Available in: English   Bahasa   French   Go to media page

Kebesaran Sayyidina Muhammad (s) Tidak Terlukiskan

Mawlana Shaykh Hisham Kabbani

25 June 2010 Lefke, Cyprus

Jumu`ah Khutbah

Allahuma shalli `alayk yaa Sayyidii, yaa Rasuulullah wa narjuu an nakuuna m`ak fii al-akhira. (Semoga Allah mencurahkan berkah kepadamu, wahai junjungan kami, wahai Nabi Allah, dan kami memohon agar kami kelak bersamamu di akhirat).

Wahai Muslim, wahai Mukmin! Allah (swt) menyebutkan dalam ayat suci ini bahwa Allah (swt) dan para malaikat-Nya memuji dan berselawat atas Nabi (s). Lalu pertanyaannya muncul karena itu adalah Firman Suci Allah, “sejak kapan?” Ketika Dia memuji kekasih-Nya dan mengirimkan para malaikat-Nya untuk memujinya, tidak ada yang tertinggal dan Allah (swt) tidak menyebutkan jumlah malaikat tersebut. Pada saat itu berapa banyak yang memujinya? Tak seorang pun dapat memberikan jumlahnya, jika kalian memberikan angka tertentu, berarti kalian membatasi Keagungan-Nya, membatasi `Azhaamat Allah.

Dan jangan berpikir bahwa pujian malaikat itu sama satu sama lain. Setiap pujian malaikat berbeda dan tidak berulang seperti kita; malaikat tidak mempunyai pengulangan. Setiap malaikat, masing-masing memuji Allah (swt) dengan pujian yang berbeda kepada Nabi (s) daripada yang lain. Dan selawat yang mereka buat pertama kali tidak diulangi lagi kedua kalinya. Setiap saat Allah (swt) menciptakan pujian baru yang berbeda dengan yang lainnya.

Wahai Muslim! Kebesaran Sayyidina Muhammad (s) tidak dapat dilukiskan. Dan saya akan mengutip untuk kalian sebuah hadis dari Jabir ibn Abdullah (r), yang diriwayatkan dalam al-Musannaf oleh `Abdur Razzaq dan dalam al-Mawahabi al-Laduniyya, yang ditulis oleh Syekh Muhammad Isma`iil al-Burhani. Dan ia menanyakan satu pertanyaan kepada Nabi (s), sebagaimana Sahabat, Ashaab (r) bertanya kepada Nabi (s) atau seperti seorang murid bertanya kepada Syekh:

رواه عبد الرزاق بسنده عن جابر بن عبد الله بلفظ قال قلت: يا رسول الله، بأبي أنت وأمي، أخبرني عن أول شيء خلقه الله قبل الأشياء. قال: يا جابر، إن الله تعالى خلق قبل الأشياء نور نبيك من نوره، فجعل ذلك النور يدور بالقُدرة حيث شاء الله، ولم يكن في ذلك الوقت لوح ولا قلم ولا جنة ولا نار ولا ملك ولا سماء ولا أرض ولا شمس ولا قمر ولا جِنِّيٌ ولا إنسي، فلما أراد الله أن يخلق الخلق قسم ذلك النور أربعة أجزاء: فخلق من الجزء الأول القلم، ومن الثاني اللوح، ومن الثالث العرش، ثم قسم الجزء الرابع أربعة أجزاء، فخلق من الجزء الأول حَمَلَة العرش، ومن الثاني الكرسي، ومن الثالث باقي الملائكة، ثم قسم الجزء الرابع أربعة أجزاء: فخلق من الأول السماوات، ومن الثاني الأرضين، ومن الثالث الجنة والنار، ثم قسم الرابع أربعة أجزاء، فخلق من الأول نور أبصار المؤمنين، ومن الثاني نور قلوبهم وهى المعرفة بالله، ومن الثالث نور إنسهم وهو التوحيد لا إله إلا الله محمد رسول الله.

Jadi ia berkata, bi abii anta wa ummii, “Aku mengorbankan diriku dan ayahku dan ibuku kepadamu, tetapi katakan padaku,” karena ia menginginkan jawabannya, “Yaa Muhammad! Apakah yang pertama kali Allah (swt) ciptakan al-ashya, sebelum Dia menciptakan yang lain?” Itu bukanlah pertanyaan yang mudah dan tidak sederhana.

Lihatlah apa yang Allah (swt) berikan kepada Sayyidina Muhamad (s) dari Kebesaran-Nya! Nabi (s) bersabda, qala yaa Jabir inna Allah khalaqa qabl al-ashya nur nabiyyih, “Wahai Jabir! Apa yang Allah ciptakan sebelum menciptakan makhluk yang lain adalah cahaya Nabi Muhammad, sebelum Dia menciptakan apa pun dari Cahaya-Nya.” Nabi (s) melanjutkan, “Kemudian cahaya ini mulai berputar, cahaya di dalam Samudra Kekuasaan Allah, al-Qudrah." Segala sesuatu berputar dari sana, ia bagaikan generator. Sebuah pesawat tidak bisa terbang tanpa turbin. Cahaya itu bergerak dengan kecepatan yang tidak dapat terlukiskan, tidak seperti cahaya kita yang bergerak dengan kecepatan 300km /detik. Cahaya itu berputar, berputar, dan berputar dan ketika berputar ia menciptakan banyak, begitu banyak hal hingga kita sampai kepada hadis tersebut. Dan ketika ia berputar, ia berputar dalam Samudra Kekuasaan Allah. Dan pada saat itu belum ada Loh Mahfuz dan belum ada Qalam dan belum ada Surga dan Neraka, tidak ada malaikat, tidak ada langit, tidak ada alam semesta, tidak ada bumi, tidak ada matahari, wa laa qamarun, dan bahkan tidak ada bulan, wa laa jinniyyun wa laa insiyyun, dan tidak ada jin dan tidak ada manusia.

Dan ketika Allah (swt) bermaksud untuk menciptakan ciptaan-Nya, Dia mengambil dari cahaya yang diberikan kepada Muhammad (s), berputar dalam Samudra Kekuasaan (Qudrah), dan membaginya ke dalam empat bagian: dari bagian pertama, Dia menciptakan Qalam dan itulah di mana kita tahu, dari hadis Nabi (s), bahwa ketika Allah (swt) meminta Qalam untuk menulis, apa yang Dia perintahkan untuk ditulis? Dia telah menciptakan Qalam dari nur an-nabi dan Dia memerintahkannya untuk menulis, Laa ilaaha illa-Llah, lalu ia menuliskannya selama 70,000 tahun, kemudian berhenti. Lalu Dia memerintahkan Qalam untuk menulis, Muhammadur Rasuulullah, dan Qalam bertanya, “Siapakah Muhammad? Siapakah dia?” dan Dia berkata kepada Qalam, “Diam! Jika bukan untuk Muhammad, Aku tidak akan menciptakan satu makhluk pun.” Jadi dari bagian pertama diciptakan Qalam, dari bagian kedua cahaya itu Dia menciptakan Loh Mahfuz dan dari bagian ketiga, Dia menciptakan Arasy. Bagian terakhir, Dia membaginya ke dalam empat bagian: dari kelompok pertama dari bagian keempat itu, Dia menciptakan hamalat al-`arsh, para malaikat yang membawa Arasy, dan dari bagian kedua diciptakan Kursi, dan dari bagian ketiga Dia menciptakan malaikat yang lain dan sampai sekarang malaikat ini masih terus diciptakan setiap saat, dan tidak ada yang tahu berapa banyak Allah (swt) menciptakannya dari cahaya Nabi (s) tersebut.

Dan kemudian satu bagian yang tersisa Allah (swt) membagi cahaya itu menjadi empat bagian: dari yang pertama Dia menciptakan langit, dari yang kedua alam semesta. Dan Dia tidak mengatakan ardh, Dia mengatakan ardhiin, dua atau lebih, banyak bumi. Dari bagian ketiga Surga dan Neraka. Kemudian Dia membagi bagian keempat, bagian terakhir dari bagian tersebut menjadi empat bagian: dari bagian pertama Dia menciptakan cahaya umat Mukmin, visi orang-orang yang beriman, awliyaullah, para salaatiin, sultan dunia ini, para syuyuukh. Dan dari bagian kedua Dia menciptakan nuura quluubihim, cahaya qalbu mereka, dan itu adalah m`arifatullah, ilmu tentang cahaya Hadirat Ilahiah Allah. Dan dari bagian ketiga, Dia menciptakan cahaya keakraban mereka, cinta mereka dan kelembutan mereka. Awliyaa tidak kasar; mereka lembut, damai dan pasrah pada kehendak Allah. Mereka pasrah, mereka tidak mengontrol seperti yang kalian suka, atau seperti yang ia suka. Mereka meninggalkan semua orang pada diri mereka sendiri, mereka tidak campur tangan, dan mereka menjaga qalbu mereka agar tetap terhubung dengan Allah (swt) dan Nabi-Nya (s). Dan dari bagian keempat, itu artinya jantung dari kelompok orang ini, para awliyaullah. Keakraban itu adalah Tawhiid-Nya, sebagaimana Dia berfirman, La ilaaha illa-Llah Muhammadur Rasuulullah, dan di mana Allah (swt) telah meletakkan realitas Keesaan-Nya dan realitas cinta kepada Nabi (s) dan Ahlu ‘l-Bayt. Dan cinta terhadap Ahlu ‘l-Bayt, keluarga Nabi (s) begitu penting dan mereka begitu penting bagi-Nya! Dia meletakkan cinta terhada Nabi (s) di dalam hati mereka. Allah (swt) Mahabesar dan Dia telah menciptakan sesuai dengan hadis ini.

Wahai Muslim! Allah (swt) memperlihatkan kebesaran dari Sayyidina Muhammad (s). Dan dari Ibn Abbas (r), bahwa Quraysy adalah cahaya. Di sini "Quraysy" mewakili Muhammad (s); beliau dan keluarganya adalah cahaya dalam tangan Allah sebelum Dia menciptakan Adam (a) 2,000 tahun sebelumnya, dan cahaya Muhammad (s) itu melakukan tasbiih, memuji Allah (swt) secara terus-menerus. Dan para malaikat melakukan tasbih, mengikuti apa yang diucapkan oleh Nabi (s) dan mereka memuji Nabi (s). Jadi pemimpin, junjungan dan orang yang memuji dan menunjukkan kepemimpinannya kepada para malaikat adalah Sayyidina Muhammad (s)! Dan kemudian Allah (swt) menciptakan Adam (a) dan meletakkan nuur itu, cahaya di kening Sayyidina Adam (a).

عن ‏أبي سعيد الخدري قال رسول الله ‏صلى الله عليه وسلم ‏إني قد تركت فيكم ما إن أخذتم به لن تضلوا بعدي ‏الثقلين ‏أحدهما أكبر من الآخر كتاب الله حبل ممدود من السماء إلى الأرض ‏وعترتي ‏أهل بيتي...

Wahai Muslim! Nabi (s) bersabda, `an abi sa`iid al-khudrii, qala rasuulullah, innii taraktu fiikum ma in aakhadhtum bihi lan tadilluu bihi ba`dii abada, ats-tsaqalayn, ahadahum akbar min al-aakhir, kitabullah hablun mamduud min as-sama ila al-ardh,

“Aku akan meninggalkan kalian dengan sesuatu di mana kalian tidak akan menyimpang setelah itu. Yang satu lebih besar dari yang lain: Kitab Suci Al-Qur’an, dan rahasia Kitab Suci Al-Qur’an, yang Allah (swt) Mahatahu. Qur’an Allah adalah jalan yang lurus seperti tali dari langit ke bumi.” Itu selalu terhubung, tidak pernah terputus. Wa `itratii, “Dan keluargaku, ahlu ‘l-baytii. Aku mencintai mereka, dan kalian harus mencintai mereka.” Allah (swt) berfirman dalam Kitab Suci Al-Qur’an dan Nabi (s) bersabda, sebagaimana Allah (swt) mewahyukan kepadanya:

قُل لَّا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلَّا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى

Qul laa asalukum `alayhi ajra ill al-mawadata fi 'l-qurba,

Katakan: Wahai manusia! Aku tidak meminta apapun darimu, tidak ajar, tidak kekayaan (atas seruanku), tetapi cintailah keluargaku. (42:23)

Dan mencintai keluarga Nabi (s) adalah sangat penting dan itulah sebabnya pada saat itu, Nabi (s) melindungi mereka dan mereka adalah Sayyidina ‘Ali (r), Sayyida Fatimat az-Zahra (r), Sayyidina 'l-Hasan (r) dan Sayyidina 'l-Husayn (r). Para Syuyuukh mewarisi dari rahasia tersebut: mencintai mereka dan mencintai keluarga mereka. Gembirakan mereka dengan bergembira dan tidak memerangi dan mengkritik dan menyumpahi mereka. Berpergangteguhlah kepada tali Allah (swt) dan jangan bercerai berai. Dan Allah (swt) menurunkan ayat ini:

فَمَنْ حَآجَّكَ فِيهِ مِن بَعْدِ مَا جَاءكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْاْ نَدْعُ أَبْنَاءنَا وَأَبْنَاءكُمْ وَنِسَاءنَا وَنِسَاءكُمْ وَأَنفُسَنَا وأَنفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَل لَّعْنَةُ اللّهِ عَلَى الْكَاذِبِينَ

Faman haajjaka fiihi min ba`di maa jaaka mina al-`ilmi faqul ta`alaw nad`u abnaana wa abnaakum wa nisaana wa nisaakum wa anfusana wa anfusakum tsumma nabtahil fanaj`al la`nata Allahi `ala alkaadzibiin

Jika seseorang berselisih mengenai soal ini denganmu, kini setelah datang pengetahuan (penuh) kepadamu, katakan: “Marilah! Mari kita berkumpul bersama-sama, anak-anak kami dan anak-anak kamu, wanita kami dan wanita kamu, diri kami dan diri kamu. Kalau begitu, marilah kita bersungguh-sungguh berdoa dan meminta agar Allah melaknat orang yang berdusta." (3:61)

Ayat tersebut turun karena apa? Karena Allah (swt) ingin memperlihatkan bahwa Ahlu ‘l-Bayt, bahwa Nabi (s) akan membawa mereka ke tempat di mana orang-orang kafir berkata, “Nabi (s) tidak benar. Aku bilang, ‘Bawa keluargamu dan aku akan membawa keluargaku dan siapa yang sukses akan baik-baik saja dan yang lain akan lenyap. Mereka akan gagal.’” Mereka tidak datang; mereka takut dan mereka tidak memperlihatkan diri. Karena Nabi (s) membawa Sayyidina ‘Ali (r) dan Sayyida Fatima (r), Sayyidina ‘l-Hasan (r) dan Sayyidina ‘l-Husayn (r).

Wahai Muslim! Kita memerlukan paspor ke Surga dan kita memerlukan tiket. Itu adalah syuyuukh kita, yang membawa kita ke hadirat Nabi (s)!

UA-984942-2