegangnya bersama seperti satu tangan.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Yaa ayyuha ’n-naasu innaa khalaqnaakum min dzakarin wa untsaa waj a`alnakum syu`uuban wa qabaaila lita`arafuu inna akramakum `inda Allaahi atqaakum inna Allaaha `aliimun khabiiru.

Wahai manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang taqwa di antara kamu dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (al-Hujuraat, 49:13)

Di sini kita semua berasal dari suku-suku yang berbeda-beda. Orang yang paling taqwa (dekat) adalah yang terbaik.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Yaa ayyuha ’n-naasu innaa khalaqnaakum min dzakarin wa untsaa waj a`alnakum syu`uuban wa qabaaila lita`arafuu inna akramakum `inda Allaahi atqaakum inna Allaaha `aliimun khabiiru.

Wahai manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang taqwa di antara kamu dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Al-Hujurat, 49:13)

Kalian mengatakan bahwa, “Kita semua berdoa untuk Mawlana Syekh,” tetapi Wahhabi juga melakukan salat lima waktu, jadi apa perbedaannya antara Ahlu ‘l-Sunnah dan Wahhabi ketika keduanya salat, keduanya puasa, keduanya mengumandangkan adzaan. Apa bedanya? Perbedaannya adalah `aqaaid, akidah mereka. Kalian pikir apa yang kalian lakukan benar, tetapi mungkin saja tidak, jadi auditlah diri kalian dan jangan melemparkan kata-kata dengan sembarangan, tetapi pastikan kalian tahu bahwa ada orang-orang di sekitar kalian yang mengaudit kalian.

Mereka bertanya, “Apakah Mawlana mengetahui segala hal?” Mereka berkata, “Ya.” Kemudian mereka berkata, “Jika beliau melihat apa saja, mengapa beliau tidak mengekspos orang yang melakukan sesuatu yang tidak dapat diterima?” Orang-orang dapat menanyakan hal ini, tetapi saya bisa bertanya, apakah Nabi (s) mengetahui segala hal? Tentu saja! Mengapa beliau melakukan salat menghadap Masjid al-Aqsa selama delapan belas bulan, di mana sebelumnya beliau salat menghadap Mekah, kemudian beliau menghadapkan wajahnya menuju al-Aqsa di Jerusalem? Karena beliau mengetahui segala hal!

وَلَن تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءهُم بَعْدَ الَّذِي جَاءكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللّهِ مِن وَلِيٍّ وَلاَ نَصِيرٍ

Walan tardhaa `ank al-yahuudu wa laa ‘n-nashaaraa hattaa tattabi`a millatahum qul inna huda ’Llaahi huwa ‘l-hudaa wa layni ’t-taba`ta ahwaahum ba`da alladzii jaa’aka mina al-`ilmi maa laka min ’Llaahi min waliyyin wa laa nashiir.

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar).” Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (Al-Baqarah, 2:120)

Beliau salat menghadap Masjid al-Aqsa, tetapi Allah memerintahkan padanya, “Cukup, yaa Muhammad! Mereka tidak akan mengikutimu.”

Mengapa beliau (s) mengambil seorang pemandu dari Mekah ke Madinah selama hijrah? Mengapa beliau mengambil seorang pemandu ketika Mi`raaj, ke al-Aqsa? Beliau mengambil pemandu dari Surga, Jibriil (a), untuk memandunya ke al-Aqsa. Beliau (s) mengatakan kepada kita, “Jagalah pemandumu.” Kalian senantiasa perlu dibimbing menuju kebenaran. Syekh ingin agar kalian mengetahui kesalahan kalian sendiri, beliau tidak akan mengungkapnya. Bukankah Nabi (s) mengetahui bahwa pamannya menggali parit yang besar dan kemudian mengundang Nabi (s) untuk makan agar beliau (s) jatuh ke dalam parit itu? Ya, beliau tahu. ..

Jangan sampai kalian terjatuh ke dalam parit awliya karena itu akan menjadi sulit untuk menariknya keluar! Mawlana sering kali mengatakan, ketika kalian mendekati sultan, kalian mendekati api, jadi jangan terlalu banyak mendekat, karena kalian akan berada di bawah api!

Seperti yang kami katakan di awal, bukankah orang-orang Wahhabi melakukan salat? Ya, dan mungkin saja salat mereka lebih baik daripada salat kita, dengan tafakur dan meditasi. Tetapi Grandsyekh bertanya suatu kali di dalam khalwatnya di diwan awliya, “Yaa Rasuulullah, mengapa engkau membiarkan mereka?” Nabi (s) bersabda, “Mereka adalah yang terbaik di masa (sekarang), untuk membuat masa jahiliah datang dengan cepat,” karena Sayyidina Mahdi (a) tidak akan datang sampai kebodohan/jahiliah memenuhi dunia! Jadi kita memerlukan mereka sekarang. Waspadalahl! Jika syekh memerlukan kalian sekarang, mungkin nanti beliau akan meninggalkan kalian ketika kebenaran datang.

Tidak ada orang di seluruh dunia yang menyukai Wahhabi, tetapi Nabi (s) membiarkan mereka di masjidnya tiga atau empat meter darinya. Mereka begitu dekat, tetapi ada sesuatu yang telah dipersiapkan bagi mereka! Jadi kita tidak boleh terjatuh ke dalam jebakan pertanyaan ini, “Apakah Syekh mengetahui segala hal?” Mengapa (menanyakan ini)? Beliau mengetahui segalanya, tetapi beliau membiarkan hal itu (untuk mengambil waktu mereka) dan beliau mengeceknya.

Mengapa Allah (swt) mengizinkan Iblis masuk ke dalam Surga? Ketika Dia meminta Iblis untuk melakukan sujud kepada Adam (a), apa yang terjadi? Iblis tidak mau bersujud, tetapi Allah membiarkannya di sana, dan Dia mengetahui keberadaannya akan menjadi buruk, jadi meskipun Iblis terkutuk, tetap saja Allah (swt) membiarkannya berada di Surga! Dia mengutuknya dan memberikan kesempatan di Surga! Ia datang sebagai seekor ular untuk menipu Adam (s), dengan mengatakan, “Aku mencintaimu, engkau adalah temanku! Ayo, makanlah dari pohon ini dan engkau akan hidup selamanya.” Ia membuatnya makan, karena Allah (swt) menguji Adam (a), apakah ia akan bersabar atau tidak, atau apakah ia akan mendengar Iblis atau Allah?

Bukankah Allah (swt) mengetahui bahwa Namrud akan membakar Sayyidina Ibrahiim (a)? Allah (swt) berfirman, “Tangkap dia, masukkan ke dalam api untuk mengujinya.” Apa yang terjadi? Dia mengutus Jibriil (a) kepada Ibrahiim (a) pada akhirnya, dan Jibriil bertanya, “Apakah engkau memerlukan sesuatu?” Ibrahiim (a) berkata, “Aku tidak memerlukanmu karena Allah mengetahui apa yang kuperlukan.” Kemudian Allah membuat api menjadi “bardan wa salaaman,”sejuk dan damai bagi Sayyidina Ibrahiim (a).

Jadi jangan berpikir bahwa karena kalian sangat dekat dengan awliya sehingga kalian mempunyai level yang tinggi, padahal sebenarnya kalian mungkin berada di level terendah!

Nabi (s) bersabda,

رب اشعث اغبر لو اقسم على الله لأبره

Rubba asy`ats aghbara law aqsama `ala Allaahi la-abbarah.

Mungkin ada orang yang lusuh, berdebu yang apabila ia bersumpah demi Allah, Allah akan mengabulkannya. (Muslim)

Nabi (s) bersabda, “Mungkin saja, sesungguhnya, sudah pasti, bahwa seorang yang berambut ikal, terlihat menjijikan, berminyak, berdebu, dan kotor, ketika ia meminta sesuatu pada Allah, Allah akan mengabulkannya.” Allah (swt) melihat pada kalbu, bukannya pada sanjungan orang-orang yang mengelus-elusnya. Mungkin saja kalian masih jauh.

Ada seorang wali besar yang berkata, “Ketika aku meninggal dunia, sebelum kalian menguburkan aku, ambil turbanku dan lemparkan ke udara, lalu orang yang kepalanya dihinggapi turbanku akan menjadi khalifahku.” Mereka melemparkannya dan turban itu berputar-putar, kemudian mendarat di kepala seseorang yang membersihkan sepatu. Para cendikiawan besar itu berpikir bahwa mungkin telah terjadi kesalahan, sehingga mereka melemparkannya lagi, dan turban itu kembali berputar-putar dan mendarat di tempat yang sama. Jangan berpikir bahwa orang yang dekat adalah orang yang akan dipromosikan, tidak, mereka mungkin akan diasingkan! Begitu banyak presiden dan pemimpin dunia membawa satu orang dan kemudian pada akhirnya mereka menendangnya.

Wahai orang-orang yang beriman! Wahai Muslim! in ja’akum faasiqun bi naba'in fa-tabayyinuu an tusiibuu qawman bi-jahaalatin fatusbihuu `alaa maa fa`ltum naadimiin, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, jangan dipercaya sampai kalian memeriksanya dengan teliti! (49:6)

Saya memaafkan orang-orang dari kalbu saya yang paling dalam, dan saya meminta setiap orang untuk memaafkan saya, kecuali mereka yang menciptakan (fitnah) dan tuduhan yang salah dari beberapa orang (muriid), dan orang-orang ini akan dipukuli tanpa alasan. Banyak di antara kalian yang tahu bahwa orang itu yang telah dipukul dengan tongkat baseball di tangan dan kakinya, dan ia tidak melakukan apa-apa dan para hari berikutnya, ia dibebaskan. Untuk apa (mengapa ia dituduh dengan tuduhan palsu)? Untuk apa?!!

Berhati-hatilah, karena kita berada di dalam hadirat Mawlana Syekh! Saya tidak akan memaafkan orang-orang itu, bahkan jika mereka datang dan meminta maaf. Semoga Allah (swt) mengampuni kita. Tetapi saya masih merasa buruk, dan saya katakan semoga Allah mengampuni mereka juga dan semoga Allah mengampuni semua orang, dan semoga Allah membimbing setiap orang ke arah yang benar.

(Doa)

Fatihah.

Dan Abu Hurayra (r) berkata:

Sebelum Hari Kiamat tiba, akan ada tahun-tahun penuh dengan khuda`a, konspirasi, di mana Muslim berkonspirasi melawan Muslim lainnya, dan para pemimpin berkonspirasi menentang pemimpin lainnya (presiden dan raja-raja), dan orang yang mengatakan kebenaran diekspos seolah-olah ia tidak mengatakan kebenaran, tetapi orang-orang percaya bahwa si pembohong adalah orang yang baik.

http://www.sufilive.com/rnd.cfm?m=4148

© Copyright 2012 Sufilive. This transcript is protected by international copyright law.

Please attribute Sufilive when sharing it. JazakAllahu khayr.

UA-984942-2