Shuhbah di Manor House (1)
As-salaam `alaykum wa rahmatullaahi wa barakaatah. A`uudzu billahi min asy-Syaythani ‘r-rajiim. Bismillahi 'r-Rahmani 'r-Rahiim.
وَالْعَصْرِإِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍإِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Wa ‘l-`ashr inna ’l-insaana la-fii khusr, illa ’Lladziina aamanuu wa `amiluu ‘sh-shaalihaati wa tawaashaw bi ‘l-haqqi wa tawaashaw bi ‘sh-shabr.
Demi al-'Ashr (waktu)! Sesungguhnya manusia benar-benar dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran. (Surat al-`Ashr, 103:1-3)
Pesan Langsung dari Mawlana Syekh Nazim
Mawlana Syekh Nazim (q) memberi isyarat kepada saya ketika kita sedang salat tadi, untuk melakukan apa yang tepat dalam beberapa hari ini, di mana banyak orang mungkin tidak mengetahui, tetapi ada seorang yang mengetahui, dan mengetahui Hakikat dan Kebenaran. Orang itu, tanpa perlu menyebutkan namanya, beliau sangat dikenal dan tahu bahwa beliau adalah salah satu di antara mereka. Mawlana Syekh memberi isyarat kepada saya bahwa waktunya semakin singkat, dan karena ia semakin singkat, kita harus menyesuaikan kembali keimanan kita karena jika kita tidak melakukannya dengan baik dan menyeimbangkannya, kita akan bertanggung jawab [terhadap konsekuensinya].
Allah (swt) berfirman di dalam kitab suci al-Qur’an:
إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا وَقَالَ الْإِنسَانُ مَا لَهَا يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِّيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
Ketika Bumi diguncangkan dengan guncangan [terakhir] dahsyatnya, dan [ketika] Bumi telah mengeluarkan bebannya dan manusia berteriak, “Ada apa dengannya?” Pada hari itu ia akan menceritakan kabarnya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan [hal itu] kepadanya! Pada hari itu akan keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka [balasan] dari perbuatannya. Dan barang siapa yang telah mengerjakan kebaikan seberat atom pun, niscaya ia akan melihat balasannya dan barang siapa yang mengerjakan keburukan seberat atom pun, niscaya ia akan melihat balasannya pula. (Surat az-Zalzalah, 99:1-8)
“Hari di mana Bumi ini akan mengalami turbulensi besar, gempa bumi hebat, akibatnya segala sesuatu akan menjadi jungkir balik dan Bumi akan mengeluarkan apapun yang telah dikuburkan di dalamnya.” Itu artinya segala sesuatu yang telah kita lakukan akan muncul. Kita akan mengatakan, wa qaal al-insaanu maa lahaa, “Apa yang terjadi?” (99:3) Mereka tidak tahu bahwa umat Mukmin akan diselamatkan, mereka yang percaya kepada Allah (swt) dan Nabi-Nya (s) dan orang-orang saleh, ikhlas, orang-orang yang tidak membuat sakit hati atau menyebarkan fitnah. Pada saat itu Bumi berbicara, pasir pun akan berbicara, bukan hanya bebatuan, tetapi partikel terkecil pun akan bicara, karena Allah (swt) berfirman, “Yawmaidzin tuhadditsu akhbaarahaa,” (99:4) artinya setiap partikel Bumi akan bicara, bi-anna rabbaka awhaa lahaa, “Allah telah mengilhamkan kepadaku (Bumi) untuk mengatakan apa yang perlu dikatakan.” (99:5) Yawmaidzin yasduru ‘n-naasu asytaatan, “Pada saat itu seluruh manusia akan muncul,” li-yuraw `amaalahum, “dan Allah (swt) akan memperlihatkan kepada mereka apa yang telah dilakukan mereka.” (99:6) Faman ya`mal mitsqaala dzarratin khayran yarahu, “Sehingga, orang yang telah melakukan kebaikan seberat atom, ia akan melihat balasannya.” (99:7) Siapapun yang melakukan satu atom atau lebih kecil dari satu atom kebaikan, ia akan menjumpai (balasan berupa) kebaikan pula. Jika kalian hanya memperlihatkan satu atom [senilai atom atau seukuran atom], Allah (swt) akan mencurahkan Rahmat yang tak terhingga kepada kalian! Waman ya`mal mitsqaala dzarratin syarran yarahu, “Dan orang yang telah melakukan kejahatan seberat atom juga akan melihat balasannya.” (99:8) Siapa pun yang melakukan sesuatu yang salah atau menyakiti manusia, Allah (swt) akan memperlihatkan sesuatu yang salah padanya!
Agar selamat, kita harus mengikuti apa pesan yang mereka kirimkan kepada kalian. Apakah Wilaya itu? Wilaya adalah di mana kalian hanya sebuah kabel dan kotak, sebuah radio, dan mereka (awliyaullah) adalah sumber ilmu: mereka mengirimkan pesan-pesan, kalian menerimanya, kalian mengatakannya. Beliau (Mawlana Syekh) mengirimkan sebuah pesan mengenai Surat ini, Surat al-Zalzalah, bagi setiap orang agar berhati-hati dan agar setiap hari setiap orang membaca Ayat al-Baya` oleh mereka sendiri dan untuk mereka sendiri, agar dapat memulai harinya dan meraih hari yang penuh keberhasilan, karena terlalu banyak fitnah sekarang.
Sekarang Bay’at Kita adalah dengan Orang yang dapat Mengantarkannya kepada Sayyidina Imam Mahdi (a)!
Mawlana Syekh Nazim (q) memberi isyarat di dalam salat saya untuk mengatakan bahwa bay’at kita akan bersama orang yang dapat membawa muatan itu dan orang yang dapat membawa muatan itu dapat membawa kita! Tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat membawa seseorang kecuali orang itu di zaman sekarang ini, karena seluruh keran telah ditutup, semua keran yang disebutkan oleh Grandsyekh (q), kerannya ilmu. Setiap wali yang membawa ilmu dari Nabi (s) dari Madinatu 'l-`ilmi wa `Aliyyun baabuha[1], ilmu itu sekarang telah dihentikan karena kebodohan dan ketidakpedulian telah memenuhi dunia.
Saya berbicara mengenai Tarekat Naqsybandiyyati ‘l-`Aliyya yang sekarang kita sebut Tarekat Naqsybandiyya Nazimiyya `Aliyya, karena kita menambahkan dengan nama orang yang telah memanggil untuk datangnya orang yang dapat membawa bay’at itu! Jadi sesuai namanya, dari orang yang kita telah mengambil bay’at darinya, tidak ada orang yang dapat mengambil bay’at sekuat beliau kecuali satu orang. Dan orang itu, beliau [Mawlana Syekh Nazim] telah memanggilnya selama lebih dari dua tahun, “Yaa Syah-i-Mardaan! Yaa Syah-i-Mardaan! Yaa Syah-i-Mardaan! Lapangan terbuka untukmu, halaman terbuka untukmu! Datanglah dan ambillah dariku semua rahasia yang kubawa! Atas nama Nabi (s) dan seluruh awliya, engkau akan menyerahkannya kepada Mahdi (a)!”
Tidak ada orang yang dapat menyerahkannya kepada Sayyidina Mahdi (a) kecuali Sayyidina `Ali, karamallahu wajha, radhiallahu anhu `alayhi ‘s-salaam! Mawlana Syekh Nazim (q) berkata, “Pastikan untuk memperbarui bay’at karena beliau akan berada di dalam shuhba dan memandang kita dan melihat bay’at dari kita kepadanya.” Itu sangat penting, karena dengan demikian kalian telah menempatkan bay’at pada posisi yang tepat. Bay’at yang sekarang sangat kuat untuk menyelamatkan kita, karena inilah satu-satunya jalan, karena ketika para Sahabat (r) melakukan bay’at kepada Nabi (s), Allah (swt) berfirman,
Bahwasannya, orang-orang yang berjanji setia kepadamu (Muhammad) sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah! (48:10)
“Yaa Muhammad! Bay’at itu adalah kepada-Ku, bay’at itu datang kepada-Ku!” Inna ’Lladziina yubaayi`uunaka innamaa yubaayi`uun-Allah, “Mereka yang melakukan bay’at kepadamu, yaa Muhammad (s), bay’at mereka adalah kepada Allah (swt).” Sekarang bila kita melakukan bay’at, harus ada seseorang yang dapat membawa muatan itu. Nabi (s) membawa muatan para Sahabat (r). Satu demi satu para awliya membawa muatan murid-muridnya. Dan Grandsyekh, semoga Allah memberkati ruhnya, berkata, “Keran bagi Tarekat Naqsybandi adalah satu-satunya keran yang masih tersisa dari tarekat lainnya, semuanya telah tertutup sepenuhnya. Mereka mempunyai ilmu tetapi tidak tersambung secara langsung kepada Nabi (s), kecuali Tarekat Naqsybandi.” Dan sekarang keran itu hanya menetes hingga ia berakhir. Dan dengan wafatnya Mawlana Syekh Nazim, ketika Mawlana Syekh meninggalkan dunia, keran itu menjadi tertutup sepenuhnya, ia menjadi kering, tidak lagi menetes.
Jadi, tidak ada yang dapat membawa kecuali orang yang akan menyerahkannya kepada Sayyidina al-Mahdi (a) dan orang itu adalah Sayyidina `Ali (r)! Itu tidak berarti bahwa Sayyidina Abu Bakar (r), Sayyidina `Umar (r), Sayyidina `Utsman (r) atau semua Sahabat lainnya (r) mempunyai kekurangan, tetapi beliau adalah Asadullah al-Ghaalib, Allah mengaruniainya posisi tersebut! Beliau adalah menantu Nabi (s) dan beliau adalah ayah dari dua syuhada, Penghulu di Surga: Sayyidina Hasan (r) dan Sayyidina Husayn (r). Tidak ada yang dapat membawa muatan itu kecuali Ahl al-Bayt, bersama ibu mereka, Sayyida Fatimah (r), yang tidak menerima pernikahannya dengan Sayyidina `Ali (r) sampai mas kawinnya diterima.
Nabi (s) bertanya padanya, “Apa yang kau inginkan?”
Beliau berkata, “Aku ingin sesuatu yang selalu kau minta: ketika kau masuk ke dunia ini, kau memintanya, dan ketika kau akan meninggalkan dunia, kau juga memintanya, dan selama hidupmu, kau memintanya juga. Pada Hari Kiamat kau akan memintanya. Aku ingin agar mas kawinku menjadi [keselamatan bagi] seluruh umat! Aku menginginkan mas kawinku itu pada Hari Kiamat, agar mereka bisa masuk ke Surga bersamaku!”
Dan itu dikabulkan untuknya, sebagaimana Grandsyekh `AbdAllah, semoga Allah memberkati ruhnya, mengkonfirmasinya. Dan sekarang Grandsyekh, Syekh dari Mawlana Syekh Nazim, dan alhamdulillah kami hidup di masanya, kami banyak menghabiskan waktu bersamanya dan kami mempelajari banyak hal dari beliau, dan beliau berkata bahwa sekarang orang yang mengambil bay’at harus kepada Sayyidina `Ali (r)--kepada Mawlana Syekh Nazim (q), kepada Grandsyekh (q), dan seterusnya hingga kepada Nabi (s) melalui saluran Sayyidina `Ali (r)--yang akan menjaganya hingga Sayyidina Mahdi (a) muncul dan beliau mengantarkannya padanya! Untuk itulah kita memperbarui bay’at kita dengan Mawlana Syekh Nazim, dengan Grandsyekh dengan semua berkah pada mereka dan kemudian muatan besar dari perbaruan bay’at ini dipersembahkan kepada Sayyidina `Ali, karamullah wajhahu dan kepada Sayyidina Mahdi (a), dengan mengucapkan,
أشهد ان لا اله الا الله , وأشهد أن محمدا رسول الله
أشهد ان لا اله الا الله , وأشهد أن محمدا رسول الله
أشهد ان لا اله الا الله , وأشهد أن محمدا رسول الله
Asy-hadu an laa ilaaha illa-Llah wa asy-hadu anna Muhammadan rasuulullah.
Asy-hadu an laa ilaaha illa-Llah wa asy-hadu anna Muhammadan rasuulullah.
Asy-hadu an laa ilaaha illa-Llah wa asy-hadu anna Muhammadan rasuulullah.
[Ayat al-Baya`]
بسم الله الرحمن الرحيم إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ فَمَن نَّكَثَ فَإِنَّمَا يَنكُثُ عَلَى نَفْسِهِ وَمَنْ أَوْفَى بِمَا عَاهَدَ عَلَيْهُ اللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
Bismillaahi ‘r-Rahmāni ‘r-Rahim.
Inn’alladzinaa yubaayi`uunaka innamaa yubaayi`uun-Allah, yadullaahi fawqa aydihim, faman nakatsa fa-innamaa yankutsu `alaa nafsih wa man awfaa bimaa `ahad `alayhullaha fa-sayu’tihi ajran `azhima.
Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Bahwasannya orang-orang yang berjanji setia kepadamu (yaa Muhammad) sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan-tangan mereka. Maka barang siapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barang siapa yang menepati janjinya kepada Allah, maka Allah akan memberinya pahala yang besar. [Surat al-Fath, 48:10]
رضينا بلله رباً و بالاسلام ديناً وبسيّدنا و نبيّا محمد صلّى الله تعلى عليه و سلّم رسولاً ونبيّا بالقران كتابا ً والله علي ما نقل وكيل و قبلنا بسيّدنا الشيخ محمد ناظم الحقاني شيخأ و مرشدأ. الله الله الله حق الله الله الله حق الله الله الله حق
Radhinaa billaahi rabban, wa bil-islaami diinan, wa bi Sayyidinaa wa Nabiyyinaa Muhammadun shall-Allahu `alayhi wa sallam Rasuulan wa Nabiyyan wa bil-Qur’ani kitaaban w’Allahu `ala maa naquulu wakiil, w’alhamdulillaahi rabbil-`alamiin; wa qabilnaa bi Sayyidinaa asy-Syekh Muhammad Naazhim al-Haqqaani Syaykhan wa mursyidan, w’Allahu `ala maa naquulu wakil.
Allahu, Allahu, Allahu Haqq!
Allahu, Allahu, Allahu Haqq!
Allahu, Allahu, Allahu Haqq!
Al-Fatihah.
Sekali lagi: [Baya`]...wa qabilnaa bi Sayyidina asy-Syekh Muhammad Nazhim al-Haqqani, wa Mawlana Syekh `AbdAllah al-Fa`iz ad-Daghestani, wa jami`ii silsilah Thariqat an-Naqsybandiyyati ‘l-`Aliyya, ma`al-muriidiyya, yaa Allah, wa qabilnaa Sayyidinaa Mahdi alayhi ‘s-salaam wa awda`naa hadzihi ’l-baya` `indanakum yaa Sayyidinaa `Ali, Syah-i-Mardaan, wa `inda ‘l-Habiib al-Mushthafa `alayhi afdhalu ‘sh-shalaatu wa ‘s-salaam, wa hiya lanaa wadi`yatan `indakum yawmu ‘l-qiyyamati ya man arsala’Lllahu rahmatan li ‘l-`Alamiin, yaa Rabbana, yaa Allah, bi hurmati ‘l-Fatihah.
Kami terima dan rida bahwa Allah adalah Tuhan kami, dan Islam adalah agama kami, dan junjungan kami, Muhammad, sebagai Utusan dan Nabi kami, dan bahwa Qur’an adalah kitab suci kami, dan Allah (swt) adalah Wakiil kami terhadap apa yang kami katakan. Dan kami terima dan rida bahwa junjungan kami Mawlana Syekh Muhammad Nazim (q) adalah syekh kami, dan Grandsyekh `AbdAllah al-Fa'iz ad-Daghestani (q) bersama semua silsilah Masyaikh dan Sayyidina al-Mahdi (a), dan menempatkan bay’at itu ke tangan Sayyidina `Ali (r) (untuk diserahkan) kepada Sayyidina al-Mahdi.(a)!
Allah adalah, Allah adalah, Allah adalah Haqq!
Allah adalah, Allah adalah, Allah adalah Haqq!
Allah adalah, Allah adalah, Allah adalah Haqq!
Semoga Allah menerima dari kita bahwa kita telah memenuhi apa yang telah diisyaratkan oleh Mawlana Syekh Nazim (q), yaitu untuk memperbarui bay’at kita, dan mengirimkannya kepada Sayyidina `Ali (r), karena setiap hari selama dua tahun dan dalam setiap shuhba beliau mengatakan, “Yaa Syah-i-Mardaan! Yaa Syah-i-Mardaan! Yaa Syah-i-Mardaan! Datanglah, lapangan telah terbuka untukmu, tempatmu telah terbuka untukmu, kami menunggumu!” Apakah ini benar atau tidak? [Ya.]
“Kami menunggumu, kami menunggumu!” bukan orang lain. Kami menunggu Syah-i-Mardaan, bukannya menunggu seorang amatir! Mawlana Syekh Nazim (q) menyebutkan, “Saya tidak suka orang-orang menggunakan tarekat untuk hiburan. Saya tidak suka segala macam hiburan, khususnya di jalan yang buruk.” Di jalan yang baik, boleh-boleh saja. Jadi kita harus belajar, kita harus mengerti agar berhati-hati terhadap apa yang kita lakukan dan kita harus tahu bahwa kita bertanggung jawab atas apa yang kita katakan, seperti ketika Allah (swt) akan memerintahkan Bumi untuk hancur berkeping-keping.
Semoga Allah mengampuni kita dan menjaga persatuan kita di bawah Sayyidi Syekh Muhammad Nazim Adil al-Haqqani, Shaahib ath-Thariqat an-Naqsybandiyya Nazimiyya al-`Aliyya, itulah nama yang akan kita gunakan, ajaran dari Mawlana Syekh Nazim! Jadi, tidak ada yang berubah, segala sesuatunya tetap sama, semua perwakilan di seluruh dunia juga sama, tetapi kita lanjutkan dengan nama itu, sebagai tabarruqan, agar nama Mawlana Syekh Nazim berada di lidah setiap orang. Awliyaullah senang bila nama mereka berada di setiap lidah orang karena dikatakan bahwa setiap orang yang menyebutkan namanya,
عند ذكر الصالحين تنزل الرمة
`Inda dzikr ash-shaalihiin tanzal ar-rahmat.
Menyebutkan nama orang saleh, rahmat akan turun.
Kita ingin menerima rahmat itu, jadi kita sebutkan nama mereka dan kita terus menyebutkan nama mereka selama kita masih hidup, selama kita menunggu kedatangan Mahdi (a), insyaa-Allah, untuk Sayyidina `Ali insyaa-Allah, dan untuk semua kekuatan yang muncul dari Langit!
Dan terhadap segala penderitaan di seluruh dunia, kita menentangnya dan kita tidak senang mereka menggunakan nama Islam. Tidak ada kekejaman semacam itu di dalam Islam, seperti yang dilakukan oleh beberapa kelompok yang dalam bahasa Arab disebut da`sy atau dikenal sebagai “ISIS”, dawlat al-Islam. Kita menolak ajaran mereka dan mereka tidak mengikuti Sunnah Nabi (s) dan mereka tidak mengikuti ajaran Nabi (s).
Wa min Allahi 't-tawfiiq, bi hurmati 'l-habiib, bi hurmati 'l-Fatihah.
http://sufilive.com/Only_One_Man_Can_Carry_the_Secret_of_Tariqah_-5659.html
© Hak Cipta 2014 oleh Sufilive. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang. Transkrip ini dilindungi oleh Hukum Hak Cipta Internasional. Dimohon untuk menyebutkan Sufilive ketika membaginya. JazakAllahu khayr.
________________
[1] Nabi (s) bersabda, “Aku adalah Kota Ilmu dan Ali adalah Pintunya.” (Tirmidzi)