22 August 2010 Lefke, Cyprus
(Mawlana Syekh berdiri)
Allah Allah, Allah Allah, Allah Allah, `Aziiz Allah
Allah Allah, Allah Allah, Allah Allah, Kariim Allah
Allah Allah, Allah Allah, Allah Allah, Subhaan Allah
Allah Allah, Allah Allah, Allah Allah, Sulthaan Allah
Subhaan sen, Sultaan sen! Anta Subhaan, anta Sultaan! Zid habiibika yaa Rabbi 'l-`Alamiin,`izzan wa syarafan nuuran wa suruuran, wa ridhwaanan wa sulthaana. Zid wa baarik saair al-anbiya wa 'l-mursaliin wa man tabi`ahum bi ihsaan ila Yawmi 'd-Diin. Allahuma 'ghfir lanaa wa 'rhamnaa wa tuub `alaynaa wa 'hdinaa wa 'sqinaa wa 'slih syaa'nana wa syaa'na 'l-muslimiin. Tsumma salaam `alaa Shaahibi 'z-Zamaan. Tsumma ash-shalaatu wa 's-salaam `alaa Shaahib az-Zamaan wa `alaa Qutb az-Zamaan wa `alaa a'immatuna fi turuqu 'l-`aliyya amidahum, yaa Rabbii bi madadin khaas, yaa Rabbana!
(Mawlana Syekh duduk)
Eyyyy, hayyyyyy, eyyyyy, hayyyyyy
Eyyyy, hayyyyyy, eyyyyy, hayyyyyy
A`uudzu billahi min asy-Syaythaani 'r-rajiim. Yaa RijaalAllah!
Wahai Makhluk-Makhluk Surgawi! Wahai orang-orang yang suci! Wahai orang-orang yang bersih! Kirimkanlah kami dukungan surgawimu. Kami adalah makhluk yang lemah, dan di bulan suci ini kami memohon lebih banyak dukungan surgawi untuk memenangkan kami dari ego kami. Kita berusaha untuk membuang ego kotor kita. Ego kita bekerja dalam kekotoran. Ego kita tidak pernah meminta untuk menjadi yang paling bersih, tetapi senantiasa meminta kekotoran. Semoga Allah (swt) mengirimkan kesuciannya bagi hamba-Nya yang lemah. Sesungguhnya, wahai para hadirin, kita bukanlah orang-orang yang lemah karena barang siapa dikaruniai ucapan, Bismillahi 'r-Rahmaani 'r-Rahiim, ia tidak akan pernah menjadi orang yang lemah! Itu adalah karunia yang besar di mana tidak seorang pun dapat mencapai batas-batas karunia tersebut. Astaghfirullah. Allah (swt) berfirman, asta'iidzu billah (Mawlana Syekh berdiri).
وَخُلِقَ الإِنسَانُ ضَعِيفًا
Wa khuliq al-insaanu dha’iifa.
Manusia dicipitakan lemah. (4:28)
(Mawlana Syekh duduk) ShadaqAllahu 'l-`Azhiim.
Wahai para hadirin! Jangan menjadi orang yang lalai. Bangunlah, khususnya ulama-ulama Salafi yang memberi gelar kepada dirinya sendiri, di mana gelar-gelar itu menunjukkan bahwa mereka bukanlah orang-orang yang lemah! Ya, mereka berkata, “Kami adalah ulama,” tetapi tetap saja kalian adalah orang-orang yang lemah. Jangan lupa bahwa kalian adalah makhluk yang lemah. Kalian boleh saja menggunakan gelar, tetapi sebagian besar gelar memberikan kesan bagi orang-orang bahwa mereka adalah orang penting, dan mereka berkata, “Kami adalah sesuatu, kami adalah orang penting! Bagaimana mungkin kami bisa menerima bahwa kami adalah orang yang lemah?" Setan berkata kepada mereka, "Gunakan gelarmu, sehingga status lemahmu hilang."
Dan Allah (swt) berfirman, wa khuliq al-insaanu dha`iifa. SubhaanAllah!
Dia berfirman, khalaqtu al-insaan dha`iifa, tetapi di sisi lain Allah (swt) berfirman (Mawlana Syekh berdiri),
إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً
innii ja`ilun fi 'l-ardhi khaliifah.
Aku akan menunjuk seorang khalifah di muka bumi. (2:30)
Khalifah adalah pemimpin, jadi bagaimana bisa ia dikatakan lemah? (Mawlana Syekh duduk)
Fiihii nazar. Mereka meminta saya menanyakan pendapat ulama-ulama Salafi. Apakah kalian berkata bahwa al-insaan diciptakan dha`iif? Dan ayatul-kariimah menyatakan, innii ja`ilun fi 'l-ardhi khaliifah. Seorang khalifah tidak pernah, tidak pernah dan tidak pernah menunjukkan tanda-tanda kelemahan.
SubhaanAllahi 'l-`Aliyyu 'l-`Azhiim. Fiihii nazar. Kita harus memikirkan hal tersebut. Insaan, manusia, diciptakan khuliq al-insaanu dha`iifa. Inspirasi tafsir tersebut kini datang, bahwa insaan dilahirkan sangat lemah, sebagaimana seorang anak yang baru dilahirkan, kemudian keadaan fisiknya mendapatkan kekuatan, semakin kuat, semakin kuat,dan kemudian ia sanggup berdiri. Ajaib! Wa khuliq al-insaanu dha`iifa. Pada awalnya, makhluk berasal dari sperma ayahnya dan benda yang sangat lemah ini menjadi seorang manusia? Ketika penciptaannya akan disempurnakan dan lengkap, kemudian ia diberi busana, innii ja`ilun fi 'l-ardhi khaliifah, untuk menjadi wakil Allah (swt) di muka bumi. Makhluk kecil yang lemah itu akan menjadi seorang khalifah. Kemudian, “Kami membuat dan memberikan kepadanya apa yang ia perlukan dalam hal kekuatan.” Secara fisik ia menjadi kuat dan dengan rohaninya ia diberi kehormatan sebagai wakil. Fisik kita tidak akan mampu menerima kehormatan tersebut, tetapi spiritual kita dapat menanggung kehormatan besar nan agung tersebut, ya!
Kita mengatakan "hamba yang lemah". Apakah ulama kita mengetahui apa yang diperintahkan oleh Syariatullah? Katakan apa yang diperintahkan oleh syariah suci kepada kalian, wahai para ulama! Dan katakan kepada raja-raja atau sultan apa yang diperintahkan oleh syariah. Katakan! Tidak tahukah kalian bahwa Allah (swt) memerintahkan, “Bantulah pihak yang lemah!” Itu adalah perintah! Ketika Allah (swt) berfirman, khuliq al-insaanu dha`iifa, pertama sekali, perintah itu ditujukan untuk ayah dan ibu untuk merawat anak mereka yang masih lemah dengan penuh perhatian. Menyesal sekali saya katakan, bahwa di abad ke-21 ini, orang-orang hanya merawat bayinya selama 3 hari atau 1 minggu, kemudian mereka membawa bayi yang masih lemah itu ke pintu gereja, atau panti asuhan atau dinas sosial. Mereka berkata, “Kami telah mencapai puncak peradaban,” tetapi mereka bohong, mereka adalah para pembual! Perintah suci Allah (swt) adalah, ”Bantulah orang-orang yang lemah!”
Itu sebabnya Allah (swt) berfirman, wa khuliq al-insaanu dha`iifa. Itu artinya, "Perhatikan baik-baik makhluk yang baru dilahirkan." Ini adalah Perintah Surgawi yang pertama yang ditujukan kepada raja-raja, ratu, amir, pangeran, syekh, orang-orang kaya, presiden, pemerintah dan orang-orang yang telah diberi kekuasaan. Rawatlah makhluk yang lemah, bayi yang baru lahir dalam kondisi lemah dan yang tercampakkan! Jagalah orang-orang yang lemah karena mereka diciptakan lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa. Jagalah baik-baik orang-orang kecil itu!
Di manakah peradaban ini? Dokter-dokter telah memotong wanita (dengan operasi Caesar) dan mengambil bayi baru tersebut yang `ajiz, lemah, dari rahim para wanita dan kemudian mencampakkan mereka. Ribuan kejadian semacam itu terjadi setiap hari. Oleh sebab itu, Tuhan murka dengan manusia di muka bumi. Kemudian, Dia mengirimkan banjir, kebakaran, gunung meletus, gempa bumi, dan penyakit yang tidak dikenal sebagai hukuman untuk membuat mereka lemah agar bisa merasakan kegetiran orang-orang yang lemah!
Wahai manusia yang hidup dari timur ke barat, Islam datang dan hidup dengan rahmat, kasih sayang! Jika tidak ada kasih sayang maka tidak ada Islam!
Wahai manusia! Peliharalah orang-orang yang lemah di mana-mana. Kalian hidup dan begitu bangga bahwa kalian telah meraih puncak peradaban di abad ke-21!
Wahai ulama-ulama Salafi! Tak tahukah kalian akan hadis suci Nabi Pentup (s): (Mawlana Syekh berdiri)
إرحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء
Irham man fi 'l-ardh yarhamakum man fi 's-sama.
Berilah kasih sayang kepada semua yang berada di muka Bumi, Yang berada di Langit akan mengasihimu.
Bukankah ini sebuah hadis; tidakkah kalian tahu? Ke mana kasih sayang kalian kepada orang-orang? Kalian hanya mencari kesenangan egoistik kalian saja. (Mawlana Syekh duduk). Dan orang-orang dari timur ke barat, dari utara ke selatan, milyaran manusia dalam kondisi terburuk dan tidak ada seorang pun yang memberi kasih sayang kepada orang-orang yang kurang beruntung itu, bagi makhluk-makhluk lemah itu! Di mana kita hidup sekarang, setiap hari mereka membuat saya berseru kepada orang-orang itu, yang berkata, ‘Kami adalah ulama Salafi. Kami adalah ulama Wahhabi. Kami adalah doktor. Kami adalah para penguasa Muslim." Hadis tersebut seharusnya ditulis dengan tinta emas di mana-mana: Irham man fi'l-ardh yarhamakum man fi's-sama, "Berikan kasih sayangmu kepada orang-orang yang lemah, yang memerlukan, dan kepada orang-orang yang miskin." Tolonglah mereka, maka Tuhan akan memberimu dari Samudra Rahmat-Nya yang tidak berujung! Jika tidak, maka ghadabullah, Kemurkaan Tuhan, akan menghampiri kalian, sebagaimana Kemurkaan-Nya telah menimpa tentara Namrud, menyingkirkan mereka semua! (Mawlana Syekh berdiri):
وَمَا ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ بِعَزِيزٍ
Wa maa dzaalika `ala 'Llahi bi-`aziiz.
Yang demikian itu tidak sulit bagi Allah, yang tidak mempunyai sekutu. (14:20, 35:17)
Betul, tidak?! Bagaimana menurutmu, wahai para ulama? Maa dzaalika `ala 'Llahi bi-`aziiz. Allah (swt), Yang memiliki qaadiran mutlaq, Kekuasaan Mutlak, "Aku dapat berbuat apa saja, dan jika kalian tidak mengubah jalan hidupmu, Aku akan mencapaimu dengan kemurkaan-Ku!" (Mawlana Syekh duduk).
Wahai manusia! Ini adalah bulan suci dan Allah (swt) memerintahkan kalian untuk memberi kepada fakir miskin. Jangan menunggu hingga orang-orang miskin itu datang kepada kalian untuk mengemis. Jangan, kalian harus mendatangi mereka. Itu adalah kehormatan sejati bagi kalian. Seseorang bercerita tentang orang yang selalu meminta sedekah darinya, “Setiap hari mereka datang meminta, dan kami memberikan zakat dan sedekah kami, tetapi orang-orang berdatangan terus tanpa henti!” Orang itu bertanya, “Apa yang engkau berikan dari zakat?” “Kau tidak tahu?” “Aku ingin mendengarnya darimu.” “Kita menghitung emas dan harta kekayaan kita; lalu dari 40 kita ambil satu bagian dan memberikannya kepada kaum duafa karena Allah (swt) (yakni 1/40 bagian dari harta kekayaan mereka)." Orang yang bertanya tadi kemudian menjadi marah dan berkata, “Tidakkah kalian malu untuk memberikan 1 bagian dari 40 untuk Allah dan menyimpan 39 bagian untuk dirimu sendiri? Cuih! Ludah untukmu dan posisimu yang tidak terhormat itu!"
Orang-orang kini dalam keadaan sedemikian rupa, seseorang berkata, “Yaa syekh, biarkan saja mereka! Jika mereka memberikan satu dari 40, itu sudah cukup. Jangan bertengkar dengan mereka.” Tetapi mereka bahkan tidak memberikan satu bagian dari 40. Dan kita katakan kepada orang-orang itu, kalian memberikan kepada orang-orang miskin satu dari 40 dan menyimpan 39 bagian untuk kalian sendiri? Satu untuk Allah? Bagaimana kalian memahami Syariatullah atau kasih saying Allah bagi makhluknya? Kalian seharusnya berkata, “Wahai Tuhanku! Untuk-Mu, seluruhnya untuk dibagikan." Bagaimana kalian dapat menemukan orang-orang semacam ini? Mereka memalukan! Memalukan! Ke manakah orang-orang yang selalu berkata, "Wahai Tuhanku! Aku mengambil satu bagian untukku dan 39 untuk-Mu." Bagaimana kalian bisa menemukan orang-orang seperti itu.
Wahai para ulama Salafi, kalian adalah orang-orang kaya! Berilah demi Tuhanmu! Semoga Allah mengampuni kita.
Wahai manusia! Allah (swt) berfirman, “Aku akan menguji hamba-hamba-Ku, bagaimana mereka bersama-Ku, dan bagaimana mereka bersama dunya. Apa yang mereka persiapakan untuk dunya mereka dan apa yang untuk Mawla? Aku harus menguji dan mencoba hamba-hamba-Ku." Dan seluruh orang-orang suci, awliyaullah, mereka berkata, “Seluruh orang itu tidak pernah lulus dari level yang terendah, bahkan satu level pun mereka tidak pernah beranjak.”
Yaa Allah! Berikan kepada kami manisnya Syariah! Kirimkan kepada kami seseorang dari hamba-hamba-Mu yang baik, untuk mengajarkan kepada kami hidup sebagaimana yang Engkau kehendaki. Dan semoga Allah (swt) mengampuni kami demi kehormatan dari hamba yang paling Kau cintai (Mawlana Syekh berdiri), dan mengubah kami dari orang yang buruk menjadi baik, demi kehormatan Nabi Penutup (s). (Mawlana Syekh duduk).
Fatihah.
(Mawlana Syekh bersenandung.)
Dome dome, dome dome, Dome dome, dome dome
Dome dome, dome dome, Dome dome, dome dome
Dome dome, dome dome, Dome dome, dome dome
Dome dome, dome dome, Dome dome, dome dome
Setan dan para pengikutnya tidak akan pernah gembira dengan nasihat ini. Mereka sangat marah, dan saya berdoa semoga kemarahan mereka membunuh mereka!
(40 menit) (860 pemirsa) Hari ini adalah Minggu. Semoga Allah (swt) mengampuni kita.
(Mawlana Syekh melakukan Salat Syukur dua rakaat.)
(Mawlana Syekh berbicara dengan Hajah Naziha dan Syekh Hisyam Effendi di telepon).