Available in: Bahasa   English   Go to media page

Mengapa Tariqah Naqsyabandi disebut “’Aliyyah” “Yang Paling Tinggi”

Mawlana Shaykh Hisham

17 Juni 2010 Lefke, Cyprus

Laylat al-Ragha’ib Khatm dan Suhbah

As-salaamu `alaykum. Sebelum dzikrullah ... thariqatuna as-suhbat wa ’l-khayru fi ’l-jami`yya (Tarekat/Jalan kami adalah suhbah/asosiasi/ persahabatan dan kebaikan ada dalam berjama’ah), setelah mengatakan, a`uudzu billahi min asy-Syaythani 'r-rajiim. Bismillahi 'r-Rahmani 'r-Rahiim. Dastuur yaa Sayyidii, madad. Dastuur yaa Sultan al-Awliya, madad, Mawlana Shaykh `Abd Allah al-Fa’iz ad-Daghestani.

Sayyidina Syah Naqsyband qaddasAllahu sirrahu, sebagaimana disebutkan oleh Grandsyekh ‘Abdullah Faiz ad-Daghestani, Syah Naqsyband mengatakannya antara 12.000 hingga 24.000 kali, “Thariqatuna as-suhbat wa ‘l-khayru fi ‘l-jami’yya”, “Jalan kita adalah persahabatan.” Sebagaimana jalan yang ditempuh para Sahabat terhadap Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam, mereka menjadi Sahaaba dengan menemani dan menyertai beliau shallAllahu ‘alayhi wasallam. Para sahabat dari awliyaa’ mewarisi rahasia ini! Sang Syekh menghiasi murid-muridnya, apa pun yang mereka lakukan, di mana pun mereka tinggal. Saat seorang syekh mengambil tangan mereka [1], syekh tersebut pun bertanggung jawab untuk menghiasi sang murid dengan atribut keindahan yang Nabi shallAllahu ‘alayhi wasallam hiaskan pada para Sahabatnya radiyAllahu ta’ala ‘anhum ajma’in. Sang syekh akan menghiasi mereka (para muridnya) sebagaimana Nabi shallAllahu ‘alayhi wasallam menghiasi para Sahabatnya, dan itu artinya adalah untuk menjadi seorang teman. Menjadi seorang sahabat berarti menjadi seorang teman. Kalian tidak bisa menjadi seorang sahabat tanpa menjadi seorang teman. Jadi, seluruh muriid adalah teman dan kawan.

Jadi itulah mengapa mereka menyebutnya sebagai Naqsybandiyyati ‘l-`Aliyyah. `Aliyyah bermakna “tinggi.” Saya sering mendengar pertanyaan tentang ini di berbagai tempat, karena memang ada banyak tariqat yang berbeda dan semua mengambil dari Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alayhi wasallam. Sayyidina Muhammad al-Busayri rahimahullahi pernah berkata, “gharfan min al-bahri aw rasyfan min ad-diyami – Apakah mereka mengambilnya dari samudra dengan ember-ember besar atau menciduk air hujan yang berjatuhan dengan kedua tangan mereka.” Mereka mengambil pengetahuan entah dengan tangan, atau dengan kendi-kendi atau ember-ember besar dari samudra! Semua bergantung pada kekuatan sang syekh. Semakin tinggi kedudukannya (maqam), semakin banyak pengetahuan yang dapat ia ambil, apakah seperti mengambil air sungai atau jeram dengan ember, ataukah seperti mengambil dari air terjun raksasa seperti Air Terjun Niagara!

Setiap syekh memiliki kekhasannya masing-masing. Saat seorang syekh menghiasi murid-muridnya, maka tidak seperti kita, yang kadang suatu hari menjadi teman, namun di hari lain memutuskan pertemanan itu. Tidak demikian. Saat seorang syekh mengaruniakan keindahan pada murid-murid nya, ia akan memberikan sepenuhnya! Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah “al-Kariim”, Yang Maha Pemurah Absolut, dan `aliyyah mengambil dari Nama itu. Artinya, ketika mereka (para syuyukh) memberi, mereka akan memberi secara permanen. Seorang wali tidaklah dapat menjadi seorang wali tanpa memberi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Qur’an Suci:

أَلا إِنَّ أَوْلِيَاء اللّهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ

Alaa inna awliyaullahi laa khawfan `alayhim wa la hum yahzanoon.

Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati; (10:62)

“Janganlah takut, wahai kekasih-kekasih-Ku (awliya)! Kuberikan Cinta-Ku pada kalian! Tidaklah Kuberikan Neraka pada kalian. Ambillah apa yang kalian inginkan. Jika kalian ingin murid-murid kalian, bawalah mereka. Apakah kalian pikir Allah yukhayyib, mengecewakan para wali-Nya? Tidak, Dia Subhanahu wa Ta’ala akan membawa murid-murid kalian semua ke dalam Surga.”

Dan sang Syekh terhubungkan dengan siapa? Sang Syekh terhubungkan dengan Nabi shallAllahu ‘alayhi wasallam! Artinya, murid-muridnya bergerak bersama syekh mereka, dan sang syekh pun bergerak bersama Nabi shallAllahu ‘alayhi wasallam. Karena itulah tarekat ini dinamakan “Tarekat an-Naqsybandiyyati ‘l-`Aliyyah.” Pertanyaan tentangnya adalah hayyar, mengherankan dan membingungkan. Jadi (orang-orang bertanya pada kita), “Mengapa kalian mengatakan tariqah kalian adalah yang paling tinggi, yang dimuliakan?” Hal itu bukanlah berarti merendahkan tariqah-tariqah lainnya, karena mereka semua mengambil dari Nabi shallAllahu ‘alayhi wasallam. Tetapi, Tarekat Naqsybandi mengambil dari dua pintu yang berbeda dari Nabi shallAllahu ‘alayhi wasallam; beliau memiliki banyak pintu. Sebagaimana beliau shallAllahu ‘alayhi wasallam bersabda:

أصحابي كالنجوم بأيهم اقتديتم اهتديتم

ashaabi kan-nujuum bi ayyihim aqtadaytum ihtadaytum.

Pada Sahabatku adalah bagaikan bintang-gemintang; yang mana pun yang kalian ikuti, kalian akan dikaruniai petunjuk.

Artinya, pilihlah siapa pun yang kalian merasa cocok dengannya, bahkan dengan seorang Syekhah (guru perempuan). Jangan kalian kira seorang perempuan tidak dapat menjadi seorang wali; mereka bisa. Demikian pula dengan para murid senior dari sang Syekh yang kalian merasa cocok untuk mengikutinya, kalian akan dikaruniai petunjuk, karena niat kalian adalah pada sang Syekh. Karena itulah kami mengatakan, yaitu saat pertanyaan ini diajukan kepada saya berulang kali, “Mengapa tariqah ini ‘tinggi’?” Karena tariqah ini datang dari dua pintu utama: dari Sayyidina Abu Bakr ash-Shiddiq radiyAllahu ‘anhu, tentang siapa Nabi shallAllahu ‘alayhi wasallam bersabda bahwa beliau menuangkan ke qalbunya (Abu Bakr) apa yang ada dalam qalbu beliau shallallahu ‘alayhi wasallam, serta dari pintu Sayyidina `Ali radiyAllahu ‘anhu wa karramAllahu wajhahu. Dan beliau shallAllahu `alayhi wasallam bersabda, “Aku adalah kota pengetahuan, dan `Ali adalah pintunya.” Kita mengambil dari keduanya, sebagaimana (jalan spiritual) mereka bertemu di Sayyidina Ja’far ash-Shadiq rahimahullah, salah satu dari dua belas imam yang mengambil dari kedua jalur spiritual ini, dari Sayyidina Abu Bakr dan dari jalur Sayyidina `Ali. Jadi, karena itulah tariqah ini mengalir melalui dua jalur utama ini, dan bertemu di Sayyidina Ja’far ash-Shadiq rahimahullah dan terus mengalir hingga saat ini. Karena itulah kita mengatakan tariqah Paling Utama, Most Distinguished tariqah, Tariqah `Aliyyah. Tarekat-tarekat lainnya diambil dari Sayyidina `Ali radiyAllahu ‘anhu, dan hanya tariqah Naqsybandi yang mengambil pula dari Sayyidina Abu Bakr radiyAllahu ‘anhu.

Dan kita mengatakan bahwa pada malam inilah (yaitu Laylatu ‘r-Raghaib, red.) saat mana Allah mengirimkan Cahaya dari Cahaya-Cahaya-Nya, dan mengirimkan Ciptaan Mulia ke rahim Sayyidah Aminah untuk membawa al-Musthafa, Yang Terpilih, Rahasia dari rahasia-rahasia, yang bersemayam di qalbu setiap hamba, Naqsybandi atau pun bukan. Dan Grandsyekh qaddasAllahu sirrahu dan Mawlana mengatakan bahwa ada lima tingkatan dalam hati: Qalb, Sirr, Sirr as-Sirr, Khafa dan Akhfa.

Qalb adalah tingkatan di mana Syaitan dapat masuk, di mana orang-orang berada di dunya dan dengan keluarga mereka. Jika ia mulai bergerak lebih jauh di atas tingkatan tersebut, mulailah ia memasuki tingkatan Sirr (‘Rahasia’, red.), dan tingkatan inilah yang, sebagaimana dikatakan Grandsyekh `Abdullah qaddasAllahu sirrahu, bagi sebagian besar dari 40 tariqah-tariqah. Dan ada banyak sekali prinsip dan aturan yang mesti diikuti supaya rahasia-rahasia tinggi ini dapat dicapai; ini bukanlah sesuatu yang mudah untuk dijelaskan sama sekali. Sebagai contoh, ketika kalian mengambil wudu’, ada prinsip aturan berwudu’ dan serupa dengan itu dalam tariqah ada pula prinsip dan aturan yang harus diikuti agar seseorang dapat melakukan perjalanan spiritualnya ini. Dan tingkatan ketiga adalah Rahasia dari Rahasia (Sirr as-Sirr). Setelah itu adalah maqaam dari Sayyidina Muhammad shallAllahu ‘alayhi wasallam dalam hati setiap insan, Maqam al-Khafa. Setiap orang dalam hatinya memiliki level dunya, kemudian Rahasia, lalu Rahasia dari Rahasia, dan setelah itu tingkatan yang terkait dengan Nabi shllAllahu ‘alayhi wasallam, Khafa; baru setelah itu ada suatu tingkatan yang tak seorang pun mengetahuinya.

لي مع الله وقت لا يسعني فيه ملك مقرب ولا نبي مرسل

Lii ma`a Allahi waqt laa yas`anee fiihi malakan muqarrab wa laa nabiyyin mursal.

“Aku pernah bersama Allah mencapai suatu tingkatan, yang tak pernah seorang pun Malaikat terdekat atau seorang pun Nabi yang terutus pernah mencapainya.”

Tak seorang pun malaikat atau pun nabi mengetahui level tersebut, Akhfa, yang dikaruniakan kepada setiap orang, kepada setiap orang yang pernah hidup. Dan suhbah yang disampaikan Mawlana Syekh memiliki banyak hal penting, dan pada setiap hal kalian dapat menuliskan sejilid buku untuk menjelaskannya.

ألا وإن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله ، وإذا فسدت فسد الجسد كله ، ألا وهي القلب

alaa inna fi ’l-jasadi mudghah. idhaa saluhat, saluh al-jasa kulih. wa idha fasadat fasadati ’l-jasad kulih. alaa wa hiya al-qalb.

Nabi shallAllahu ‘alayhi wasallam bersabda, “Dalam tubuh ini ada seonggok daging; bila ia baik, baiklah seluruh tubuh dan bila ia sakit, sakitlah seluruh tubuh. Ketahuilah daging itu adalah qalbu/jantung.”

Jika kita menginginkan untuk mencapai tingkatan-tingkatan ini, kita harus mengikuti aturan-aturan yang ada pada tingkatan-tingkatan ini. Dan awliyaa bertanggung jawab memegang di tangan mereka rahasia-rahasia yang terkandung dalam tingkatan-tingkatan tersebut, dan mereka memberikannya pada siapa pun yang mereka suka. Kalian mungkin mendapati seseorang dengan rambut keriting dan pakaian berminyak, yang tidak nampak indah, dengan bau yang memuakkan, dan orang-orang melarikan diri darinya; tetapi bila ia memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah akan memberinya. Hatinya suci; dia selalu bersama Allah subhanahu wa Ta’ala, bersama Nabi shallAllahu ‘alayhi wasallam, bersama awliyaullah. Allah subhanahu wa Ta’ala tidak melihat pada bentuk luar kalian, tapi Dia melihat pada qalbu kalian.

Dan pada malam ini, saat Allah mengirimkan rahasia itu pada rahim Sayyida Amina, di tempat inilah kita sekarang berada! Kita melakukan ziyarah (kunjungan) ke Mawlana Syekh, semoga Allah mengaruniai beliau panjang umur dan kesehatan dan untuk berada bersama Mahdi `alayhissalaam. Mawlana-lah sang pemandu, yang memandu kita ke jalan yang benar. Kita datang, mereka yang tinggal di sini dan mereka yang tidak tinggal, kita datang untuk ber-ziyarah pada Mawlana dan kita datang untuk melakukan ziyarah pada rambut Nabi shallAllahu ‘alayhi wasallam.

Nilai pentingnya rambut Nabi shallAllahu ‘alayhi wasallam adalah, saya akan memberikan sebuah contoh. Ini adalah segelas air, dan jari ini (mengambil setetes air). Tetesan air yang jatuh ini kembali menjadi bagian dari keseluruhan air tersebut. Di luar gelas air, tetesan tersebut dapat dilihat sebagai suatu bentuk tersendiri, namun ketika jatuh kembali ke dalam air di dalam gelas ini, bentuk tersebut hilang. Artinya ziyarah rambut Nabi shallAllahu ‘alayhi wasallam adalah bagaikan melakukan ziyarah kepada Sayyidina Muhammad shallAllahu ‘alayhi wasallam, karena rambut tersebut adalah bagian dari beliau!

Saya akan meriwayatkan suatu kisah di mana Sayyidina ibn ‘Arabi berkata, “Suatu waktu tanganku pernah menyelamatkan perahu Nuh ‘alayhissalam, dan seandainya tidak karena tanganku, tentu perahu itu telah tenggelam!” Dan orang-orang pun terkejut atas pernyataan tersebut, dan berkata, “Nuh ‘alayhissalam hidup 5000 tahun yang lampau.” Sayyidina Ibn ‘Arabi pun menjawab, “Ya, aku berasal dari keturunan Nabi shallAllahu ‘alayhi wasallam; aku adalah Hassani-Husayni. Dan tangan Nabi shallAllahu ‘alayhi wasallam-lah yang telah menyelamatkan perahu Nuh ‘alayhissalam, sedangkan aku adalah bagian dari tangan tersebut.”

Karena itulah suatu relik peninggalan Nabi akan menjadi saksi dari Nabi shallAllahu ‘alayhi wasallam di Hari Kebangkitan nanti bahwa kalian mengucapkan syahadah di hadapannya dan bahwa kalian telah mengunjunginya. Karena alasan ini pulalah kita mencium Hajar al-Aswad. Mengapa ketika kalian mengunjungi Ka’bah, fokus utama adalah untuk mencapai dan mencium Batu Hitam itu? Dan ada banyak hikmah di dalamnya; saya hanya akan menyebut satu di antaranya. Pertama, batu itu adalah batu Surga, dan siapa yang menyentuh Surga, Neraka pun tak akan menyentuhnya. Karena itulah saat kalian memulainya (thawaf, red.), Bismillah, Allahu akbar bahkan sekalipun dari kejauhan, batu itu akan menggapaimu. Jangan sangka bahwa batu itu akan menunggumu untuk mencapainya, dalam kerumunan orang yang berdesak-desakan itu. Tidak, apakah kalian dapat mencapai dan menciumnya, ataupun kalian tak mendapatkannya, batu itu adalah batu yang hidup dan akan meraih diri kalian seakan-akan kalian menyentuh Surga. Dan siapa yang menyentuh Surga tak akan menyentuh Neraka, sama seperti seseorang yang mengunjungi Rawdhatu ’sy-Syariifah dan melakukan salat dua raka’at di sana. Sebagaimana Nabi shallAllahu ‘alayhi wasallam telah menyebutkan, “Di antara minbar-ku dan maqaam-ku ada sekeping taman dari taman-taman Surga.” Tempat itu adalah Surga, maka siapa pun yang salat di sana selamat dalam Surga. Dan relik [2] apa pun dari syekh kita akan menjadi rahmat dan wasilah/sarana menuju Surga. Semoga Allah mengaruniakan panjang usia bagi Mawlana Syekh.

(Khatm dimulai.)

Setelah khatm:

Saya ingin berbicara tentang satu hal sebelum saya pergi. Ini adalah Syekh Abdus Salam as-Syaami (berdiri di sebelah Syekh Hisyam). Beliau melayani Grandsyekh `Abdullah Daghestani, dan setelah Grandsyekh wafat, beliau melayani Mawlana Syekh, jadi dapat saya katakan bahwa beliau telah melayani selama 60 tahun. Saya akan mengulangi apa yang diucapkan Grandsyekh `Abdullah tentang beliau, “Abdus Salam adalah penolongku dan aku menganggapnya seperti keluargaku sendiri, seperti Salman al-Farisi radiyAllahu ta’ala ‘anhu.” Dan Grandsyekh berkata pula, “Syekh `Abdus Salaam adalah salah seorang dari lima qutub.” Dan saya ingin mengatakan di hadirat Mawlana Syekh Nazim bahwa Syekh ‘Abdus Salaam adalah salah seorang dari lima qutub yang telah dikaruniakan kepada Mawlana Syekh sebagai kehormatan bagi beliau. Sudah lima atau enam tahun ini saya tidak menjumpainya. Itulah yang diucapkan Grandsyekh tentang beliau, dan semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala mengaruniakan kebahagiaan baginya dan semoga Allah mengaruniakan bagi beliau seseorang untuk melayani beliau sebagaimana beliau telah melayani Grandsyekh. Kalian boleh berbicara dengan beliau bila kalian memiliki pertanyaan atau untuk barakah.

Malam ini adalah mubarak bagi diri kita semua. Semoga Allah menjadikan Laylat al-Raghaib, saat Nabi shallAllahu ‘alayhi wasallam dipindahkan dari ayahanda beliau ke rahim suci ibundanya, semoga kita dikaruniakan rahmat kasih sayang yang dibawa bersama kehadiran Nabi shallAllahu ‘alayhi wasallam ke dunia ini.

Wa min Allah at-tawfiiq, bi hurmatil ‘l-Fatihah.

Catatan Penerjemah:

[1] Yaitu ketika melakukan bay’at atau inisiasi ke dalam tarekat.

[2] Relik di sini adalah apa pun yang terkait dengan Syekh atau Awliya’, misalnya bagian tubuh mereka: rambut, atau kuku; atau pun hal-hal lain yang memiliki keterkaitan, seperti baju, turban, sandal, dan lain sebagainya.

UA-984942-2