Available in: English   Bahasa   Go to media page

Kisah mengenai Laylat al-Israa wal-Mi’raaj

Dr. Nour Hisham Kabbani

2 April 2019 Burton, Michigan

As-Siddiq Institute & Mosque (ASIM)

Dalam setiap ibadah, kalian memerlukan dukungan Allah. Di dalam Surat al-Fatihah, kita membaca, “Iyyaka na`abudu wa iyyaka nasta`iin, hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan,” karena kita tidak kuat, kita lemah, kita melakukan kesalahan, dan semoga Allah (swt) mengampuni kita. Tetapi insya Allah kita dapat melaksanakan perintah yang telah diberikan oleh Grandsyekh, perintah yang telah diberikan oleh Mawlana Syekh Hisyam (q) dan berbicara sedikit mengenai Isra Mi`raaj. Peristiwa Isra Mi’raj adalah adalah peristiwa besar yang dapat dibahas dalam banyak bab atau volume buku, tetapi kita tidak akan membahasnya semua; kita hanya akan menyampaikan beberapa poin yang singkat.

Awliyaullah telah mengatakan bahwa kita harus tahu bahwa ketika Rasulullah (saw) melaksanakan Isra, perjalanan malam, beliau pergi dari Mekah ke Baitul Maqdis di Quds asy-Syariif atau Jerusalem dengan Buraaq. Allah (swt) memberinya Buraaq di mana orang-orang mengatakan bahwa hal itu adalah bukti bahwa beliau pergi dengan tubuh fisiknya, karena ad-daaba tuyuur il-jism, itu adalah seekor binatang dan hanya mengangkut tubuh fisik saja. Beberapa orang mengatakan bahwa hanya ruh Nabi (saw) saja yang pergi, tetapi menurut aqidah kita, Ahl as-Sunnah wa ’l-Jama`ah--beliau (saw) pergi dengan tubuh fisik dan rohaninya. Saat itu beliau (saw) berusia 52 tahun, setahun sebelum beliau hijrah ke Madinah. Di Mekah al-Mukarramah, Allah mengutus Sayyidina Jibril, Sayyidina Mika`il, Sayyidina Israfil (`alayhimu ‘s-salam) dan malaikat lainnya yang membawa Rasulullah (saw) ke kota Quds asy-Syariif dalam sekejap mata, bahkan ada yang mengatakan lebih cepat lagi. Meskipun demikian, Allah (swt) tidak memerlukan waktu dan tidak mempunyai batas.

Jadi beliau (saw) pergi dengan binatang suci surgawi tersebut, dari Mekah ke Quds asy-Syariif dan kemudian dari Bayt al-Maqdis ke Langit Pertama. Dikatakan bahwa dalam Mi’rajnya Rasulullah (saw) menaiki anak tangga dari emas, perak dan permata hingga ke Langit Pertama, dan dari sana beliau melanjutkan perjalanannya dengan menaiki sayap para malaikat melewati seluruh Langit hingga ke Langit Ketujuh, dan dari sana beliau (saw) melanjutkan dengan sayap Sayyidina Jibril hingga ke Sidrah.

Nabi (saw) dibawa dengan makhluk surgawi di Bumi, melewati Langit ke Sidrat al-Muntaha ke Pohon Teratai yang disebut sebagai Barzakh, di mana cabang-cabang bagian atasnya adalah Cahaya-Cahaya dan bagian akarnya menjulur ke Neraka Jahannam. Itu merupakan gabungan dari dua alam, yaitu Barzakh dan maqaam Sayyidina Jibril (as). Dari sana, Rasulullah (saw) melanjutkan perjalanannya ke raffraff, bantal-bantal indah yang disediakan Allah (swt).

Di Arasy dengan tubuh fisiknya, disebutkan bahwa beliau tiba di Dua Kaki. Sekarang kita tidak dapat mengatakannya bahwa itu adalah kaki fisik, karena ar-Rahman `ala ‘l-`Arsy istauwaa, “ar-Rahman telah naik ke atas Arasy”, yang merupakan sebuah maqaam. Rasul (saw) telah mengetahui al-Mustauwaa, (istauwaa artinya “ia telah naik”), dan dalam tingkatan Mi’rajnya beliau (saw) juga melihatnya dengan Qudrah Allah (swt). Dari sana, dikatakan bahwa pada tingkat Arasy tersebut, beliau meninggalkan komposisinya, tarkiib, taraka tarkiiba, dengan raffraff di Mustauwaa tersebut, dan beliau pergi dengan `Ayn, Essens, dan Allah (swt) Maha Mengetahui apa itu.

Saya mengatakan hal ini karena ketika beliau mencapai Level (`Ayn) tersebut, Allah memberi shalat pada Rasulullah (saw) pada level yang sangat dekat antara dirinya dengan Allah. Dikatakan bahwa Dia (swt) mengumpulkan semua shalat yang tersebar di antara para Nabi.

SUBUH

Yang pertama melakukan shalat Subuh adalah Sayyidina Adam (as). Dikatakan bahwa Allah (swt) membuatnya mendarat di Bumi pada malam hari, jadi kegelapan malam menyelimutinya. Ketika beliau tidak lagi melihat apa-apa yang sebelumnya dilihat di Surga, beliau menjadi sangat takut dan sedih dan ketika Subuh tiba, beliau melakukan shalat dua rakaat untuk mensyukuri bahwa Nuur atau cahaya telah kembali dan kegelapan telah pergi. Allah menerima tobatnya dan mengirimkan Cahaya dari keharmonisan, sukses dan tawfiq ini serta menghilangkan kegelapan dari mukhalafa, ketidakpatuhan. Adam (as) dikaruniai Cahaya Kesuksesan dari shalatnya di waktu Subuh. Itulah sebabnya kita bangun saat Subuh, untuk menyaksikan kegelapan itu pergi dan mengatakan, “Ya Allah, kegelapan dari ketidakpatuhanku telah pergi dan Cahaya dari Hidayah-Mu akan datang.”

ZHUHUR

Sayyidina Ibrahim (as) shalat pada saat Zhuhur, setelah zawaal. Mengapa? Karena Allah mengirimkan hewan untuk dikurbankan, dan pada hari pertama dari Haji, kita tahu bahwa kita harus mengorbankan hewan kurban sebelum Zhuhur, sejak awal sebelum melempar jumrah.Jadi ketika Allah mengirimkan hewan itu kepada Ibrahim (as), beliau melakukan shalat Syukur pada waktu Zhuhur; rakaat pertama karena putranya telah diselamatkan; kedua karena Allah telah ridha dengannya; ketiga karena putranya sabar; dan keempat karena Allah telah menghilangkan kesedihan dalam hatinya.

`ASHAR

Yang pertama melakukan shalat `Ashar adalah Sayyidina Yunus (as) setelah Allah menyelamatkannya dari kegelapan dalam perut ikan paus.

MAGHRIB

Yang pertama melakukan shalat Maghrib adalah Sayyidina `Isa (as), dan mengapa tiga rakaat? Awliyaullah telah menjelaskan bahwa rakaat pertama adalah untuk menyangkal ketuhanan pada dirinya sendiri, lalu pada ibunya [sebagaimana yang salah dipahami oleh orang Kristen], kemudian menegaskan Ketuhanan pada Tuhannya.

`ISYA

Sayyidina Musa (as) adalah yang pertama melakukan shalat `isya.

Allah (swt) mengumpulkan seluruh shalat para Nabi itu dan memberikannya kepada umat Nabi Muhammad (saw). Jadi, jagalah shalat-shalat kalian karena itu sangat berharga dan telah dilakukan oleh para Nabi.

WITIR

Semua shalat lainnya telah dilakukan oleh para Nabi, tetapi Allah (swt) memberikan shalat Witir kepada Rasulullah (saw). Beliaulah yang pertama melakukan shalat Witir ketika beliau memimpin shalat untuk seluruh malaikat di Sidrat al-Muntaha.

Rasulullah (saw) adalah Kekasih kita yang telah dimuliakan khususnya di malam ini. Allah (swt) menunjukkan Rasulullah (saw) kepada setiap orang. Beliau (saw) adalah yang terbaik di Bumi dan yang terbaik di Langit. Beliau (saw) adalah Imam di Bumi dan Imam di Langit, dan beliau memberi kita hadiah berupa shalat, yang dengannya kalian akan mencapai Allah (swt) dan tanpanya tidak ada seorang pun yang dapat mencapai Allah. Kalian harus melaksanakan semua shalat tersebut!

Rabbana wa ta qabal du`a, wahai Tuhan kami, terimalah doa kami, sebagaimana doanya Sayyidina Ibrahim, “Wahai Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan shalat. Wahai Tuhan kami, perkenankanlah doaku. Wahai Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua Ibu Bapakku, dan semua orang yang beriman pada Hari diadakannya Perhitungan (Yawmil Hisab).” (Surah Ibrahim, 14:40-41)

Bi sirrii Surat al-Fatihah.

https://sufilive.com/The-Story-of-Laylat-al-Isra-wal-Mi-raj-6817.html

© Copyright 2019 by Sufilive. All rights reserved. This transcript is protected

by international copyright law. Please attribute Sufilive when sharing it. JazakAllahu khayr.

UA-984942-2