Khotbah Jumat di Masjid As-Siddiq
(Sebelum Mawlana dan rombongan berangkat Haji)
Wahai Muslim, wahai Mukmin! Allah (swt) menciptakan kita dengan kehormatan dan membusanai kita dengan kehormatan surgawi dan Dia menyempurnakan kita. Dia berfirman,
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ
wa laqad karamna Bani Adam.
Kami telah muliakan anak-anak Adam. (al-'Israa, 17:70)
Dia memuliakan kita melebihi semua makhluk dan Dia memuliakan sebagian di antaranya dengan menjadikan mereka sebagai bagian dari ummat an-Nabi (s). Itulah sebabnya Dia berfirman di dalam kitab suci al-Qur’an:
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِِ
Kuntum khayra ummatin ukhrijat li ‘n-naasi tamuruuna bi ‘l-m`aruufi watanhawna `ani al-munkari watu’minuuna bil-Laah.
Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar. (`Aali Imraan, 3:110)
Sekarang kita berada di musim Haji dan dari kemuliaan Allah, Dia memuliakan kita untuk melakukan Haji paling tidak sekali seumur hidup, dan tidak hanya sekali bagi mereka yang mampu, baik dari kondisi kesehatannya maupun secara finansial, karena Allah tahu bahwa Haji tidaklah mudah, itu adalah perjalanan yang sulit yang akan kalian lakukan. Tetapi, subhaanAllah, dari berbagai mazhab yang berbeda, Hanafi, Maliki, Syafi`i dan Hanbali, penjelasan mereka yang berbeda tentang Haji menjadikannya begitu mudah. Mereka mengambil dari ahadits Nabi (s) di mana para Sahabat (r) bersama Sayyidina Muhammad (s) melakukan Hajjat al-Wada` dan beliau memberikan petunjuk untuk mengurangi kesulitannya.
Al-Abbas (r) mendatangi Nabi (s) dan berkata, “Yaa Rasuulullah! Aku harus memberikan air kepada orang-orang yang menunaikan Haji di Mekah, jadi apa yang harus kulakukan, karena aku tidak bisa tinggal selama tiga hari di Mina.” Nabi (s) bersabda, “Ya, engkau mempunyai alasan yang baik; lemparkanlah batu-batumu (jamrah) pada hari pertama di Mina lalu kembalilah ke Mekah, atau tinggallah di Mekah pada hari keempat Haji.” Sekelompok pengembala juga mendatangi Rasuulullah dan berkata, “Kami menjaga biri-biri untuk zabiha (kurban) bagi Ahl al-Islam untuk Haji dan kami tidak bisa pergi ke Mina.” Nabi (s) bersabda, “Ya, tinggallah di Mekah.” Ini adalah contoh bahwa Haji itu tidak sulit tetapi juga tidak mudah. Jika kalian masih muda dan kuat, kalian dapat memenuhi semua prinsip Haji, tidak hanya melakukan yang termudahnya saja.
Allah (swt) telah menganugerahkan Haji setahun sekali selama 1400 tahun, dan setiap Haji mempunyai cita rasa yang khas; tidak ada kemiripan antara Haji yang satu dengan yang lain. Tajali Asmaul Husna wal Sifat apapun yang Allah kirimkan pada Haji ini atau itu, Dia tidak mengirimkan tajali yang sama, tetapi mengirimkan tambahan bagi tajali itu pada Haji berikutnya. Jadi Haji itu seperti pelangi yang mempunyai warna-warni yang berbeda, yang akan memberikan kalian cita rasa yang berbeda jika kalian melihatnya dengan suatu kaca pembesar, kalian akan melihat lebih banyak warna yang membuat kalian bahagia. Haji juga seperti pelangi yang memperlihatkan tajali Asmaul Husna wal Sifat yang berbeda, jadi setiap tahun kalian mendapat tajali yang lebih banyak dari apa yang diberikan pada tahun sebelumnya, sejak zaman Nabi (s) hingga ke tahun di mana kalian menunaikan Haji.
Allah Maha Pemurah dan apapun yang Dia kirimkan, Dia tidak akan mengambilnya kembali dan apa yang Dia berikan sebelumnya tetap berada di sana. Sejak 1400 tahun yang lalu, pelangi tajali yang Allah kirimkan kepada orang-orang yang menunaikan Haji adalah berasal dari masa itu dan kalian menerimanya secara akumulatif dengan tajali yang ada pada tahun di mana kalian menunaikan ibadah Haji (Tajali Haji meningkat secara eksponensial). Kehadiran tahun ini akan mempunyai cita rasa yang berbeda dengan yang terjadi sebelumnya, dan karena kita bergerak menuju Tanda-Tanda Hari Kiamat, sebagaimana Nabi (s) bersabda,
القابض على دينه كالقابض على الجمر
al-qaabidhu `alaa diinihi ka’l-qaabidhu `alaa al-jamr.
Orang yang memegang teguh agamanya (di masa sekarang) seperti orang yang memegang bara yang menyala di tangannya.
Jadi, sekarang itu tidaklah mudah, untuk berangkat dari negeri-negeri ini, karena biayanya mahal dan menjadi sangat sulit, tidak seperti bila kalian berada di sana atau di dekat bandara, atau misalnya hanya perlu satu jam perjalanan ke Mekah dan Madinah. Kerumitan untuk pergi dan semakin banyak orang yang ingin menunaikan Haji, menjadikan ibadah Haji bertambah sulit. Tetapi sebagaimana Nabi (s) bersabda,
laa rahata fi ‘d-diin.
(Tidak ada) rehat/istirahat di dalam agama.
Itu artinya kalian harus selalu berjuang. Sebelum berangkat, orang-orang yang berhaji, hujjaj, memanggil semua saudara dalam keluarga mereka dan tetangga mereka dan teman-teman mereka untuk mengucapkan selamat tinggal karena orang yang pergi tidak tahu apakah ia akan kembali, apakah ia akan hidup atau meninggal di sana. Kalian meninggalkan dunia dan pergi menuju akhirat, itulah niatnya bagi setiap orang yang menunaikan Haji, itu adalah akhirat, karena itu adalah kewajiban. Ketika kalian melakukan salat kalian, itu adalah akhirat; ketika kalian melakukan kelima salat kalian, seolah-olah kalian berada di Surga, karena ketika kalian mengarahkan wajah kalian menghadap Kiblat, ke Baitullah, yang aslinya adalah di Bait al-Ma’mur (di Surga keempat, yang letaknya persis di atas Ka'abah di Bumi), jadi kalian berada di akhirat! Nabi (s) bersabda,
qurratu `aynii fi 'sh-shalaat.
Kesejukan mataku (saat terbaik, apa yang kucintai) adalah salat (karena aku berada di Hadirat Ilahi).
Meskipun kita tidak melihatnya karena kita adalah pendosa dan hamba yang lemah, tetap saja Allah (swt) akan memberikannya kepada kalian karena kalian berusaha melakukan yang terbaik untuk tidak kehilangan salat kalian, karena seorang Muslim tidak hanya salat pada hari Jumat saja, tetapi setiap hari. Setiap salat mempunyai pelangi tajali dan cita rasa khasnya masing-masing. Sayangnya, kini kita salat seperti ayam jantan (terburu-buru) tidak khusyuk, tanpa rasa dari salat itu atau tanpa perasaan. Sebagian orang memilikinya, tetapi yang lain tidak, dan kita memohon kepada Allah agar memberikan rasa itu kepada kita.
Ketika kalian pergi ke Madinat al-Munawarrah dan mengunjungi Nabi (s) dan memberikan penghormatan kalian, dan kalian meminta kepada Allah (swt) di dalam doa-doa kalian, demi Nabi (s), Allah (swt) akan mengabulkannya. Dan siapa yang berada di samping beliau--semua Sahabat dan semua awliyaullah, tetapi Sayyidina Abu Bakr (r) dan Sayyidina `Umar (r) adalah yang dimakamkan di samping Nabi (s). Apa yang dikatakan oleh Nabi (s) mengenai Sayyidina Abu Bakr (r) dan Sayyidina `Umar (r)? Saya tidak akan berbicara mengenai Sayyidina `Ali (r) sekarang karena ada 360 ayat di dalam kitab suci al-Qur’an mengenai beliau. Kita bicara mengenai topik ini sekarang. Nabi (s) bersabda, “Setiap nabi mempunyai dua orang menteri, wazir, dari penghuni (makhluk) langit dan dua orang menteri dari orang-orang di Bumi, dan menteriku dari langit adalah Jibriil (a) dan Mika'iil (a). [Itulah sebabnya bagi semua Ahl as-Sama, mereka berdua selalu berada bersama beliau secara privat, keduanya istimewa]. Sedangkan menteriku yang berasal dari Bumi adalah Sayyidina Abu Bakr dan Sayyidina `Umar.”
Jadi bagaimana menurut kalian, dapatkah seseorang yang mengunjungi Nabi (s) tetapi lupa untuk mengunjungi Sayyidina Abu Bakr (r) dan Sayyidina `Umar (r)? Tidak bisa, karena mereka berada di samping Nabi (s). Itu artinya setiap orang yang mengunjungi Madinat al-Munawwara dan Sayyidina Muhammad (s), kemudian Sayyidina Abu Bakr dan Sayyidina `Umar, akan berada bersama mereka setiap saat di dalam kehidupannya di dunia dan akhirat! Allah (swt) tidak akan menghalangi seseorang yang mendatangi gerbang Nabi (s), mendatangi gerbang Sayyidina Abu Bakr, Sayyidina `Umar, Sayyidina `Utsman, Sayyidina `Ali, dan semua Sahabat, semua anak cucu dan keluarga dan istri-istri Nabi (s), kemudian dijauhkan dari mereka, tidak, kalian akan bersama mereka di dunia dan akhirat!
Itu tidak berarti hanya dengan kedatangan kalian tahun ini (kalian mendapat keberkahan itu), sementara bagi mereka yang pergi tahun lalu atau pada tahun-tahun sebelumnya, mereka dihilangkan, tidak. Itu adalah suatu akumulasi dan penambahan berkah dari tahun-tahun yang telah lewat dengan tahun ini, dan dunia ini bergerak dengan cepat menuju perubahan surgawi untuk segera membawa kekuatan surgawi untuk mengembalikan kedamaian dan kebahagiaan di Bumi.
(Hadis) Ibn `Umar berkata, “Suatu hari Nabi (s) memasuki masjid dan di sebelah kanannya adalah Sayyidina Abu Bakr dan di sebelah kirinya adalah Sayyidina `Umar, dan beliau memegang tangannya, dan beliau (s) bersabda, ‘Seperti inilah kita akan dibangkitkan di Yaumul Hisab, bersama (yaitu Nabi (s), Sayyidina Abu Bakr dan Sayyidina `Umar).’”
Apakah menurut kalian, kalian akan ditinggalkan di belakang ketika Nabi (s) dibangkitkan bersama Sayyidina Abu Bakr (r) dan Sayyidina `Umar (r) dan bersama seluruh Sahabat (r) dan semua keluarga Nabi (s), apakah kalian akan disingkirkan padahal kalian telah menghadapi berbagai kesulitan untuk mendatanginya (s), paling tidak sekali seumur hidup kalian, untuk mencapai hadiratnya dan berdoa, apapun yang kalian inginkan, di mana tidak ada istilah “di sana” karena para malaikat membawa doa-doa kalian ke atas, dan Nabi (s) akan membawa kalian hingga ke Hadirat Ilahi.
Tahun ini tajali dari doa itu dibuka. Itulah sebabnya banyak hamba Allah yang saleh, رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْه, rijaalun shaadaquu maa `ahadullaha `alayh (33:23), “Orang-orang yang memegang janjinya dengan Allah (swt),” akan berada di dalam hadirat itu, mereka akan datang dari berbagai penjuru untuk berada di hadirat Nabi (s), meminta kepada Allah (swt) sebagaimana di dalam ayat,
وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذ ظَّلَمُواْ أَنفُسَهُمْ جَآؤُوكَ فَاسْتَغْفَرُواْ اللّهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ
walaw annahum idz zhalamuu anfusahum jaauuka fa ’staghfaruullaah wa ’staghfara lahumu ‘r-rasuul.
Jika mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah dan Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka. (an-Nisa, 4:64)
Ketika mereka menganiaya diri mereka sendiri, mereka datang kepadamu, yaa Muhammad, dan meminta ampunan Allah, Allah akan mengampuni mereka jika engkau mengampuni mereka dan engkau memintakan ampunan atas nama mereka!
Kita berdoa, yaa Sayyidii, yaa Rasuulullah! Niat kami adalah untuk pergi dan mengunjungimu, dan meminta ampun di hadiratmu, dan meminta agar bersamamu di dunia dan akhirat, untuk berada di kakimu, dan kaki Sayyidina Abu Bakr, Sayyidina `Umar, Sayyidina `Utsman, Sayyidina `Ali dan semua Sahabat (r) yang lainnya!
(Hadis) `Anas (r) berkata, “Nabi (s) bersabda, ‘Cinta kepada Abu Bakr dan `Umar adalah bagian dari iman dan orang yang membencinya akan jatuh ke dalam kategori kafir, tidak beriman.”
Jadi pastikanlah, selama kehadiran kalian di sana, di hadirat Nabi (s), berikanlah penghormatan setinggi-tingginya kepada beliau dan kepada Sayyidina Abu Bakr, Sayyidina `Umar, Sayyidina `Utsman, Sayyidina `Ali, Sayyidina Hasan dan Sayyidina Hussayn, istri-istri dan keluarga beliau, anak cucu beliau dan semua Sahabatnya (r), Ka`aba dan Mahbat al-Wahiy, Jannat al-Baqii, Safa, Marwa dan Saii, dan semua malaikat di langit dan Bumi, dan berikan hormat kepada semua nabi (a) dan orang-orang yang saleh.
Kalian harus menekan kemarahan kalian di sana, jangan marah dan jangan berdebat, bertanya, “Mengapa ini terjadi, atau tidak terjadi?” atau, “Mengapa aku harus begini, begitu?” Di sana, yang terjadi hanyalah apa yang dikehendaki Allah dan kalian akan melihat bahwa kalian tidak mempunyai iradat, hanya Kehendak Allah yang akan terjadi di sana, dan kalian akan melihat bahwa apapun yang Dia tuliskan bagi kalian, itu akan terjadi, jadi jangan berdebat! Jagalah salat kalian, dan jagalah mulut kalian hanya untuk zikrullah dan berselawat atas Nabi (s).
(Doa)