Sebelum Salaat al-`Isya
A`uudzu billahi min asy-Syaythaani 'r-rajiim. Bismillahi 'r-Rahmaani 'r-Rahiim.
Nawaytu 'l-arba`iin, nawaytu 'l-`itikaaf, nawaytu 'l-khalwah, nawaytu 'l-`uzlah,
nawaytu 'r-riyaadhah, nawaytu 's-suluuk, lillahi ta`ala fii haadza 'l-masjid.
Athi`ullaha wa athi`u 'r-Rasuula wa uuli 'l-amri minkum.
Patuhi Allah, Patuhi Nabi, dan patuhi mereka yang memiliki wewenang di antara kalian. (4:59)
Allah (swt) berfirman:
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ
Huwal-ladzii ba`atsa fi 'l-ummiyyiin rasuulan minhum, yatlu `alayhim ayaatihi wa yuzakkiihim wa yu`alimahumu 'l-kitaaba wa 'l-hikmata wa in kaanuu min qablu lafii dhallaalim mubiin.
Dialah yang membangkitkan di antara penghuni Mekah seorang Nabi di antara diri mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka komunikasi-Nya dan mensucikan mereka, dan mengajari mereka kitab dan hikmah, meskipun sesungguhnya mereka dalam kesesatan yang nyata." (al-Jumu'ah: 62:2,3)
Disini Allah (swt) berfirman, Dialah yang mengirim dari antara ummiyyuun seorang rasul, "Dan Aku akan memerintahkan seorang rasul dari antara mereka yang ummiyy." Allah (swt) memberi tahu kita, Nabi (s) membaca ayat-ayat-Nya dari al-Qur'an Karim dan yuzakkiihim, "mensucikan mereka," artinya para Sahabat (r), dan beliau mengajari mereka kitab dan hikmah. Lalu (bagaimana) Nabi (s) dikatakan ummiyy? Makna standard yang digunakan kebanyakan ‘ulama untuk menggambarkan ummiyy adalah "buta huruf," dan kita semua mengatakan Nabi (s) adalah ummiyy, buta huruf. Namun dalam makna bagaimana kita menerima gambaran tentang beliau (s) sebagai seorang yang buta huruf? Kita hanya dapat menerima itu dibandingkan dengan Ilmu Ilahiah Allah, namun tidak jika dibandingkan dengan pengetahuan manusia, karena beliau (s) tidaklah buta huruf di antara manusia. Itu artinya Nabi (s) memerlukan lebih banyak lagi, karena yang dimilikinya adalah laksana setetes air dari samudra.
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ
Qul innamaa anaa basyarun mitslukum.
Katakan (Wahai Muhammad), "Aku hanya seorang manusia seperti kalian." (Surat al-Kahf, 18:110)
قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادا ً لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي
Qul law kaana al-bahru midaadaan li-kalimaati rabbii la-nafida 'l-bahru qabla an tanfada kalimaatu rabbii.
Katakan (Wahai Muhammad), "Dan jika laut adalah tinta dan pepohonan sebagai pena, mereka semua akan habis sebelum mereka menuliskan Kalam Ilahi." (Surat al-Kahf, 18:109)
Jadi Nabi (s) sama sekali berbeda dari saya dan kalian. Ummiyy adalah seseorang yang tidak tahu bagaimana membaca dan menulis, namun kata pertama yang diungkapkan al-Qur'an Karim adalah iqraa, "Baca!" (al-'Alaq, 96:1), jadi bagaimana beliau (dikatakan) buta huruf, jika kata
pertama adalah "baca"? Apa ini artinya ketika Allah berkata kepada Sayyidina Muhammad (s), "Bacalah, dengan nama Penciptamu yang
menciptakan!" Allah secara langsung memberi Nabi (s) kekuatan untuk membaca rahasia dari semua ciptaan! Karena Allah (swt) memerintahkan Rasul-Nya untuk "membaca," bagaimana beliau menjadi ummiyy, ketika akar kata itu adalah isamma, "seseorang yang memimpin." Kalian tidak dapat memimpin jika tidak memiliki pengetahuan! Amma artinya beliau adalah seseorang yang kepemimpinannya dibutuhkan oleh semua orang. Itulah sebabnya kata umm, "ibu," dalam Bahasa Arab artinya semua anak memerlukan ibunya. Kalian bisa tanpa ayah, tetapi kalian tidak bisa tanpa ibu. Jika ayah meninggalkan kalian, ibu akan memelihara kalian, namun bila ibu meninggalkan kalian, ayah tidak dapat memelihafra kalian, ia tidak dapat menyusui kalian; (karena) ia tidak memiliki susu, jadi bagaimana ia akan menyusui kalian?(tertawa). Pada masa itu tidak terdapat susu formula untuk bayi atau botol menyusui. Ibu akan menyusui kami, jadi segera setelah seorang bayi terlahir dia memerlukan ibunya agar dapat asupan makanan, jadi ia akan lari (ungkapan) ke ibunya. Lagi pula, tanpa ibu adalah mustahil menjadi seorang lelaki!
Juga muncul dari akar kata amma, ummiyy, adalah kata imaam, jadi Nabi (s) adalah "seseorang yang dikirim sebagai imaaman rasuula"
seorang rasul untuk ummiyy, mereka yang memerlukan pimpinan. Seorang rasul, "utusan," membawa sebuah risalah, jadi bagaimana beliau buta huruf? Wahai ‘ulama, kita harus sangat berhati-hati! Ya, kita katakan bahwa Nabi (s) adalah buta huruf ketika dibandingkan dengan Ilmu
Ilahiah Allah, namun dibandingkan dengan manusia beliau (s) memiliki `Uluumu 'l-Awwaliin wa 'l-Akhiriin, Ilmu tentang Awal dan Akhir
(sebelum dan sesudah hidup ini). Dari akar kata itu, amma, juga datang kata tayammum, ketika kalian punya air untuk wudu dan kalian melakukan wudu kering. Mengikuti apa yang perlu diikuti, fi 'l-ummiyyiin, mereka yang adalah ammuu li Sayyidina Muhammad mengikuti
Sayyidina Muhammad (s) dalam apa pun yang diberikan kepada mereka. Itulah sebabnya Allah (swt) berkata, "Bacalah, yaa Muhammad, karena mereka buta huruf, bukan engkau!"
Kalian dapat mengatakan, amma al-Ka`aba, "Ia bergerak menuju Ka`aba." Amma ad-daar, "Ia mencapai rumah." Jadi mereka mengatakan amma an-nabi, "Mereka datang kepada Nabi (s) (kepada pimpinan)." Jadi dalam referensi terhadap Nabi (s), ummiyy tidaklah berarti, "buta huruf," itu artinya ammuu,"(karena mereka tidak tahu apa-apa) mereka mendatangi seseorang, itu yang akan membimbing mereka kepada
keselamatan." Itulah Sayyidina Muhammad (s)! Kita juga mengatakan al-umm, "ibu." Ketika didasarkan pada akar kata ummiyy, itu artinya
seseorang yang tahu membaca dan menulis, dan dengan akar kata amma, itu artinya bahwa wanita itu adalah seseorang yang dibutuhkan oleh anak-anak. Kata itu tidak memiliki makna kalau ia tidak tahu bagaimana membaca dan menulis. Jadi dari ummiyy, akar kata "mengambil pimpinan," yang berarti Nabi (s) mengambil (posisi sebagai) pimpinan bagi keseluruhan umat manusia.
Saya tidak akan membahas terlalu jauh ke dalam hal ini; saya memandang makna itu dan insya-Allah kita akan membahas ini di waktu mendatang. Semoga Allah (swt) mengaruniai kita pemahaman tentang kebesaran Sayyidina Muhammad (s)! Ini hanyalah sebuah isyarat atau alasan kerumitan bahasa Arab, bagaimana pada masa Nabi (s) mereka memahami pengetahuan yang dibuka Allah (swt) dari berbagai sudut yang berbeda. Nabi (s) tidaklah buta huruf, namun beliau adalah seseorang yang mengatakan, Allahuma laa takilnii ila nafsii tarfata `ayn, "Wahai Tuhan kami! Janganlah tinggalkan kami dengan ego kami bahkan hanya untuk sekejap mata!" Ini menunjukkan bahwa beliau (s) adalah buta huruf jika dibandingkan dengan Pengetahuan Ilahiah, tetapi tidak kalau dibandingkan dengan kita. Kita harus memahami hal itu. Itu adalah sebuah samudra besar dan hakikat besar muncul dengan Sayyidina Mahdi (a), yang kami berharap bisa bersama dan bertemu beliau!
Wa min Allahi 't-tawfiiq, bi hurmati 'l-habiib, bi hurmati 'l-Fatihah.