Available in: English   Bahasa   Go to media page

Adab Tarekat Naqsybandi, Bagian 8

Seri Ramadan 2015, Vol 15

Shaykh Hisham Kabbani

5 Juli 2015, Zawiyah Fenton, Michigan

Shuhbah Zhuhur (2)

A`uudzu billahi min asy-Syaythani ‘r-rajiim. Bismillaahi 'r-Rahmaani 'r-Rahiim.

Nawaytu 'l-arba`iin, nawaytu 'l-`itikaaf, nawaytu'l-khalwah, nawaytu 'l-`uzlah, nawaytu 'r-riyaadhah, nawaytu 's-saluuk, fii hadza 'l-masjid

أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ

Patuhi Allah, patuhi Rasul dan patuhi para ulil amri (pemimpin) di antara kalian. (4:59)

As-salaamu `alaykum wa rahmatullaahi wa barakaatuh. Alhamdulillah bahwa di bulan Ramadan ini kita telah mencapai Nikmat Allah (swt), dan di bulan Ramadan tentu saja orang menjadi haus, tetapi Allah menginginkan agar mereka haus sehingga di Hari Perhitungan nanti mereka tidak kehausan. Jadi bagi mereka yang berpuasa selama 17-18 jam akan memperoleh kenikmatan untuk tidak kehausan pada hari tersebut. Jadi para awliyaullah, keseluruhan fokus mereka adalah pada awraad yang mereka berikan kepada para pengikut mereka, agar mereka tidak dihisab dan mereka tidak kehausan. Yang saya maksud “dihisab” di sini adalah sebagaimana sabda Nabi (saw) kepada Sayyidah `Aisyah (ra),

من حوسب عذب

(Wahai `Aisyah!) Barang siapa yang dihisab, pasti akan mendapat azab. (Bukhari)

Beliau menyebut “dzarrah,” yaitu partikel terkecil yang ada di alam semesta ini. Orang-orang biasanya menggunakan ukuran atom; kebaikan apa pun yang dilakukan seseorang akan dihitung dengan berat atom, tetapi “dzarrah” adalah partikel terkecil yang dapat diketahui. Sekarang orang-orang mengatakan bahwa quarks lebih kecil (daripada atom). Jadi sekecil apa pun kebaikan yang telah mereka lakukan, Allah (swt) akan membusanai mereka dengan Busana Surgawi. Jadi pada Hari Perhitungan, orang-orang yang mendapat nikmat dari Allah karena perbuatan mereka di dunia akan dikenali melalui bintang-bintang kebaikan ini. Allah akan memberi petunjuk dan membusanai mereka dengan maghfirah pada Hari Perhitungan.

Saya telah menceritakan tentang kisah Sayyidina Ibrahim ad-Dasuqi (q), agar tidak menyia-nyiakan waktu kalian dengan meninggalkan awraad kalian, karena awraad sebagaimana yang beliau katakan pada saat itu adalah bagaikan sebuah lilin yang diletakkan dan dinyalakan di dalam masjid. Awraad bagaikan lilin yang menyala yang akan memberikan cahaya kepada diri kalian dan juga orang lain. Oleh sebab itu, jadilah seperti lilin, yang bersinar di tengah kegelapan.

Beliau memberi contoh tentang Sayyidina Ahmad al-Badawi (q). Beliau mengatakan bahwa pada suatu hari Sayyid Ahmad al-Badawi (q), salah satu dari kelima Qutub pada saat itu, sedang melewati sebuah jalan dan beliau bertemu dengan seorang Yahudi yang menyapanya. Orang itu membawa sejumlah lilin di tangannya dan ia berkata, "Wahai Imam.” Pertama, lihatlah bagaimana ia menyapa Sayyidina Ahmad al-Badawi (q), ia tidak mengatakan, "Wahai Bapak," karena ia mengenali bahwa beliau adalah seorang Imam, yang artinya ada sesuatu di dalam hatinya. Kita ini adalah orang-orang yang lalai, kita tidak bisa mengatakan hal itu kepada seseorang.

Kita tidak suka mengatakan, "Wahai Imam," untuk mengangkat derajat seseorang, tetapi orang Yahudi tersebut mengatakan, "Wahai Imam, aku ingin memberikan lilin-lilin ini kepadamu untuk diletakkan di dalam masjidmu." Ia memberikan enam batang lilin kepada Imam Ahmad al-Badawi untuk diletakkan di dalam masjid agar orang-orang dapat melihat satu sama lain.

Sayyidina Ahmad al-Badawi (q) berkata, "Engkau menyangkal agama kami dan engkau tidak menyukai Nabi kami meskipun beliau (saw) menerima Sayyidina Musa (as) dan Sayyidina `Isa (as), namun engkau datang kepadaku untuk menyerahkan enam lilin ini untuk di masjid?"

Beliau adalah Qutub sedangkan orang Yahudi itu adalah orang biasa; di mana pada saat itu orang-orang Yahudi, Muslim dan Kristen tinggal berdampingan.

Orang Yahudi itu berkata, "Kita tidak tahu apa yang akan terjadi kemudian, kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada Hari Perhitungan. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku atau agamaku, barangkali aku akan mendapat manfaat dari lilin-lilin ini, barangkali aku akan diselamatkan dari kesulitan besar di Hari Perhitungan."

Ketika ia mengatakan hal itu, Sayyid Ahmad al-Badawi (q) menerima lilin-lilin tersebut, padahal sebelumnya beliau sempat mempertanyakannya, tetapi beliau melihat ada perubahan di dalam hatinya ke arah kebenaran, bukannya menyangkal atau berbohong, jadi beliau menerima keenam lilin tersebut dan meletakkannya di dalam masjid dan menyalakannya di setiap penjuru di sekeliling mihrab di mana beliau mengajar. Orang itu memberikan enam batang lilin. Sekarang perhatikan, ada 6.666 ayat dalam kitab suci al-Qur'an ya, kan? 6.666. Allah menciptakan Langit dan Bumi dalam enam hari.

وَهُوَ الَّذِي خَلَق السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاء

“Dan Dialah yang menciptakan Langit dan Bumi dalam enam hari.” (Surah Hud, 11:7)

Ada 114 Surat, di mana 1+1+4=6. “Enam” mempunyai makna yang istimewa. Beliau menyalakan lilin-lilin itu dan meletakkannya di dalam masjid, kemudian beliau menyampaikan ajarannya sampai lilin-lilin itu menjadi redup saat matahari terbit, kemudian lilin itu pun padam. Beliau meninggalkan masjid, tetapi hatinya berkata, "Pasti ada sebuah `ibrah (hikmah) dari perbuatan orang Yahudi itu."

Allah berfirman di dalam kitab suci al-Qur'an,

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَـٰكِنَّ اللَّـهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ

Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau cintai, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki. (Surat al-Qasas, 28:56)

Allah ingin agar setiap orang masuk Islam terlepas dari agama mereka, karena.

إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللّهِ الإِسْلاَمُُ

Agama di sisi Allah adalah Islam (tunduk pada Kehendak-Nya). (Surat Aali-`Imraan, 3:19)

Wa li kulli wijhatun huwa muwaliihaa (QS. Al-Baqarah 2:148). Allah membuat arah bagi setiap orang, sebuah shiraath, jalan, thariqah, madzhab, seorang ulama dan seorang pemandu, orang yang memberi petunjuk.

وَلِكُلِّ قَوْمٍ هَادٍ

Bagi setiap kaum ada orang yang memberi petunjuk. (Surat Ar-Ra`d,13:7)

Dia menjadikan pemandu bagi setiap orang, karena Dia tidak ingin ada orang yang mengatakan, "Allah tidak memberiku seorang pemandu." Tidak, ada pemandu, ada Sahabat (ra), Rasul dan para Anbiya yang membimbing umat; jadi Ahmad al-Badawi (q) berkata, "Pasti ada sesuatu di dalam hati orang itu, aku akan melihatnya," dan beliau mempunyai kekuatan khariqa, yang dapat bergerak seperti laser yang menembus segala sesuatu; dan beliau melihat bahwa orang itu mempunyai karomah di dalam hatinya, yang begitu tercerahkan sehingga ia hanya perlu sedikit saja untuk menjadi Muslim. Oleh sebab itu tanpa melihat melalui kekuatan spiritualnya, dan hanya menggunakan kekuatan fisiknya, Sayyidina Ahmad al-Badawi (q) berkata, "Orang ini telah memberi kebaikan untuk kita, terima kasih." Kemudian tiba-tiba beliau mendapat ilham, "Lihatlah dirinya dengan kekuatan yang Aku berikan kepadamu," dan awliyaullah mempunyai kekuatan semacam itu. Beliau lalu melihat bahwa dari masjidnya cahaya lilin itu terpancar hingga ke Bayt al-Ma`muur; Itu adalah cahaya petunjuk yang menunjukkan bahwa orang itu harus dibimbing untuk masuk Islam!

Allah (swt) memberi kekuatan kepada Sayyidina Ahmad al-Badawi (q) untuk melihat bahwa orang Yahudi itu telah diterima sehingga beliau harus memberinya Syahadat atas kebaikannya memberikan lilin-lilin itu untuk masjid sehingga orang-orang dapat melihatnya ketika beliau sedang menyampaikan ajarannya. Kemudian beliau mendengar suara yang berkata kepadanya, "Wahai Ahmad! Kabar gembira! Aku telah mengubah orang Yahudi itu menjadi Muslim karena kebaikan yang telah diberikannya untuk masjid."

Dikatakan bahwa jika seseorang menyalakan sebatang lilin di bulan Ramadan, pada Hari Perhitungan Allah akan memberinya sepuluh lilin dari Bayt al-Ma`muur, bukannya lilin fisik, tetapi Dia akan memberikan sepuluh pelangi cahaya yang indah dari Asmaul Husna wal Sifaat-Nya sebagai sebuah donasi untuk menunjukkan Kemurahan-Nya atas sebatang lilin di bulan Ramadan, jadi jika kalian menyalakan 30 batang lilin, kalian akan meraih keberhasilan, kalian akan diberi hasanaat selama 30 hari dikalikan 10 sehingga menjadi 300 hasanaat dari dalam Bayt al-Ma`muur yang tidak diketahui oleh siapa pun!

Sekarang di Mekah, ketika mereka membuka Ka`bah, orang-orang akan melompat ke dalamnya bahkan untuk mengambil sebuah batu untuk mendapat keberkahan. Lalu bagaimana menurut kalian ketika Allah (swt) akan membusanai kalian dengan Cahaya dari Bayt al-Ma`muur, dari Langit Keempat, karena donasi kalian untuk masjid? Allah akan menyukai kalian melebih orang lain karena kalian telah memberikan sesuatu yang besar untuk orang-orang yang mengelola masjid tersebut. Dia mengatakan bukan hanya ketika orang memberi donasi, di sini dikatakan "lilin", tetapi itu adalah sebuah donasi. Jadi ketika seseorang memberikan sebatang lilin atau memberi donasi ke masjid, pada saat sakaratul maut, Allah akan memerintahkan Malaikat Maut untuk membawa sepuluh lilin dari Bayt al-Ma`muur dan meletakkannya di kuburnya dan ia akan memperoleh fadilahnya di Akhirat di mana hatinya bersinar dengan Cahaya Surgawi tersebut, dan bukan hanya itu, Allah (swt) akan memberinya Cahaya untuk kuburnya, yang akan menjadi bagian dari Surga, sebagaimana Nabi (saw) bersabda,

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّمَا القَبْرُ رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الجَنَّةِ أَوْ حُفْرَةٌ مِنْ حُفَرِ النَّارِ

Di dalam kubur ada sebuah taman dari Taman-Taman Surga atau parit dari Neraka. (Sunan at-Tirmidzi)

Jadi donasi untuk masjid adalah seperti itu, dan haddith wa laa haraj, berbicara tanpa akhir mengenai pahala yang diberikan kepada orang-orang yang menyumbang untuk masjid. Orang Yahudi tadi menjadi Muslim karena cahaya dari hati Imam Ahmad al-Badawi (q) dipantulkan pada hatinya. Jadi saya katakan di sini bahwa ada kebaikan dari program-program interfaith yang mereka lakukan di sini, di masjid maupun di negeri-negeri lainnya. Untuk enam batang lilin, orang Yahudi itu akhirnya masuk Islam. Kalian tidak tahu berapa banyak orang yang akan masuk Islam melalui program interfaith oleh para Muslim yang menunjukkan keramahannya kepada non-Muslim. Itu akan membawa manfaat besar bagi banyak pihak, karena kita harus berdoa agar Allah memberi hidayah kepada semua orang. Nabi (saw) ingin agar umatnya masuk Surga. Tentu saja orang-orang ini adalah bagian dari Ummat an-Nabi (saw), baik dari Ummat al-Ijaabah, yaitu mereka yang menerima seruannya Nabi (saw) atau dari Ummat ad-Da`wah, yaitu mereka yang telah diserukan untuk masuk ke dalam Islam namun masih belum menerimanya. Tentu saja Nabi (saw) ingin agar mereka masuk Islam setiap saat.

Orang-orang ini memberikan hibah untuk masjid dan menyumbang di sana sini seperti orang Yahudi yang memberikan enam batang lilin dan Allah memberinya Cahaya Surgawi. Jika kalian menyalakan lilin di bulan Ramadan, akan ada pahala yang besar bagi Ummat an-Nabi (saw) dan apa itu?

Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq (ra) bertanya kepada Nabi (saw) untuk memberi informasi kepada kita mengenai pahala dari puasa Ramadan. Jika mereka bangun di bulan Ramadan menurut adab dari bulan tersebut, tanpa menggunjing, tanpa berbuat curang dan tidak berbohong dan tidak melakukan segala perilaku buruk yang kalian lakukan dalam kehidupan kalian, jika mereka mengikuti adab Ramadan menjaganya, maka Ramadan tersebut yarmud adz-dzunuub, menghapuskan dosa. Allah akan menjadikan setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya Nabi (saw), ja`ala min kulli kalimat kharajat min famihi laylat al-mi`raaj bahran muwakkalan `alayhaa malaaikat laa ya`lamu `addadahum illa Huwa fa idzaa jaa-a ramadhan `alaa ummatii araa tilka al-malaaikati tahmil dzunuuba ummatii wa yakuunuhaa fii [tidak jelas] kamaa yahmil al-janaza ila maqaabir fi ‘d-dunya, yaa abaa bakr.

Beliau bersabda, “Orang yang menjaga Ramadan dengan segala prinsip-prinsip, etika dan adab, pada malam di mana Allah mengundangku ke Qaaba Qawsayni aw Adnaa (Maqam kedekatan Dua Busur atau Lebih Dekat, red.), pada hari itu Allah menjadikan setiap kata yang aku ucapkan sebagai samudra ilmu.” Allah menciptakan sebuah Surga khususnya untuk kata-kata dalam hati Nabi (saw) dan kata-kata yang telah diucapkannya tanpa huruf dan bunyi; Nabi (saw) memahami kata-kata tanpa bunyi dan juga kata-kata dengan bunyi. Tanpa bunyi Allah mewahyukan ke dalam hati Nabi (saw) tanpa tulisan dan Nabi (saw) dapat memahami apa yang Allah kirimkan kepadanya.

Beliau (saw) bersabda, “Dari mulutku, apa pun kata-kata yang keluar tanpa huruf atau bunyi, Allah menciptakan samudra ilmu dan meletakkan malaikat-malaikat yang tak terhingga di samudra itu dan ketika Ramadan tiba, aku melihat dosa-dosa umatku dibawa oleh para malaikat ini dan kemudian dilemparkannya ke dalam samudra-samudra itu dan akan menghapuskan dosa-dosa mereka sepenuhnya.” Itu akan dibukakan bagi hati mereka dari setiap kata yang beliau (saw) ucapkan dan kita tidak tahu ada berapa kata yang beliau ucapkan, yang dari sana Allah (swt) memberikan samudra-samudra ilmu kepada Nabi (saw) yang dikendalikan oleh para malaikat dan tidak ada yang tahu berapa jumlahnya.

Beliau (saw) bersabda, “Ketika Ramadan tiba, aku melihat para malaikat mengambil dosa-dosa dari umatku dan melemparkannya ke dalam samudra-samudra itu dan mereka akan muncul dengan bersih suci pada Hari Perhitungan.”

Sekarang masih Ramadan, jadi mari kita hindari menempatkan diri kita dalam masalah akibat menggunjing, melakukan kecurangan dan seterusnya, dan berusahalah sebaik mungkin untuk menerima dari bulan suci ini, di mana sepuluh hari pertamanya adalah rahmat, sepuluh hari keduanya adalah maghfirah, dan sepuluh hari terakhirnya adalah `itqun min an-naar.

Semoga Allah (swt) mengampuni dan memberkahi kita.

Wa min Allahi 't-tawfiiq, bi hurmati 'l-habiib, bi hurmati 'l-Fatihah.

http://sufilive.com/Adab-in-the-Naqshbandi-Tariqah-8--5934.html

© Copyright 2015 Sufilive. All rights reserved. This transcript is protected

by international copyright law. Please attribute Sufilive when sharing it. JazakAllahu khayr.

UA-984942-2