7 Agustus 2011 Lefke, Siprus
(Mawlana Syekh berbicara dengan seorang murid.)
Mawlana Syekh Nazim: Kapan engkau akan pergi, hari ini?
Murid: Besok pagi.
Mawlana Syekh Nazim: Ke Spanyol?
Murid: Ke Spanyol lalu ke Argentina
Mawlana Syekh Nazim: Argentina? Engkau adalah teman kami, (tersenyum dan menepuk kepalanya perlahan). Argentina. Bagaimana saudara-saudari kita di sana?
Murid: Sangat baik, sangat baik, kami sangat merindukanmu. Negeri itu sedang mengalami krisis ekonomi dan kami memohon nasihat darimu.
(Mawlana Syekh Nazim berbicara.) Para Sahabat dari Nabi Penutup (s) memakan dua, tiga atau lima kurma setiap hari dan tidak mengeluh. Kini manusia, mereka menghambur-hamburkan uangnya, musrif, membelanjakan tanpa maksud yang baik. Itulah yang menjadi alasan utama bagi krisis ekonomi: orang-orang, mereka musrif, boros dengan uang mereka, bukannya menyimpan uang mereka untuk sesuatu yang diwajibkan bagi mereka dalam hal makan dan berpakaian. Di zaman kolonial Inggris (di Siprus) kami berpakaian (sederhana) dan Ibu menambal serawal (celana) di bagian lutut dan di belakang. Saya memakai sepatu saya selama dua tahun, dan ketika bagian bawahnya (sudah rusak), tukang sepatu menambalnya dengan kulit sehingga saya dapat memakainya lagi selama dua tahun berikutnya. Dan untuk kaos kaki saya, Ibu menisiknya seperti ini (menjahit bagian yang berlubang). Uang saku mingguan saya setiap Jumat adalah setengah piaster, setengah penny (unit mata uang) dan saya bergembira! Sekarang orang-orang harus menjaga diri mereka (dalam gaya hidup yang sederhana).
Ada sebuah hadis Nabi (s):
ما عال من اقتصد
maa `al man iqtashaad.
Barang siapa yang menjaga apa yang Allah (swt) berikan kepadanya, tidak menghambur-hamburkannya, ia tidak akan jatuh ke dalam krisis ekonomi.
Semua bangsa boros. Apakah mereka pikir bahwa Tuhan Surgawi tidak memperhatikannya? (Berbicara dalam bahasa Turki.) Sekarang orang-orang, khususnya Muslim, mereka mengikuti gaya Barat dalam segala hal, dan oleh sebab itu, mereka akan semakin miskin dan miskin sampai tidak ada lagi yang tersisa pada mereka. Dulu satu bantal roti sudah cukup untuk memberi makan sepuluh orang! Sekarang mereka tidak memakan roti atau memakannya sedikit lalu membuangnya. Tuhan Surgawi tidak senang dengan hamba yang seperti itu. Saya memohon ampun dari Tuhan Surgawi, bahwa kita bukanlah hamba yang baik, tidak mengikuti jalan-jalan surgawi, Tariqat al-Jannah. Mereka tidak mengikuti jalannya Nabi (s), tetapi mengikuti jalannya Setan!
Oleh sebab itu, mereka harus bersabar dan harus menjaga pemberian Allah (swt), kalau tidak--jika mereka mengetuk (pada pintu Allah), tidak akan ada yang membukakannya!
Terima kasih.