Go to media page Available in: English   Bahasa  

Enam Nama Surgawi yang Allah Berikan kepada Setiap Manusia

(dari peringatan `Urs Syah Naqsyband (q))

Mawlana Shaykh Hisham Kabbani

New Jersey, 8 November 2014

Alhamdulillah Allah telah memuliakan kita dengan para Awliya, dengan orang-orang yang saleh, orang-orang yang ikhlas, di mana sebagian orang tidak memperoleh kehormatan tersebut, sebagaimana yang kita peroleh. Mengapa? Itu adalah Kehendak Allah.

Saya tidak mengatakan bahwa yang lain tidak diberi ganjaran dari Allah, tetapi kita telah dimuliakan dengan seorang Wali Besar yang reputasinya memenuhi Bumi; dan Tarekat ini dinamakan berdasarkan namanya, ath-Thariqah Naqsybandiyyah. Kita menganggap beliau sebagai Ghawts dalam Tarekat Naqsybandiyyah; dan Ghawts di zamannya serta zaman setelahnya, sebagaimana Sayyidina Syekh Abdul Qadir al-Jaylani (q). Beliau adalah seorang Ghawts. Setiap kali seorang Ghawts wafat, Allah mengirimkan Ghawts lainnya.

Sebagaimana yang kita ketahui, hari ini adalah 10 Muharram, Selasa adalah 10 Muharram menurut beberapa kalender. Selain itu Senin, 3 November juga adalah 10 Muharram menurut kalender yang lainnya. Apa pun itu, Urs Sayyidina Syah Naqsyband (q) adalah 14 Muharram. Kita berniat untuk memperingatinya kemarin di rumah salah satu murid terbaik Mawlana, Dr. Tasneem dan Dr. Qaiser Shameem.

Saya rasa kita belum pernah merayakan Hari Asyura di rumah beliau, tetapi ada tajali yang besar sehingga saya ingin agar Ali melanjutkan qasidahnya, tetapi ia merasa kelelahan. Ketika tajali tersebut turun, ia membusanai semua orang yang hadir di sana dan juga mereka yang mengatakan bahwa mereka adalah Naqsybandi, di mana pun mereka berada, mereka semua akan dibusanai tajali tersebut.

Ada tajali umum bagi mereka yang menyebut namanya mengikuti Sayyidina Syah Naqsyband (q), tetapi bukannya nama yang menjadikannya seseorang, melainkan apa yang telah Allah berikan kepadanya yang menjadikannya seseorang. Kalian dapat memanggil seseorang dengan gelar apa pun, tetapi itu tidak berarti apa-apa jika Allah tidak memanggilnya dengan nama tersebut. Itulah sebabnya Allah memberikan tujuh nama kepada setiap orang. Satu nama di dunia, yang dengannya ia menjalani hidupnya dan enam nama lainnya di langit, di mana ia akan dikenal dengan nama-nama tersebut, apakah ia seorang Mukmin, atau apakah ia seorang non Mukmin, orang yang tidak beriman.

Dan sekarang mereka membukakan suatu ilham, suatu hakikat yang belum pernah dibukakan sebelumnya. Saya tidak pernah mendengarnya, hati saya tidak pernah mendapatkannya, tetapi sekarang ia mendapatkannya karena berkah dari Sayyidina Syah Naqsyband (q) dan berkah dari Syuyukh kita, Sayyidi Syekh `AbdAllah al-Fa'iz ad-Daghestani (q) dan Sayyidi Syekh Mawlana Syekh Nazim al-Haqqani (q), bahwa nama yang kita gunakan di dunia ini–yang dengannya kita menjalani hidup kita–mempunyai banyak rintangan karena setiap orang mempunyai masalah.

Kehidupan kita kadang di atas, kadang di bawah. Kadang-kadang kita menangis, kadang-kadang kita tertawa, itu tergantung pada apa yang dipikul oleh nama tersebut untuk orang itu. Misalnya jika engkau Yusuf, dan orang ini juga Yusuf, kau mendapati kehidupan yang berbeda dengan orang ini, karena engkau akan dikaruniai kehidupan yang sesuai denganmu menurut nama tersebut, begitu pula dengan orang ini yang namanya sama, tetapi orangnya berbeda, ia akan menjalani kehidupan yang sesuai dengan nama itu sesuai kepribadiannya.

Tetapi enam nama lainnya. Pada masing-masing nama, kalian akan menjalani kehidupan surgawi, berbeda dengan kehidupan di dunia menurut nama yang diberikan kepada kalian. Nama yang diberikan kepada kalian di dunia diberikan oleh orang tua kalian, dan orang tua kalian mempunyai kesulitan mereka sendiri. Jadi ketika mereka memilih nama tersebut, ia bercampur dengan kenegatifan mereka dan kesalehan mereka.

Jadi kalian akan merefleksikan pada kepribadian kalian dan kalian akan dipengaruhi oleh apa yang mereka sandangkan pada kalian dari apa yang mereka sandangkan atau rintangan apa yang mereka hadapi di dunia, baik positif maupun negatif, itu akan muncul pada diri kalian. Itulah sebabnya kalian melihat bahwa kehidupan kalian naik turun. Sekali bagus, tetapi di lain waktu kalian mempunyai masalah sampai kalian meninggal dunia.

Tidak ada pengecualian dalam hal itu; nama apa pun yang telah diberikan kepada kalian di dunia, ia mempunyai karakteristik baik dan buruk. Bahkan jika nama tersebut adalah nama yang baik, tetapi ketika ia diberikan oleh orang tua kalian, ia tercampur dengan hal-hal negatif dan positif dari mereka, satu hari kalian saleh, hari berikutnya kalian tidak saleh, tetapi kalian tetap Muslim, kalian Mukmin. Satu hari naik, satu hari turun.

Enam nama lainnya, setiap nama mempunyai kehidupannya masing-masing, dan kalian diberikan umur di sini, berapa pun umur yang Allah berikan kepada kalian, kalian akan hidup dengan nama tersebut. Kehidupan itu, 70 tahun, 80 tahun, 90 tahun, 1 tahun, segera setelah kalian dilahirkan, atau sampai menginjak remaja, berapa pun umur kalian, kalian akan merefleksikan nama tersebut dengan segala cetak birunya (blueprint). Setiap orang mempunyai cetak biru dan ada juga cetak biru surgawi.

Dan setiap nama dari keenam nama yang akan kalian bawa, tidak ada seorang pun yang mengetahuinya, kecuali Allah (swt) dan siapa pun yang telah Allah berikan hakikat tersebut untuk melihat apa yang tidak dapat dilihat, sebagaimana yang dikatakan oleh Nabi (saw) di dalam Hadits,

عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ، وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ، وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ، ذُخْرًا، بَلْهَ مَا أُطْلِعْتُمْ عَلَيْهِ ‏"‌‏.‏ ثُمَّ قَرَأَ ‏{‏فَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ‏}‏

Nabi (saw) bersabda, “Allah berfirman, ‘Aku telah mempersiapkan bagi hamba-hamba-Ku yang saleh hal-hal yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga dan tidak pernah terlintas di hati manusia. Semua itu disimpan. Selain itu, semua yang kalian lihat bukanlah apa-apa.” Kemudian Dia berfirman, ‘Tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka berupa (macam-macam nikmat) yang menyenangkan hati sebagai balasan terhadap apa yang selalu mereka kerjakan.(QS as-Sajdah, 32:17)’” (HR Bukhari, diriwayatkan oleh Abu Hurayrah)

Mendengar apa yang belum pernah didengar, mereka dapat melihat nama sejati kalian dan mereka dapat menyebutkannya kepada kalian. Dan jika mereka menyebutkannya kepada kalian dalam kehidupan kalian di dunia, maka itu adalah sebuah nikmat yang besar, karena jika mereka tidak mempercayai kalian, mereka tidak akan menyebutkan nama tersebut, karena nama itu dapat memindahkan gunung, bukannya memindahkan manusia, tetapi memindahkan gunung dari tempatnya.

Setiap nama surgawi mempunyai tajali yang berbeda dengan nama-nama yang lain, mereka tidak serupa satu sama lain. Kalian melihatnya kembar, tetapi karakteristiknya berbeda. Orang-orang mengatakan bahwa tidak ada shalat di Surga–tidak! Di Surga tetap ada shalat. Di Surga kalian berhak atas segala kesenangan, itu benar! Setiap napas kalian di Surga adalah shalat, kalian menjadi kekal. Dunia tidak kekal, tetapi di Surga kehidupan kalian menjadi kekal. Jadi setiap momen dalam kehidupan kalian di Surga–apakah makna dari segala kesenangan di Surga? Orang-orang mengatakan huur al-`ayn, tetapi bagi Awliyaullah huur al-`ayn bukanlah mubtaghaa–tujuan mereka. Tujuan mereka di Surga adalah Allah dan Nabi-Nya (saw).

Allah memberikan huur al-`ayn kepada Mukmin, ya. Allah memberi mereka kehidupan yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya di dunia dan tidak dapat digambarkan; jadi itu digambarkan dengan kata tersebut, yakni huur al-`ayn untuk memberi kalian pemahaman, karena sekarang pria dan wanita, mereka mengejar kehidupan yang menyenangkan. Jadi makna dari huur al-`ayn, ya arti harfiahnya adalah di sana, tetapi makna rohaniahnya adalah bahwa tujuan kalian adalah Allah dan Nabi-Nya (saw), bukannya huur al-`ayn.

Mawlana mengatakan sesuatu kepada saya, tetapi saya tidak dapat mengatakannya sekarang, tetapi jangan diambil dalam makna yang buruk, beliau mengatakan bahwa bagi Awliyaullah atau bagi Mukmin ketika mereka mengetahui hakikat dari Surga dan perbedaan hakikat antara dunia dan akhirat, bagi mereka huur al-`ayn seolah-olah seperti orang yang meludah dari mulutnya. Itu bukanlah sesuatu yang akan memberikan kesenangan bagi mereka. Kesenganannya adalah ketika mereka dapat melihat Allah (swt) di Surga, karena Allah (swt) dapat dilihat di Surga. Jadi mana yang kalian sukai: huur al-`ayn atau ru’yatullah, melihat Allah (swt) di Surga?

Lalu apa yang terjadi dengan huur al-`ayn ketika kalian melihat Allah (swt) sekali di Surga? Seluruh Surga tidak ada artinya lagi bagi kalian! Yang penting bagi kalian adalah bersama dengan apa yang kalian lihat; yang terpenting bagi kalian adalah ru’yah di Surga yang kalian lihat itu, dan bukannya berkurang, tetapi kalian meminta untuk dapat melihat seterusnya. Istilah kalian zoom in (memperbesar gambar)? (ya) Kalian ingin memperbesarnya terus seperti kalian melakukannya ketika melihat langit di google map (google sky–red), dengan zoom in, kalian dapat melihat lebih banyak bintang di sana. Pada awalnya kalian melihat sedikit bintang, lalu kalian zoom in, ia menjadi terbuka, dan terbuka lagi lebih luas.

Di Surga zoom in adalah melalui ru’yatullah `azza wa jalla, yakni melihat Allah (swt). Ketika kalian melakukan zoom in, cahaya itu tidak pernah ada ujungnya, di mana Allah muncul kepada kalian dari Asmaul Husna wal Shifat-Nya. Allah TIDAK menunjukkan suatu bentuk dari Diri-Nya dan yang Dia tunjukkan kepada kita hanya dapat mengungkapkan apa yang dikatakan oleh para Awliya kepada kita.

Nabi (saw) mencapai Qaaba Qawsayni aw Adnaa, itu adalah seperti zoom in, beliau disedot ke dalam Hadirat Ilahi seperti sebuah vacuum cleaner, beliau seperti disedot dengan sedotan surgawi yang dalam sekejap beliau berada dalam Hadirat-Nya dan terus membawanya ke posisi yang semestinya beliau berada, baik dalam kehidupannya sekarang dan di masa depan serta setelah Hari Kebangkitan. Beliau selalu berada dalam mi`raaj, selalu bergerak tanpa arah tertentu, itulah Kebesaran Surgawi. Jika ada arah tertentu, maka kalian akan mengatakan, “Ooh inilah arah tujuanku.” Di Surga tidak ada arah tertentu, kalian akan berada di mana-mana dalam waktu yang sama, tanpa arah tertentu dan waktu tertentu. Yang ada hanyalah mendekat, mendekat, mendekat.

Jadi keenam nama ini adalah enam level, dan setiap level mempunyai Surga-Surganya sendiri, bukan hanya satu Surga; dan di dalam Surga-Surga ini mereka yang telah dibusanai melalui enam nama yang berbeda ini, mereka dibusanai dengannya dan mereka disedot ke level yang lebih tinggi.

Di dunia kalian mempunyai satu nama, tetapi banyak orang yang mungkin mempunyai nama yang sama, tetapi di Akhirat, kalian mempunyai enam nama, tetapi tidak ada seorang pun yang mempunyai nama yang sama dengan kalian. Setiap orang dipanggil dengan keenam namanya yang berbeda, tidak ada pengulangan. Jika kalian dipanggil dengan sebuah nama, tak seorang pun dapat membawa nama tersebut dan pada setiap level kalian mempunyai nama yang berbeda, tak seorang pun dapat memahami nama kalian, hanya sang pemegang kunci saja untuk level tersebut, yakni nama kalian pada level tersebut.

Kalian akan melihat orang di level tersebut dengan nama-nama yang berbeda tetapi dengan tajali yang sama turun pada mereka. Dan Kebesaran Allah (swt) ketika Dia memberi kalian nama, itu tidak terulang. Hitunglah berapa banyak yang akan masuk Surga. Kita tidak tahu berapa banyak, tetapi itu adalah ciptaan Allah, tetapi mari kita lihat di dunia, katakanlah ada 1 miliar orang dan setengahnya adalah Muslim bukan? Jika seseorang bernama Yusuf, kalian dapat menemukan 1 juta Yusuf, tetapi di Surga, jika seseorang mempunyai nama Yusuf, hanya ada 1 Yusuf, tidak ada yang lainnya! Hanya ada 1 Ali, hanya ada nama Anu dan seterusnya, tetapi TIDAK ADA yang mempunyai nama Muhammad! Itu hanya untuk Nabi (saw). Muhammad, Ahmad, Mahmud, ketiga nama ini hanya untuk Nabi (saw). Ada ratusan nama yang Allah berikan untuk Nabi (saw) di Surga dan akan lebih banyak lagi yang dibukakan bagi Nabi (saw) di Surga.

Kita bisa disebut Muhammadiyyuun, ya, insya Allah, tetapi bukan Muhammad. Muhammad hanya 1. Hanya 1! Muhammadiyyuun artinya sekelompok orang di bawah tajali Nabi (saw); di bawah tajali yang Allah kirimkan kepada Nabi (saw) dan kemudian Nabi (saw) mengirimkannya kepada yang lain. Seperti matahari, apakah kalian melihat satu berkas cahaya atau tak terhingga berkas cahaya? Tak terhingga! Jadi dari Nabi (saw) ada tak terhingga berkas cahaya yang akan membusanai orang-orang yang berada pada Surga khusus tersebut. Kalian naik ke Surga yang lebih tinggi, tetap saja Muhammadnya sama. Tak seorang pun dapat memikul nama tersebut. Jadi nama kedua kalian tidak ada yang menyerupainya satu sama lain, setiap orang berbeda. Tetapi nama Nabi (saw), tidak ada yang dapat memikulnya kecuali satu, yakni Muhammad (saw) di Surga tersebut. Dan itu adalah Surga yang penuh dengan muatan.

Untuk matahari kalian melihat berkas cahaya yang tak terhingga, begitu juga untuk Nabi (saw), dari beliau terpancar berkas cahaya yang tak terhingga untuk umatnya. Begitu juga dengan nama ketiga, keempat, dan kelima, namun untuk nama keenam hanya untuk satu setiap abad, yakni Ghawts. al-Ghawts, hanya satu, tak seorang pun dapat memikul nama tersebut, kecuali seorang saja. Ketika ia meninggalkan dunia, muncul Ghawts yang lain. Di Akhirat kalian akan melihat banyak di antara mereka pada setiap level Surga. Mereka muncul dengan berkas cahaya, mereka mewujudkan cahaya tersebut. Semuanya itu wa kullun min rasuulillaahi multamisun, mereka semua mengambil dari Nabi (saw). Tak seorang pun yang kalian katakan mengambil dari rute lainnya, hanya dari Nabi (saw). Seluruh Nabi mengambil dari Nabi (saw), seluruh umat selain ummatun Nabi (saw), mereka semua mengambil dari Nabi (saw). Setiap level di Surga membawa pelangi dari Asmaul Husna wal Shifat yang akan menerangi Surga tersebut; dan di sana maa laa `aynun ra’at, “Apa yang tidak pernah dibayangkan oleh mata.” wa laa udzunun sami`at, “tidak pernah didengar oleh telinga,” ini adalah pertama kalinya muncul. Wa laa khathara `alaa qalbi basyar, “dan tidak pernah masuk ke dalam hati manusia,” yakni makna dari enam tingkat Surga yang berbeda ini.

Allah (swt) mewujudkan kepada manusia pada setiap tingkat Surga, tetapi pada tingkat keenam, tidak ada izin untuk membicarakannya, sebab aqidah kita akan terguncang. Jadi kalian tidak bisa bicara di sana. Allah dan Nabi-Nya (saw) yang lebih mengetahui apa yang akan Allah berikan kepada Ummatun Nabi (saw), khususnya kepada ummatun Nabi (saw), tidak ada yang lain.

Orang-orang yang telah mendapat syafaat dari Nabi (saw), mereka adalah orang-orang yang dapat melihat pada Surga keenam seperti apa yang akan terjadi. Keenam Surga ini tidak sama, apa pun yang kalian temukan di sana, pada nama-nama yang berbeda, artinya pada level yang berbeda, di mana pada setiap level kalian mempunyai nama tersendiri, semua ini, dan apa yang orang pikirkan mengenai huur al-`ayn, mengenai wildaanun mukhaladuun, pemuda tanpa janggut yang melayani wanita; jadi dari kedua sisi Allah memberi sesuatu.

Tetapi semua itu menjadi tidak ada apa-apanya di atas level keenam, yakni levelnya Nabi (saw), Qaaba Qawsayni aw Adna. Apa yang telah Allah bawa kepada Nabi (saw) 1400 tahun yang lalu baik secara fisik maupun rohaniah, Nabi (saw) dalam keadaan mi’raaj di atas semua Surga dan memohon kepada Allah (swt) untuk membusanai ummatnya, jadi apa pun yang beliau minta dari Qaaba Qawsayni aw Adna telah dibusanai kepada ummah di dunia dan akan dibusanai melalui satu nama di dunia, dan mereka akan dibusanai sesuai dengan keenam nama di Akhirat, Nabi (saw) akan membusanai mereka dari level Qaaba Qawsyani aw Adna.

Di atas itu adalah Ghaybu al-Muthlaq, benar-benar tersembunyi, tak ada yang dapat mengetahui. Qul Huwa: Huwa adalah ghaib, tidak dapat dilihat. Qul Huwa, Dia tidak dapat dilihat, tidak dapat diketahui, tak seorang pun dapat memahami Dzat-Nya. Nabi (saw) dapat memahami apa pun yang Allah bukakan baginya pada level tersebut dan beliau membaginya kepada ummah, tetapi apa yang Allah berikan membuatnya takjub. Qaaba Qawsayni aw Adna bukanlah sebuah kata yang kita baca berulang-ulang dalam Surat an-Najm seperti seorang pendongeng, tetapi pada hakikatnya ia penuh dengan muatan yang membawa asrar dari enam nama setiap orang, satu di dunia dan enam di Akhirat.

Non Muslim juga mempunyai tujuh nama tersebut, tetapi enam namanya di Neraka. Mereka akan dihukum karena mereka tidak menerima tauhid. Mereka adalah orang-orang yang tidak beriman. Sekarang, mungkin kalian berpikir bahwa seseorang itu adalah orang yang tidak beriman, tetapi dalam pandangan Allah ia adalah orang yang beriman. Kita tidak bisa menilai. Jadi untuk orang-orang yang tidak beriman, enam nama mereka ada di dalam Neraka sesuai Kehendak Allah. Kita tidak bisa mencampurinya.

Pada saat itu kalian akan mengerti; pada saat itu akan dibukakan pada kalian agar kalian tidak melihat orang lain, karena di dunia kita sering melihat para orang lain dan berusaha menggunjing mereka. Di sana, hal itu tidak mungkin, karena di sana tidak ada suatu kesalahan apa pun. Apa yang Allah inginkan akan terjadi. Dia mengutus Rasul-Rasul, orang-orang tidak menyukainya, mereka akan memikul tanggung jawab. Kita tidak bisa menghakimi mereka. Allah yang menghakimi mereka. Jadi, mereka akan dihukum, ya, tetapi kita tidak tahu apa makna dari hukuman ini dan kita tidak ingin mengetahuinya, karena itu bukanlah urusan kita.

Itulah sebabnya Grandsyekh, semoga Allah memberkahi ruhnya (aamiin), mengatakan bahwa umat pertama yang akan masuk Surga adalah Ummatun Nabi (saw) dan setiap orang pergi ke tempatnya masing-masing sebelum yang lain karena Allah tidak ingin menunjukkan kepada mereka ke mana mereka akan pergi, karena akan muncul hasad di sana. Bahkan di antara seorang Mukmin dengan Mukmin lainnya akan muncul hasad, “Mengapa ia masuk ke level yang lebih tinggi sementara aku di level yang lebih rendah.” Allah bahkan tidak menunjukkan di mana tempat orang yang kalian kenal; kalian hanya akan melihat diri kalian masuk ke dalam kesenangan yang luar biasa dari tajali Asmaul Husna wal Shifat Allah. Kalian tidak lagi memikirkan apa pun kecuali kesenangan tersebut, bukan orang yang ada di sebelah kanan kalian, dan bukan juga orang yang ada di sebelah kiri kalian. Melihat ke arah matahari yang merupakan simbol Nabi (saw) yang memancarkan cahaya ini. Itulah yang selalu kalian lihat.

Kalian akan menjalani kehidupan di mana setiap saat kalian mengalami peningkatan, jadi di mana huur al-`ayn pada saat itu? Para Awliyaullah mengatakan bahwa jika satu huur al-`ayn menunjukkan kuku jari kelingkingnya ke dunia, seluruh dunia ini akan kolaps, tidak seorang pun yang akan hidup bahagia, karena mereka semua akan mengejar keindahan dari kuku tersebut. Namun di Surga, kalian tidak akan menghiraukannya lagi, kalian akan melihat ke arah Nabi (saw) dengan tajali yang Allah kirimkan kepadanya dan beliau mengirimkannya kepada ummah. Itulah yang lebih penting. Kalian tidak akan melihat ke arah yang lain, pandangan kalian hanya tertuju ke sana: Kebesaran yang Allah tunjukkan.

Jadi, itu telah dianugerahkan kepada Nabi (saw), selesai! Itu telah diberikan. Itu berasal dari ayat:

أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ

Alam nashrah laka shadrak

Bukankah Kami telah melapangkan dadamu? (Surat asy-Syarh, 94:1)

Dari ketiga kata tersebut, alam, nashrah, laka shadrak. Kami telah melapangkan dadamu yaa Muhammad (saw). Itu sudah cukup! Dari ayat ini keluarlah semua ini. Bagaimana menurut kalian tentang Awliyaullah, apa yang akan masuk ke dalam hati mereka? Jika itu dibukakan kepada kita di sini, bagaimana menurut kalian, apa yang akan dibukakan kepada para Awliyaullah? Dan bagaimana menurut kalian terhadap Ghawts? Bagaimana menurut kalian terhadap Qutub, Qutub al-Aqtaab, Qutub al-Bilad, Qutub al-Mutashsharif, Qutub al-Irsyad, apa yang mereka bawa? Apa yang dibawa oleh Ghawts?

Tak seorang pun dapat menyangkal kelima Qutub ini. Satu pergi, satu datang. Jadi kalian akan beruntung bila kalian telah diberikan nama kalian, salah satu nama dari keenam nama-nama ini dan kalian akan beruntung jika kalian mengikuti Syekh tersebut, yang membawa asrar ini–dari seluruh Syuyukh, dari Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq (ra) dan Sayyidina Ali (ra). Dipadukan keduanya. Mereka memenuhi dunia. Ada 124.000 Wali, syekh. Kita bertemu satu, kita bertemu dua, empat, lima, sepuluh, kita tidak bisa menyangkal kehadirannya.

وَفَوْقَ كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ

Wa fawqa kulli dzi `ilmin `aliim

Di atas orang yang berpengetahuan, ada yang lebih mengetahui (Surat Yusuf, 12: 76)

Di atas orang yang berpengetahuan, ada yang lebih mengetahui, ada yang lebih tinggi, ada yang lebih tinggi lagi dan itu tidak pernah berhenti. Itu adalah Kalamullah. Kalamullah tidak pernah berakhir. Ia hidup selamanya. Ketika Allah berfirman di dalam al-Qur’an, wa fawqa kulli dzi `ilmin `aliim, di atas orang yang berpengetahuan ada yang lebih mengetahui, artinya ini tidak pernah berakhir, mereka ada di sana. Generasi demi generasi sampai Hari Kiamat.

Jika apa yang baru saja saya katakan membuat orang takjub–saya dan kalian takjub terhadap apa yang dikirimkan oleh Mawlana, bagaimana menurut kalian dengan Mahdi (as)? Beliau akan datang dengan Ilmu-ilmu seperti apa? Awliyaullah mengatakan bahwa beliau adalah pemegang asrar al-Qur’an. Nabi (saw) akan terus mendukung beliau, terus-menerus menghubungkannya; dan ilmu-ilmu dari Qaaba Qawsayni aw Adna akan dituangkan ke dalam hatinya dan beliau meneruskannya ke dalam hati orang-orang yang beriman.

Pada saat itu jangan khawatir dengan orang-orang yang tidak beriman karena saya mendengar dari Grandsyekh, semoga Allah memberkahi ruhnya bahwa ketika Mahdi (as) muncul dan mengucapkan takbir, “Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar!” semua perang ini akan berhenti karena beliau datang untuk perdamaian, bukan untuk pertikaian. Bukan hanya itu, bagaimana perang itu berhenti? Karena Syaithan masih ada di sana, tetapi ia melarikan diri dari Mahdi (as). Pada saat itu Allah membuat semuanya meleleh, semua tank dan pesawat besar, semua yang kalian lihat, apa yang terjadi pada mereka? Senjata mesin, segala sesuatu yang terbuat dari logam, semuanya akan meleleh, pedang-pedang akan meleleh sehingga tidak ada lagi senjata.

Beliau mengucapkan, “Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar!” Siapa pun yang mempunyai iman, walau sebesar atom–kalian tahu atom? Secara sains, kalian tahu tentang atom? Bahkan mikroskop raksasa yang dapat melihat segala sesuatu atau teleskop raksasa tidak bisa melihat atom. Lupakan tentang atom, pikirkan tentang elektron, yang lebih kecil, atau neutron, yang ini negatif, yang ini positif, semua ini akan berhenti. Bahkan yang lebih kecil dari atom yang digunakan untuk berperang akan berhenti.

Orang-orang yang tidak beriman, bila mereka mempunyai partikel terkecil yang lebih kecil daripada elektron, yang sekarang dikenal sebagai “quarks”, jika mereka di dalam hatinya mempunyai iman sebesar quarks tersebut, yakni iman kepada Allah (swt), mereka akan masuk Surga. Karena dengan takbir tersebut, iman akan masuk ke dalam hatinya, membuat mereka mengucapkan, “Asyhadu an lā ilāha illa ‘l-Lāh, wa asyhadu anna Muḥammadan Rasūlullāh.” Selesai! Segera setelah mereka mengucapkannya, mereka menjadi Muslim! Segala sesuatu sebelumnya akan dihapuskan.

الإسلام يجب ما قبله

Al-Islaamu yajib maa qablahu,

Islam menghapuskan apa-apa yang sebelumnya, segala dosa, semuanya, dan mereka mendapati diri mereka bersama Mahdi (as). Grandsyekh, semoga Allah memberkahi ruhnya mengatakan bahwa pada saat itu banyak sekali orang yang masuk Islam. Dan mereka semua jika mereka mempunyai iman sebesar quarks, mereka akan mendengar takbir Mahdi (as) dan dengan segera iman itu membusanai mereka dan hati mereka mengatakan, “Bergeraklah!” dan mereka mengucapkan, “Asyhadu an lā ilāha illa ‘l-Lāh, wa asyhadu anna Muḥammadan Rasūlullāh.” Mereka mendapati diri mereka bersama Mahdi (as).

Hal itu tidak berarti bahwa tidak ada lagi orang-orang yang jahat. Mereka masih tetap ada. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti syaithan. Saya berbicara mengenai orang-orang non-Mukmin yang mempunyai iman, tetapi ada juga orang-orang non Mukmin yang memang jahat, mereka yang mengikuti syaithan dan mereka ini harus disingkirkan. Bagaimana mereka akan disingkirkan? Bukan dengan tank, karena tank sudah tidak ada lagi, senjata tidak ada, pesawat tidak ada, segala sesuatu sudah musnah. Bagaimana mereka akan disingkirkan? Dengan Allah memberi kekuatan di tangan kalian–Mukmin, mereka diberi kekuatan sehingga jika mereka menggerakkan tangan mereka seperti ini (gerakan menyabet seperti menggunakan pedang-red) siapa pun orang jahat yang berada di sisi kanan tersebut akan tewas. Kalian tidak akan memerangi mereka satu per satu.

Kalian tidak akan memerangi mereka dengan meledakkan bom di sana sini, tidak–itu semua sudah berakhir! Segera setelah kalian menggerakkan tangan kalian ke kanan, siapa pun yang berada di kanan kalian hingga batas cakrawala akan tumbang, Apa yang mereka lihat di leher mereka? Jejak dari gerakan tersebut! Berupa tanda hitam di leher mereka. Grandsyekh mengatakan lebih banyak lagi, tetapi saya tidak dapat mengatakannya. Beliau mengatakan bahwa akan banyak non Muslim yang masuk Islam pada saat itu karena Allah mengungkapkan kebenaran kepada mereka ketika Mahdi (as) berada di sana, dan mereka melihat kekuatannya.

Semua kekuatan yang berasal dari Nabi (saw), berkas cahaya yang berasal dari “Sang Surya” ini turun kepada Mahdi (as), begitu kuatnya. Dan dari beliau berkas cahaya tersebut–seperti transformer, beliau seperti transformer, beliau tidak dapat mengirimkan segalanya kepada kalian, sebab kalian akan meledak! Kalian tidak dapat membawanya, kalian akan jatuh pingsan, seperti Sayyidina Musa (as) ketika Allah menurunkan tajali Asmaul Husna pada gunung, dan gunung itu hancur berkeping-keping dan Sayyidina Musa (as) pun pingsan.

Sayyidina Mahdi (as) bagaikan sebuah transformer dan menggunakan kekuatannya sesuai dengan kapasitas yang dapat dipikul oleh seseorang, dan beliau tidak akan memberikan satu per satu kepada setiap orang; ketika beliau mengucapkan, “Allaahu Akbar,” setiap Muslim hatinya akan mencapai maksimal dengan iman, tetapi tidak sepenuhnya terisi. Mahdi (as) akan membuat kalian dapat melihat sesuatu yang sebelumnya tidak bisa kalian lihat. Kalian akan mampu mengetahui rahasia yang tidak pernah diungkapkan sebelumnya. Barulah kalian akan mengerti hakikat Awliyaullah, barulah kalian akan mengerti hakikat dari seorang Mukmin, barulah kalian mengerti hakikat tentang Islam. Kalian tidak bisa mengetahui hakikat Islam tanpa kalian mengetahui hakikat tentang iman.

Itulah sebabnya Jibril (as), ketika beliau bertanya kepada Nabi (saw) mengenai Islam, Iman, dan Ihsan, beliau tidak mengatakan Islam lalu berhenti, beliau mengangkat Nabi (saw) kepada Iman, dan kemudian kepada Ihsan. Oleh sebab itu level Iman membuat kalian mengerti mengapa kita shalat, mengapa kita puasa. Apa rahasia dalam shalat? Apa rahasia yang ada di dalam tauhid, kalimat asy-syahadat, rukun Islam. Kita mengucapkannya di lidah dan mengajarkan anak-anak kita, tetapi itu masih belum lengkap, belum sempurna. Mengapa kita harus mengucapkan kalimatu ‘t-tauhid? Itu adalah kewajiban, tetapi mengapa kita mengucapkannya? Dan ketika kalian mengucapkannya dengan Iman, apa yang akan kalian lihat? Apakah kalian melihat sesuatu atau tidak? Ya, kalian akan melihat sesuatu, itu adalah samudra, samudra Ilmu. Kalian menyelam di dalamnya. Sekarang kita mengucapkannya dalam tahiyyat, “Asyhadu an lā ilāha illa ‘l-Lāh, wa asyhadu anna Muḥammadan Rasūlullāh” dengan separuh tertidur, bukankah begitu? (Na’am Sayyidi). Wa iqaamu ‘sh-shalat, mengapa kita shalat? Sekarang banyak ulama yang menulis tentang hal tersebut, tetapi belum sampai intinya.

Intinya adalah ketika Allah (swt) menyampaikan Hadits suci kepada Nabi (saw) bahwa,

عن ‏ ‏أبي هريرة ‏ ‏قال ‏‏قال رسول الله ‏ ‏صلى الله عليه وسلم ‏ ‏إن الله قال ‏ ‏من عادى لي وليا فقد ‏ ‏آذنته ‏ ‏بالحرب وما تقرب إلي عبدي بشيء أحب إلي مما افترضت عليه وما يزال عبدي يتقرب إلي بالنوافل حتى أحبه فإذا أحببته كنت سمعه الذي يسمع به وبصره الذي يبصر به ويده التي يبطش بها ورجله التي يمشي بها وإن سألني لأعطينه ولئن استعاذني لأعيذنه وما ترددت عن شيء أنا فاعله ترددي عن نفس المؤمن يكره الموت وأنا أكره مساءته ‏

ولا يزال عبدي يتقرب إلي بالنوافل حتى أحبه، فإذا أحببته كنت سمعه الذي يسمع به وبصره

الذي يبصر به، ويده التي يبطش بها ورجله التي يمشي بها،

“Hamba-Ku tidak akan berhenti mendekati-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dari apa yang telah Kuwajibkan atas mereka, dan hamba-Ku tidak akan berhenti mendekati-Ku melalui ibadah sunnah (nawafil) sampai Aku mencintainya. Ketika Aku mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar, penglihatannya yang dengannya ia melihat, tangannya yang dengannya ia melakukan sesuatu, dan kakinya yang dengannya ia berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, Aku pasti akan memenuhinya dan jika ia mencari perlindungan pada-Ku, Aku pasti akan melindunginya.” (Hadits Qudsi, Bukhari)

Jadi, pada saat itu ketika Allah mencintai kita, Dia memberi kita. Dia memberi pendengaran yang istimewa, kita bisa mendengar setiap orang pada saat yang sama tanpa tumpang tindih satu sama lain; kita bisa melihat seperti itu; kita bisa berbicara seperti itu; kalian bisa membuat perubahan dengan tangan kalian dan kalian bisa berjalan dengan kekuatan tersebut.

كنت سمعه الذي يسمع به وبصره الذي يبصر به ولسانه الذي يتكلم به ويده التي يبطش بها ورجله التي يمشي بها

Kuntu sama`uhulladzii yasma`u bihi, wa basharahulladzii yubshiru bihi, wa lisaanuhulladzii yatakallamu bihi, wa yadahullatii yabthisyu bihaa, wa rijlahullatii yamsyii bihaa.

Ada riwayat yang lain yang mengatakan: sampai ia mengatakan kepada sesuatu, “Jadilah!” maka jadilah ia. Grandsyekh selalu mengingatkan kita tentang apa yang dikatakan oleh Hadits suci tersebut. Allah berfirman kepada hamba-hamba-Nya, “Yaa `abdi atha`anii” “Wahai hamba-Ku, patuhilah Aku.” “Jika engkau mematuhi-Ku, atha`anii ija`aluka rabbaniyyuun,” “Jika engkau mematuhi-Ku, Aku akan membuatmu menjadi Rabbaniyyuun,” yang artinya ketika kalian mengatakan kun fayakun, maka itu akan terjadi.

Pada saat itu ketika Mahdi (as) mengirimkannya kalian akan mengerti hakikat. Itu adalah untuk orang-orang secara umum, Beberapa orang di seluruh dunia, di antaranya ada para Awliya, ada Mukmin yang saleh, mereka dapat memahami lebih banyak, Allah membukakannya kepada mereka, tetapi tidak kepada setiap orang. Jadi kalian dapat mengerti, “Mengapa aku mengucapkan kalimat tauhid.” Ketika kalian mengucapkan, “Asyhadu an lā ilāha illa ‘l-Lāh, wa asyhadu anna Muḥammadan Rasūlullāh,” jadi ketika kalian mengucapkan, “Asyhad, kalian menyaksikan, ketika kalian mengatakan, “Asyhad, aku bersaksi.” Bagaimana kalian akan bersaksi jika kalian tidak melihatnya? Itu adalah kata pertama dari rukun Islam. Apakah rukun pertamanya? Syahadat… apa kata pertamanya? Asyhad. Bagaimana jika kalian tidak menyaksikannya? Artinya asyhad kalian tidak sempurna.

Asyhadu an lā ilāha illa ‘l-Lāh, aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah (swt). Maka kalian akan menyaksikan hakikat dari syadahat tersebut. Kalian akan melihat hakikat dari shalat; kalian akan melih

UA-984942-2