Go to media page Available in: English   Bahasa  

Tugas Kita adalah Menghormati Semua Orang

Mawlana Syekh Hisyam Kabbani

9 Maret 2011 Washington DC Area

A`uudzu billah min asy-Syaythani 'r-rajiim Bismillahi 'r-Rahmani 'r-Rahiim.

Allahuma shalli `ala Sayyidina Muhammad (s), hatta yardha Sayyidina Muhammad (s)!

Allah Allah, Allah Allah, Allah Allah, `AziizAllah!

Allah Allah, Allah Allah, Allah Allah, SubhaanAllah!

Allah Allah, Allah Allah, Allah Allah, SulthaanAllah!

انَزِّلَ النَّاسَ مَنَازِلَهُم

anzila 'n-naasu manaazilahum.

Hormatilah orang sebagaimana mestinya.

(Diriwayatkan oleh Muslim tanpa sanad di dalam pengantar kitab Sahihnya. Sakhawi berkata di dalam al-Jawahir wa al-durar bahwa ini adalah hadis hasan, dan al-Hakim berkata bahwa itu adalah sahih di dalam Ma`rifat `Ulum al-Hadits dan ia mengatakan bahwa Ibn Khuzayma meriwayatkannya.)

Nabi (s) bersabda, “Berikan setiap orang haknya.” Itu artinya menghormati orang sesuai dengan level mereka, artinya, bukan di dunia, melainkan di akhirat, berikan mereka apa yang pantas mereka dapatkan dan jangan melihat orang dari satu sudut pandang saja, jangan. Orang berbeda satu sama lain, jadi berikan kehormatan kepada mereka berdasarkan level mereka—ketulusan mereka, kesalehan dan kerendahan hatinya. Itu juga berarti di samping hal-hal tersebut, termasuk orang-orang di masyarakat yang selalu melakukan yang terbaik untuk Islam, dan bahkan mereka yang melakukan yang terbaik bagi kehidupan normal mereka, menolong orang lain, walaupun mereka non-Muslim, kalian harus memberikan kehormatan pada mereka sebagaimana mestinya. (...)

Berikut ini adalah sebuah contoh penghormatan yang diberikan oleh Nabi (s) kepada orang lain. Suatu ketika beliau sedang duduk kemudian datang seorang pemimpin suatu kabilah, dan banyak anggota kabilahnya yang mengunjungi Nabi (s). Segera setelah pemimpin itu datang, Nabi (s) menyampaikan sebuah hadis yang sangat terkenal, qumuu li-sayyidikum, “Berdirilah untuk pemimpinmu (atau tuanmu),” itu berimplikasi untuk berdiri bagi guru kalian, ayah kalian, atau ibu kalian. Itu artinya memberi hormat; dan itu adalah penting. Jadi para Sahabat berdiri untuk pemimpin tersebut sebagai tanda penghormatan. Sekarang orang mengatakan bahwa kalian melakukan syirik jika kalian berdiri untuk seseorang, dan saya melihat ketika ada orang tua yang datang, beberapa orang tetap duduk dan mereka berjabat tangan atau memberi salam sambil duduk. Dalam tradisi kita, kerendahan hati dan sikap hormat adalah penting karena Nabi (s) menghormati setiap orang, jadi tugas kita adalah menghormati setiap orang.

Sayyidina Bayazid al-Bistami (q) berkata, “Aku menghormati yang muda karena ia mempunyai dosa lebih sedikit daripada aku dan aku menghormati orang yang lebih tua karena ia beribadah lebih banyak daripada aku.” Dalam kedua kasus itu, beliau menjadikan dirinya sendiri sebagai target. Itu artinya, “Jika aku tidak menghormati orang yang lebih muda, berarti aku membuat kesalahan karena ia mempunyai dosa lebih sedikit, jadi ia lebih baik daripada aku, dan aku menghormati yang lebih tua karena ia telah melakukan ibadah lebih banyak daripada aku.” Itu artinya jangan beri alasan apapun bagi diri kalian untuk memuji diri sendiri!

فَلَا تُزَكُّوا أَنفُسَكُمْ

fa laa tuzakuu anfusakum.

Janganlah mengatakan bahwa dirimu suci. (53:32)

Kalian tidak mengetahui siapa yang disukai oleh Allah (swt) dan siapa yang akan diberi hidayah di masa yang akan datang, jadi hormatilah semua orang, Muslim dan non-Muslim. Di pertengahan tahun 1990-an, kita mempunyai pusat kegiatan di Kalifornia Utara untuk zikir, qasidah, shuhbat, dan seni bela diri, dan kebanyakan para mualaf datang ke sana. Kalian tidak tahu siapa yang akan diberikan hidayah oleh Allah (swt). Seseorang datang, dan saya telah menceritakan kisah ini sebelumnya, untuk menunjukkan agar kalian jangan terlalu cepat mengeluarkan opini mengenai seseorang karena mungkin saja mereka lebih baik daripada kalian dari sudut pandang Allah. Jika Allah ingin memasukkan setiap orang ke Surga, dapatkah seseorang bertanya, “mengapa?” Jika Allah ingin mengirimkan semua orang ke Neraka, dapatkah seseorang bertanya, “mengapa?”

Suatu ketika Sayyidina Abu Bakr (r) sedang menangis dan Nabi (s) bertanya, “Yaa Abu Bakr! Mengapa engkau menangis?” Sudah lama beliau menghilang dari rumahnya dan orang-orang mencarinya, kemudian Nabi (s) menemukan beliau sedang duduk di Ka`bah, dan menangis.

Nabi (s) bertanya, “Mengapa engkau menangis?” Abu Bakr (r) berkata, "Yaa Rasuulullah! Engkau pernah berkata, ‘Ya Allah! Jangan tinggalkan aku pada egoku walau hanya sekejap mata.’ Wahai Nabi Allah! Jika engkau mengatakan hal ini, lalu bagaimana dengan kami? Itulah sebabnya mengapa aku menangis.” Nabi (s) bersabda, “Yaa Abu Bakr! Allah menyebutkan dirimu di dalam kitab suci Al- Qur’an sebagai shaahib, sahabatku. Engkau berada di dalam gua dan Dia menyebutmu sebagai ash- 'shiddiq.'"

إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لاَ تَحْزَنْ إِنَّ اللّهَ مَعَنَا

idz yaquulu li-shaahibihi laa tahzan inna Allaha ma`ana,

Dan ia berkata kepada sahabatnya, “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita.” (Tawbah, 9:40)

Sayyidina Abu Bakr (r) berkata, “Wahai Nabi Allah! Jika besok Allah berfirman, ‘Aku menjadikanmu shiddiq, tetapi sekarang Aku mencabutnya darimu,’ siapa yang dapat mengatakan tidak?”

Jadi kalian tidak dapat menilai atau menghakimi karena Allah akan memberi dan Dia akan mencabut atau mengambil, tetapi dengan Kemurahan Allah, Dia memberi tetapi tidak menariknya kembali. Kami mempunyai tempat untuk zikir di Kalifornia dan pada suatu Sabtu, datang seseorang yang sangat tua, berusia sekitar 90 tahun. Saya duduk di lantai, melakukan zikir dan memberi shuhbat, tetapi ia tidak bisa duduk di lantai sehingga mereka mempersilakannya duduk di sebuah kursi. Setelah kami selesai, mereka memperkenalkannya sebagai seorang yang beragama Kristen, yang mendengar tentang majelis zikir ini dan ia tertarik dengan spiritualitas. Kami bersalaman dan ia sangat gembira. Minggu berikutnya ia datang lagi dan minggu-minggu berikutnya juga, hingga empat minggu dan kemudian ia berkata, “Aku ingin mengucapkan syahadah.” Barangkali usianya adalah 95 tahun dan ia bertanya bagaimana caranya bersyahadat. Jadi ia mengucapkan syahadat dan ia ingin mengetahui tentang Islam. Beberapa minggu berikutnya ia tidak datang, sehingga kami mengutus seseorang untuk mencari tahu tentang keadaannya, dan ternyata ia telah meninggal dunia. Sekarang apa yang akan kalian katakan mengenai orang itu jika kalian melihatnya sebelum ia menjadi Muslim? Pernahkan kalian menilainya, kalian akan mengatakan bahwa ia akan masuk Neraka; itulah sebabnya jangan menilai seseorang. Ketika ia menjadi Muslim pada usia 95 tahun, Allah (swt) memberinya hidayat dan menganugerahinya suatu kesempatan. Jadi apa yang terjadi?

الإسلام يجب ما قبله

al-Islam yajib ma qablahaa.

Islam menghapus semua yang ada sebelumnya.

Ketika seorang non-Muslim menerima Islam, segala sesuatunya dimaafkan. Sudah tentu orang tua yang berusia 95 tahun itu masuk Surga. Dan apa bedanya antara menjadi Muslim dan non-Muslim? Bedanya adalah satu kalimat: asy-hadu an laa ilaaha illa-Llah wa asy-hadu anna Muhammadan Rasuulullah. Itulah perbedaannya. Ketika kalian mengucapkan, “laa ilaaha illa-Llah Muhammadan Rasuulullah,” itulah yang membedakan antara kalian dengan non-Muslim. Kewajiban-kewajiban (sebagai Muslim) adalah soal lain, tetapi jika kalian mengucapkan, “laa ilaaha illa-Llah Muhammadan Rasuulullah”, berarti kalian adalah Muslim, dan tak seorang pun yang dapat mengatakan bahwa kalian bukan Muslim, walaupun kalian tidak salat dan puasa. Kalian akan ditanya mengenai kewajiban-kewajiban tersebut, tetapi tidak ada yang dapat mengatakan bahwa kalian bukan Muslim. Itulah sebabnya tidak benar untuk menilai atau menghakimi orang lain. Allah (swt) akan menilai kalian dan memberi kalian kesulitan di Hari Perhitungan. Jika Allah memasukkan setiap orang ke Surga, bergembiralah, karena paling tidak kalian akan menjadi salah satu di antara mereka. Jangan menilai hamba Allah, atau Allah akan menilai segala hal di dalam kehidupan kalian!

Grandshyekh 'Abdullah al-Fa'iz ad-Daghestani (q) menceritakan kisah ini yang terjadi di sebuah kota bernama Gunekoy, yang kini dikenal sebagai Yalova, sekitar tiga jam dari Istanbul, di mana ada seorang Imam Salat Jumat. Ia adalah seorang yang sangat dihormati dan setiap Jumat ia selalu memberikan khotbah, yang selalu nadziiran, sulit, dari sudut pandang yang ekstrim, dan bukannya basyiiran, meninggalkan jalan kasih sayang.

Sayangnya, sekarang umat Muslim dan para pemimpinnya bertentangan satu sama lain: rakyat menentang pemimpin mereka dan para pemimpin menentang rakyatnya. Apakah pemimpinnya seorang penindas atau orang-orang ingin membangun agendanya sendiri. Sekarang umat Muslim telah mendirikan begitu banyak partai politik.

Allah (swt) berfirman:

wa hazama al-ahzaba wahda.

Dia menghancurkan partai-partai seorang Diri! (Dia kalahkan musuh-musuh-Nya seorang Diri)

“Dialah yang akan menghancurkan semua partai ini.” Hanya ada satu partai: laa ilaaha illa-Llah Muhammadan Rasuulullah! Apakah kalian menerima? Allahu Akbar! Tetapi sayangnya, kita menjadi banyak partai. Ada dua ekstrim di antara umat Muslim sekarang: mengikuti kebijakan liberal seperti membuat segalanya diterima, atau menjadi begitu ketat, sehingga mereka membuat segala sesuatu dilarang. Tidak ada jalan tengah bagi mereka.

Nabi (s) bersabda:

nahnu ummatu wasata.

Kita adalah umat di pertengahan.

Dalam istilah sekarang, ini artinya pandangan umat Muslim tidak cenderung ke kiri atau ke kanan. Tetapi sekarang kita melihat pandangan yang sangat ekstrim! Hanya sedikit yang berada di garis tengah.

Jadi imam itu, seperti kebanyakan imam di seluruh dunia… dan satu hal dengan imam ini adalah bahwa ia adalah seorang yang saleh, tulus, tetapi ia selalu memarahi orang.

Allah (swt), sebagaimana yang dikatakan oleh Nabi (s) di dalam Hadis Qudsi, hadis yang diturunkan dari Allah (swt):

إن رحمتي سبقت غضبي

Sabaqat rahmatii `ala ghadabii.

Rahmat-Ku melampaui Kemurkaan-Ku.

Allah (swt) mengatakan kepada kita, “Beradalah di jalan tengah.” Rahmat atau kasih sayang ada di jalan tengah, oleh sebab itu, jika kalian tidak berada di tengah, berarti kalian tidak penuh kasih sayang. Lawan dari penuh kasih sayang adalah menjadi penindas. Janganlah bersikap seperti penindas! Sekarang anak-anak sudah bersikap seperti penindas terhadap orang tuanya, dan suami istri bertengkar satu sama lain. Itu bukanlah kehidupan yang moderat. Jika kalian mengikuti jalan yang moderat, jalan tengah, kalian akan selamat. Itulah sebabnya kalian harus mendengar dan jangan membuka mulut kalian; dengan demikian kalian dapat menyelamatkan rumah tangga kalian dari masalah. Orang-orang suka berdebat: suami dengan istri, istri dengan suami, anak-anak dengan ibu, ibu dengan anak-anak, anak-anak dengan ayah, ayah dengan anak. Nabi (s) mengajarkan kita untuk bersabar.

Allah (swt) mempunyai Sembilan Puluh Sembilan Nama-Nama yang Indah dan Atribut-Nya, tetapi apakah Nama yang terakhir dari kesembilan puluh sembilan Nama tersebut? Ash-Shabuur, “Kesabaran Mutlak,” Yang kesabarannya tidak pernah berakhir. Allah mengatakan kepada kalian, “Wahai hamba-Ku! Aku adalah Yang Mempunyai kesabaran yang tak pernah berakhir, jadilah bagian dari kesabaran itu dengan bersabar kepada yang lain.” Tetapi kita tidak sabar!

Imam Jumat tadi selalu memberi peringatan kepada orang-orang mengenai hukuman dan kemurkaan. Allah (swt) berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا

Ya ayyuha an-nabiyyu inna arsalnaaka syaahidan wa mubasysyiran wa nadziira

Wahai Nabi! Sesungguhnya Kami telah mengutusmu sebagai seorang Saksi, Pembawa Kabar Gembira, dan Pemberi Peringatan. (Al-Ahzab, 33:45)

Itu artinya satu-satunya yang dapat memberi peringatan kepada manusia adalah Nabi (s) (dan nabi-nabi lainnya); bukan kita yang dapat memberi peringatan kepada orang lain. Memangnya kalian siapa mau memberi peringatan kepada mereka? Peringatkan diri kalian sendiri, peringatkan ego kalian! Apakah menurut kalian, kalian lebih tinggi dari yang lainnya? Apakah kalian memberi peringatan kepada istri kalian? (ya, sering). Grandsyekh `AbdAllah al-Fa`iz ad-Daghestani (q) mengisahkan, jadi jangan pikir bahwa perhitungan ini tidak benar, karena apa yang awliyaullah lihat, kalian tidak bisa melihatnya dan apa yang awliyaullah pahami, kalian tidak dapat memahaminya. Ketika mereka mengatakan sesuatu, itu adalah karena mereka sungguh menyaksikannya. Grandsyekh berkata, “Suatu Jumat, imam itu mulai memberikan khotbah, memberikan peringatan begitu keras, sehingga orang-orang gemetar! Memberi peringatan kepada mereka adalah mudah baginya karena ia adalah imam bagi desa itu dan ia mengetahui kesalahan apa yang orang perbuat. Jadi, ia membaca hadis sesuai dengan kesalahan mereka dan orang menjadi tegang karena tidak ada satu pun yang dapat mengklaim bahwa mereka tidak melakukan dosa. Al-`aynu taznii, wa ’l-anfu yaznii, wa ’l-uzhun taznii, wa ’l-famu yaznii, wa ’l-yadu taznii, wa ’r-rijlu taznii, “Mata membuat zina, hidung membuat zina, telinga membuat zina, mulut membuat zina, tangan membuat zina, kaki membuat zina,” dalam kapasitas mereka. Ketika kalian melihat sesuatu yang dilarang oleh Allah, itu adalah dosa. Berapa banyak hal terlarang yang kalian lihat dalam perjalanan pulang ke rumah, pria atau wanita, dan kalian tetap berusaha untuk melihatnya?

Nabi (s) bersabda, “Pandangan pertama adalah untukmu tetapi pandangan kedua menentangmu.” Itu artinya jika kalian melihat sesuatu yang haram dan mengucapkan “astaghfirullah,” itu tidak dihitung sebagai dosa, tetapi pandangan kedua ya, jadi mereka memberi jalan keluar bagi kalian. Nabi (s) bersabda bahwa mata akan melihat pada hal-hal yang haram dan itu adalah dosa, dan bahkan mencium wangi yang harum juga bisa menjadi dosa! Kadang-kadang kalian berpapasan dengan seseorang yang wanginya sangat harum dan berkata, “Wanginya harum sekali.” Itu juga dosa. Sekarang perusahaan parfum membuat parfum yang bergerak dengan hembusan angin, membuat setiap orang jatuh ke dalam perangkap Setan! Ribuan parfum mereka jual, semuanya di jalan Setan, namun kita tidak menyadarinya.

Setiap saat, segera setelah kalian membuka mulut kalian, ia membuat dosa. Itulah sebabnya Sayyidina `Ali (r) berkata, “Diamlah, jangan buka mulutmu, jangan bicara.” Apakah kalian menghormati Sayyidina Abu Bakr ash-Shiddiq (r)? Apakah kalian memujinya atau tidak? Beliau adalah khalifah pertama dari Nabi (s), dan yang tertinggi. Beliau meletakkan sebuah kerikil di mulutnya selama tujuh tahun untuk membuatnya tidak bicara; sangat sulit untuk membuka mulutnya karena jika kerikil itu masuk ke antara giginya, itu akan membuat patah giginya. Jadi Sayyidina Jibril (a) berkata kepada Nabi (s), “Cukup! Katakan kepada Abu Bakr Shiddiq bahwa Allah memberinya gelar 'Shiddiq,' jadi tidak perlu lagi untuk meletakkan batu itu di mulutnya.” Apa yang dapat kita lakukan, bicara atau tidak? Itu adalah perjuangan antara kebaikan dan kebatilan karena kita adalah campuran antara kebaikan dan kebatilan.

Allah (swt) berfirman:

فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا

Fa alhamahaa fujuurahaa wa taqwaahaa.

Dia menginspirasikan kepada jiwa itu kefasikan dan ketakwaannya. (Asy-Syams, 91:8)

Imam itu memberi peringatan dan orang-orang menjadi takut, jadi semua orang kembali ke rumahnya dan dini hari sebelum Subuh ia mengumandangkan adzan untuk membangunkan orang dan mengajaknya untuk Qiyaam al-Layl. Setiap orang berkumpul di masjid dan wajah imam ditutupi dengan sebuah burqah dan kalian hanya bisa melihat matanya saja. (...) Imam itu lalu naik ke atas mimbar dan berkata, “Sepanjang hidupku aku telah berkata bahwa Allah akan menghukum kalian, Allah akan mengirimkan gempa bumi, Api Neraka dan penderitaan pada kalian,’ dan sekarang aku katakan bahwa Allah adalah Maha Penyayang dan Dia akan memasukkan kalian ke dalam Surga!” Ia berubah 180 derajat. “Malam ini aku melihat di dalam mimpi,” dan ini adalah hadis Nabi (s), yang menyebutkan hal yang sama yang muncul di dalam kisah ini, “Aku melihat Hari Perhitungan dan Aku mendengar sebuah suara memanggilku untuk diadili, berkata, ‘Wahai hamba-Ku! Apakah engkau ingin Aku mengadilimu menurut amalmu atau menurut Rahmat-Ku?’ Di dalam hatiku terlintas bahwa sepanjang hidupku aku adalah orang yang saleh yang hanya pergi dari rumah ke masjid dan kemudian kembali ke rumah, dan aku tidak melakukan suatu kesalahan. Jadi aku berkata, ‘Wahai Tuhanku! Adili aku berdasarkan amalku.’” Sekarang banyak orang berkata kepada diri mereka sendiri, “Aku melakukan dakwah.” Lakukan dulu dakwah kepada diri kalian sendiri, dan jangan puji diri kalian atau kalian akan berakhir seperti imam ini.

“Jadi para malaikat datang dan meletakkan amalku di Mizan, dan sisi timbangan itu bergerak jauh ke bawah sementara sisi sebelahnya kosong. Kemudian ada sebuah suara yang mengatakan, ‘Wahai malaikat! Letakkan salah satu matanya di sisi lainnya.’ Lalu mereka mengambil satu mata dan meletakkannya di sisi lainnya. Dengan segera timbangan mata itu lebih berat dari seluruh amalku! Suara itu berkata, “Masukkan ia ke dalam Neraka, selesai!” Dan mereka membawaku ke Neraka dan apinya menghampiriku dan pada saat itu aku melihat Nabi (s) berkata, “Wahai Tuhanku! Berikan orang itu kepadaku.”

Ada sebuah hadis bahwa di Hari Perhitungan, Allah akan mengirimkan sebagian orang untuk diberi hukuman, tetapi karena selawat mereka terhadap Nabi (s), mereka akan selamat! Jadi ia diselamatkan dan dikeluarkan dari Neraka, tetapi Neraka itu telah membakar wajahnya, janggutnya, alis matanya, dan semua rambut di kepalanya. Awliyaaullah mengetahui fakta-fakta ini. Siapa yang dapat melihat hal itu? Itu adalah sebuah keajaiban bagi setiap orang! Ketika Allah ingin memberi contoh, seperti tadi, seorang yang berusia 95 tahun yang mengucapkan syahadat kemudian meninggal dunia, imam itu juga merupakan contoh untuk memperlihatkan kepada semua orang mengenai rahmat Allah! Kota itu sangat suci karena tiga awliya besar pernah hidup di sana, yaitu: Syekh Abu Muhammad al-Madani (q), Syekh `AbdAllah al-Faiz ad-Daghestani (q), dan Abu Ahmad as-Sughuri (q).

Orang-orang melihat bahwa rambut imam benar-benar habis, dan itulah sebabnya ia memakai burqah ke masjid pada dini hari itu. Pelajaran di sini adalah bahwa tugas kita bukanlah untuk menghakimi orang, tetapi tugas kita adalah menghormati setiap orang dan berdoa untuk setiap orang, karena siapa yang bertanggung jawab mengenai rahmat? Sekarang di Timur Tengah orang-orang banyak yang dibunuh; siapa yang bertanggung jawab atas mereka? Nabi (s) bersabda jika seorang wali atau raja atau presiden, atau penguasa apapun adalah seorang penindas, jika kalian tidak bisa mengubahnya, berdoalah kepada Allah (swt) untuk mengubah hatinya menjadi cinta damai, dan tidak menciptakan kebingungan, kegelapan dan pertumpahan darah. Siapa yang akan bertanggung jawab atas ribuan orang yang tewas, termasuk yang hilang di Libya, Tunisia, Yaman, Bahrain sekarang, juga Maroko dan Jordan. Ini merupakan Tanda-Tanda Hari Kiamat, di mana Nabi (s) bersabda,

ستكون فتن كقطع الليل المظلم

Satakunuu fitanan kaqitha`ti 'l-layli 'l-muzhlim

Akan ada gejolak seperti sepotong malam yang gelap.

Itu artinya kebingungan yang besar, ketika orang yang dibunuh tidak tahu mengapa ia dibunuh. Pada saat itu, orang yang berdiri lebih baik daripada yang berjalan dan orang yang duduk lebih baik daripada yang berdiri, dan lebih baik untuk duduk di rumah dan tidak keluar. Nasihat itu adalah untuk seluruh dunia. Ketika Massih al-Dajjal akan muncul, sebagaimana yang dikatakan oleh Nabi (s) mengenai Tanda-Tanda Hari Kiamat, “Akan ada fitnah di seluruh dunia kecuali di tiga tempat: Mekah, Madinah dan Syam.” Anti Kristus tidak bisa memasuki ketiga tempat ini, tidak pula di Syam (Damaskus), karena Sayyidina `Isa (a) akan turun di sana di menara putih yang disebutkan dalam hadis autentik, di mana Mahdi (a) akan menanti untuknya.

Akan ada seorang Anti Kristus, tetapi secara spiritual terlalu banyak (“Anti Kristus”) yang menaklukkan dunia ini dan menyebarkan kebingungan di mana-mana. Krisis ekonomi adalah salah satu Tandanya dan banyak lagi, gempa bumi, gunung meletus dan tsunami lebih sering terjadi dan lebih dahsyat. Banyak sekali perubahan geografis, pemanasan global. Nabi (s) bersabda bahwa tempat yang dingin akan menjadi hangat, dan sekarang kita telah melihatnya. Jangan menghitung abad, hitunglah tahun. Itu bisa terjadi esok atau keesokan harinya. Jika Allah (swt) ingin mengguncangkan Bumi, dapatkah seseorang bertanya kepada-Nya, “Apa yang Kau lakukan?” Berapa kali gempa bumi terjadi?

Allah (swt) berfirman di dalam Kitab Suci Al-Qur’an:

إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَاوَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا وَقَالَ الْإِنسَانُ مَا لَهَايَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا

idza zulzilat al-ardhu zilzalahaa, wa akhrajatul ardhu atsqalahaa wa qaala al-insaanu maa lahaa yawmaidzin tuhadditsu akhbaarahaa bianna rabbaka awhaa lahaa.

Ketika Bumi digoncangkan dengan goncangan (yang sebesar-besarnya) dan Bumi mengeluarkan beban-beban beratnya (dari dalam) dan manusia menangis (dengan perasaan tertekan), bertanya, “Ada apa dengannya?” Pada Hari itu Bumi menceritakan beritanya karena sesungguhnya Tuhan-Mu telah menginspirasikannya. (99:1-4)

Kita berharap untuk dapat bertemu dengan Sayyidina al-Mahdi (a) dan Sayyidina 'Isa (a), dan bukan bertemu yang lain. Kita berdoa kepada Allah untuk membuat Bumi tetap penuh kedamaian, tetapi sayangnya—awliyaullah berusaha memandu orang-orang yang dapat mereka sanggupi, tetapi karena kita telah sampai pada akhir dari dunia ini, mereka tidak diberi otoritas seperti sebelumnya, dulu seorang wali di suatu kota dapat mengubah sepenuhnya dari kufur menjadi beriman. Di abad ke-20 itu telah dihentikan, karena ketika Sayyidina Jibril (a) bertanya kepada Nabi (s) mengenai Islam, beliau mengatakan tentang lima rukun (Islam) dan mengenai Iman, beliau mengatakan tentang enam rukun (Iman), dan mengenai Ihsan, beliau berkata, “Satu rukun, yaitu agama.” Dan Jibril bertanya, “Katakan kepadaku mengenai Hari Kiamat,” dan Nabi (s) bersabda, al-sail `alam min al masu'l, “Orang yang bertanya lebih tahu daripada yang ditanya.” Dan ia bertanya, “Apa tanda-tandanya?” Nabi (s) bersabda, “Akan ada orang-orang Badui yang tidak memakai alas kaki berlomba-lomba dalam membangun gedung-gedung tinggi,” dan itulah yang kita saksikan di negara-negara Teluk dan negeri-negeri padang pasir lainnya. Dan beliau berkata, yakthur al-jahl, “Ilmu akan diangkat dan kebodohan merajalela.” Dan para Sahabat bertanya, “Apakah ilmu akan diangkat dengan mencabut al-Qur’an?” dan beliau berkata, “Tidak, para ulama akan meninggal dunia dan tidak ada lagi yang menggantikannya.” Di masa lalu para ulama dapat mengendalikan ego, tetapi ulama sekarang tidak dapat mengendalikan egonya karena menjadi seorang ulama telah menjadi profesi. Itu artinya ilmu yang diberikan oleh Nabi (s) kepada umat akan disalahpahami dan berubah, yakthur al-jahl, dengan demikian kebodohan akan merajalela.

Nabi (s) adalah Muhammad al-Amin, “yang dapat dipercaya,” beliau adalah satu-satunya yang dapat dipercaya oleh Allah (swt), yang paling dapat dipercaya, jadi bila beliau mengatakan sesuatu, itu adalah 100% benar. Beliau mengatakan, yakthur al-jahl, “terlalu banyak kebodohan atau ketidakpedulian” akan memenuhi bumi. Beliau telah memprediksinya 1400 tahun yang lalu dan mempercayakan umat dengan hal itu. Mereka mengubahnya, dan akan ada terlalu banyak perbedaan di antara umat, terlalu banyak ketidakpedulian mengenai Islam. Besok kalian akan melihat sebuah dengar pendapat di Kongres Amerika mengenai radikalisasi Islam, karena ada banyak sekali pengelompokan. Nabi (s) telah memprediksi hal itu, beliau tidak meninggalkan sesuatu tanpa penjelasan. “Berlomba-lomba dalam membangun gedung tinggi,” mereka kini melakukannya. “Radikasilisasi” artinya ketika mereka memecah belah Islam menjadi terlalu banyak opini yang berbeda, mereka menjadi begitu ekstrim. Jadi barat tidak melihat pada sisi yang baik, melainkan sisi buruknya. Satu apel yang buruk di sebuah keranjang akan menghancurkan yang lain. Lihatlah pada kebesaran Nabi (s)! Kepala dari dengar pendapat itu adalah Rep. Peter King. Namanya memberikan pemahaman tentang betapa Nabi (s) dapat melihat dari 1400 tahun yang lalu, bahwa seseorang yang namanya “King;” itu artinya ia mewakili seorang raja. Jika kalian mengatakan, “Raja akan bicara besok” dengan segera itu akan memberi perspektif yang berbeda pada kalian.

Nabi (s) bersabda, para ulama akan meninggal dunia dan tidak ada penggantinya. Ulama-ulama sekarang tidak mempunyai sesuatu yang berharga untuk dikatakan, sehingga semua orang mengoreksi kita; bukannya ulama-ulama kontemporer menuduh media bersifat “Islamophobia.” Islamophobia ada di dalam rumah kita sendiri; perbaiki dulu akidah Islamiyah, jangan memecah-belah Muslim! Kalian memecah-belah seluruh umat Islam dan sekarang kalian datang bicara mengenai ini dan itu, menentang Islam. Tidak, kalian sendiri—umat Muslim, yang memberi nama buruk pada Islam dan kalian tidak bisa menghentikan kebodohan dan ketidakpedulian yang muncul sebagaimana yang dikatakan oleh Nabi (s). Bahkan jika kalian mendirikan ratusan masjid di seluruh dunia, itu tidak akan menghentikannya! Nabi (s) adalah ash-Shadiq, “orang yang jujur,” al-Masduq, “yang menegaskan atau mengukuhkan kebenaran.” Apapun yang beliau katakan pasti akan terjadi! Beliau berkata, “Umatku akan terbagi menjadi lebih dari tujuh puluh bagian.” Beliau tahu apa yang beliau katakan. Ada berapa kelompok kita sekarang? Kebingungan memenuhi Bumi. Apapun komite dan organisasi dan yayasan yang kalian bentuk, situasinya hanya akan bertambah buruk, sebagaimana Nabi (s) bersabda,

‏يملأ الأرض قسطا وعدلا كما ملئت ظلما وجورا

yakhruju waladin min awalaadii yamla al-ardh qisthan wa `adlan kama muliyat zhulman wa juuran.

Salah satu dari cucuku akan datang dan mengisi Bumi dengan kebaikan dan keadilan.

Jadi (pada saat itu) tidak akan ada keluhan dari orang-orang.

Hingga saat itu Bumi akan dipenuhi dengan kezaliman; zhulman wa juura artinya seseorang menyalahkan kalian atas sesuatu padahal kalian tidak mempunyai hubungannya dengannya. Dan itulah yang terjadi sekarang: mayoritas Muslim disalahkan atas apa yang dilakukan oleh kelompok minoritas, dan tetap saja organisasi-organisasi ini menyalahkan “Islamophobia.” Lihatlah rumah kalian sendiri! Mereka mengatakan “integrasikan” dengan kehidupan Amerika, itu bisa saja, tetapi pertama umat Muslim harus berintegrasi satu sama lain. Jika satu pergi dari satu masjid ke masjid yang lain, mereka saling berdebat, mereka membangun satu masjid untuk bangsa Mesir, satu untuk Pakistan, dan seterusnya.

Semoga Allah (swt) menyelamatkan orang-orang yang beriman dan menyelamatkan Islam dari pembicaraan orang-orang tak beriman, Muslim yang lalai, yang tidak mengetahui tentang Islam! Muslim disatukan bersama di bawah panji: Laa ilaha illa-Llah Muhammadun Rasuulullah.

Semoga Allah (swt) memberkati kita dan semoga Allah (swt) mengampuni kita tanpa melihat apa yang kita lakukan. Pada hari Sabtu minggu lalu, saya mengatakan bahwa Allah akan memanggil satu orang pada Hari Perhitungan, kemudian kesembilan puluh sembilan buku catatan amalnya akan dibuka, dan Allah memerintahkan malaikat untuk membuka apa dilakukan oleh semasa hidupnya, dan setiap buku catatan amal itu lebih besar dari jarak timur ke barat, min asy-syarq ila ’l-gharb direkam oleh para malaikat. Mereka meletakannya di Mizan, dan dosa-dosanya begitu berat sehingga itu membuat satu sisi Mizan menjadi turun! Orang itu akan gemetar, tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Allah. Kemudian secarik kertas kecil dengan tulisan “laa ilaha illa-Llah Muhammadun Rasuulullah” akan diletakkan di sisi lain dari Mizan. Orang itu pernah membacanya sekali di dalam hidupnya, “laa ilaha illa-Llah Muhammadun Rasuulullah” dan itu akan membuat sisi Mizan itu menjadi lebih berat daripada semua dosanya dan ia akan diselamatkan dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga! Jadi kalian dapat mengucapkan, “laa ilaha illa-Llah” ratusan kali, tetapi jika kalian tidak mengucapkan, “Muhammadun Rasuulullah” itu belum cukup. Jika kalian mengucapkannya, sudah cukup untuk membuat kalian masuk ke Surga.

Jadi di Hari Perhitungan, Allah (swt) memanggil hamba-Nya dan melihat pada Timbangan amal hamba-Nya dan Dia tahu bahwa hamba itu pernah mengucapkan, “laa ilaha illa-Llah” tetapi amal itu tidak ada di sana. Bagaimana ia bisa berada di sana sementara Nabi (s) bersabda bahwa barang siapa yang mengucapkan, “subhaanAllah, alhamdulillah” akan memenuhi Mizan? Jika “subhaanAllah, alhamdulillah” memenuhi Mizan, maka “laa ilaha illa-Llah” lebih besar daripada Mizan yang lebih besar daripada Bumi dan Langit, jadi Allah akan menilai hamba-hamba-Nya dengan sebuah Mizan yang lebih besar daripada Langit dan Bumi! Oleh sebab itu jika kalian mengucapkan, “subhaanAllah, alhamdulillah,” itu akan memenuhi Mizan yang lebih besar daripada Langit dan Bumi. Jadi bagaimana dengan, “laa ilaha illa-Llah?” Ucapkanlah, “la ilaha illa-Llah Muhammadun Rasuulullah!”

Wa min Allahi 't-tawfiiq, bi hurmati 'l-habiib, bi hurmati 'l-Fatihah.

[doa]

UA-984942-2