Jumu`ah Khutbah
Ayyuha 'l-muminuun al-haadiruun ittaqullah wa athii`uuh inna Allah ma` alladziina 'ttaqaw w 'alladziina hum muhsinuun. wa qaala Allahu ta`alaa yasiin wa 'l-qurani 'l-hakiim. wa qaala wa 'n-najm idzaa hawaa maa dalla saahibakum wa ghawaa in huwa illa wahyun yuuhaa `allamahu syadiidu'l-qiwwa. wa qaala an-nabiy (s) innamal-`amaalu bi 'n-niyyaat. wa inamaa li-kulli 'mrin maa nawaa.
Wahai para pengikut Nabi (s)! Wahai para Ahlu ’l-Bayt Nabi (s)! Wahai para Sahabat! Kita harus selalu mengingat kemuliaan Nabi (s)! Nabi (s) bersabda, "Aku tidak meminta apa pun dari kalian, kecuali agar kalian berbaik hati terhadap keluargaku." Baik hati kepada keluarga Nabi (s) merupakan suatu kewajiban bagi setiap Muslim dan Muslimah. Kepada Ahlu ’l-Bayt kita harus memberi kehormatan tertinggi jika kita mencintai Nabi (s). Dan begitu pula, mereka para pewaris Nabi (s), mereka adalah para awliya, mereka mempunyai hati yang terbuka, sebagaimana yang digambarkan dalam Kitab Suci al-Qur'an:
أَلا إِنَّ أَوْلِيَاء اللّهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ
alaa inna awliyaaullahi laa khawfun `alayhim wa laa hum yahzanuun.
Ingatlah! Sesungguhnya para awliyaullah, tidak ada rasa takut pada diri mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. (al-Anbiyaa, 10:62)
Awliyaaullah tidak takut terhadap apa pun dan mereka pun tidak bersedih hati. Nabi (s) bersama mereka, para Sahabat bersama mereka dan awliya bersama mereka. Para pewaris Nabi (s) itu akan bersama dengan Mahdi (a) dan menyampaikan apa yang ada di tangan mereka kepada Mahdi (a)!
Kita berada di masjid milik Sultan al-Awliya, Mawlana Syekh Nazim `Adil al-Haqqani (q). Sebagaimana yang beliau katakan (pada hari Rabu), babak pertama telah selesai dan babak kedua telah datang. Kita bersyukur kepada Allah (swt) bahwa Dia menganugerahi kita kehidupan, untuk berjumpa dengan babak kedua dalam kehidupan kita!
Wahai Mukmin di seluruh dunia! Ini adalah waktunya untuk bangkit, untuk bersiap-siap terhadap apa yang akan datang. Mungkin akan datang pesan-pesan baru, tafsir atau metode baru yang dapat dibukakan kapan saja oleh para awliya. Persiapkan hati kalian! Persiapkan koneksi kalian! Pastikan agar sambungan kalian juga siap! Berhati-hatilah dalam setiap saat kehidupan kalian; lakukan tafakur, sebagaimana yang dikatakan oleh Sayyidina Muhammad (s):
تفكر ساعة أفضل من عبادة سبعين سنة
tafakkaru sa`atin khayrun min `ibaadati saba`een sannah.
Bertafakur (kontemplasi) selama satu jam lebih baik daripada 70 tahun beribadah.
Kehidupan manusia adalah 70 tahun, dan kalian melakukan salat, puasa, memberi zakat dan pergi haji dalam kurun waktu 70 tahun itu, tetapi Nabi (s) bersabda bahwa berpikir (bertafakur) dan kontemplasi lebih baik dari 70 tahun beribadah. Mari kita lihat hati kita, mari kita gunakan pikiran kita, mari kita pikirkan apa yang kita lakukan!
Ketika Sayyidina Ibrahim (a) dilemparkan ke dalam api Namrud, apa yang beliau katakan? Hasbii Allahu wa ni`mal-wakiil, hasbii Allahu wa ni`mal-wakiil, hasbii Allahu wa ni`mal-wakiil, kemudian pertolongan Allah (swt) datang padanya. Apakah kita mengucapkan, hasbii Allahu wa ni`mal-wakiil, pada setiap tiran, kullu man tajjabar wa takabar. Kita mempunyai tempat di dalam hati kita di mana Setan dapat masuk dan kita harus mengucapkan, hasbii Allahu wa ni`mal-wakiil, karena kita tidak tahu apa yang akan datang, atau apa yang tiba-tiba datang. Dan itulah yang datang ke dalam hati Mawlana Syekh dari hati Nabi (s)! Itulah sebabnya beliau berkata bahwa kita telah memasuki babak yang baru. Kita berdoa agar kita dimasukkan ke dalam babak yang baru itu dan kita memohon agar Allah (swt) memberikan kesehatan, rahmat dan dukungan kepada Syekh kita!
Dan marilah kita ingat apa yang dikatakan oleh Sayyidina `Ali (r):
رأيت ربي بعين قلبي
فقلت لا شك أنت أنت
Ra’āitu rabbī bi ‘aini qalbī
Fa-qultu la syakka anta anta
Aku melihat Tuhanku dengan mata hatiku
Aku berkata, tidak diragukan, itu adalah Engkau! Itu Engkau!
أنت الذي حزت كل أين
بحيث لا أين ثَمّ أنت
Anta-ladzī hizta kula aynin
Bi haytsu lā ayna tsamma anta
Engkaulah yang mencakup semua "di mana"
sehingga tidak ada "di mana", kecuali ada Engkau di sana
فليس للأين منك أين
فيعلم الأين أين أنت
Fa laysa li ’l-ayni minka aynun
Fa y‘alamu al-aynu ayna anta
“Di mana” tidak mempunyai "di mana" bila dihubungkan dengan-Mu
karena "di mana" adalah untuk mengetahui Engkau di mana
وليس للوهم فيك وهم
فيعلم الوهم أين أنت
Wa laysa li ‘l-wahmi fīka wahmun
Fa y‘alamul wahmu ayna anta
Dan tidak ada imajinasi, yang dapat membayangkan Engkau
karena imajinasi adalah untuk mengetahui Engkau di mana
أحطت علما بكل شيء
فكل شيء اراه أنت
Ahath-that ‘ilman bi kulli syayin
Fa kullu syayin arāhu anta
Ilmu Engkau mencakup segalanya
sehingga apa pun yang kulihat, aku melihat-Mu
وفي فنائي فنا فنائي
وفي فنائي وجدت أنت
Wa fī fanā’ī fanā fanā’ī
Wa fī fanā’ī wajadtu anta
dan dalam fanaku, yaitu fana dari fanaku
dan dalam fanaku, aku menemukan-Mu
Lihatlah pada balaagha, keelokan bicaranya. Itulah ketika Mawlana Syekh bicara, beliau memberi dari hatinya apa yang perlu kita pelajari! wa laysa lak al-ayn... "Kita tidak tahu di mana "di mana", karena Engkau berada di sana."
Awliya mewarisi dari Nabi (s) untuk melihat Tuhan mereka. Itulah sebabnya Sultan kita mengatakan kemarin, "Kita tanggalkan semuanya dan kita tidak ingin disebut apa-apa! Kita ingin disebut Rabbaniyuun, karena Allah ada di mana-mana dan Dia Maha mengetahui segalanya."
وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ
wa nahnu aqrabu ilayhi min habli 'l-wariid.
Kami lebih dekat kepadamu daripada urat nadimu. (Qaf, 50:16)
Semoga Allah memberi umur yang panjang dan dukungan kepada Sultan al-Awliya, istaghfirullah, shalluu `alayhi wa sallimuu tasliimah. Allahuma ayyid hadza ad-diin bi muayyad ad-diin. Ya Allah! Berikanlah dukungan kepada agama ini dengan 'Pendukung Agama' (Sultan al-Awliya, Mawlana Syekh) dan kepada keluarganya dan para pendukung serta pengikutnya!
Amiin.