Go to media page Available in: English   Bahasa  

MSH.7 JAN 2011.PREPOST.BAHASA

Hakikat Mencintai Nabi (S) adalah Mempraktikkan Sunahnya dalam Segala Hal

Mawlana Syekh Hisyam Kabbani

7 Januari 2011, Burton, Michigan

Khotbah Jumat di Masjid As-Shiddiq

 

 

Wahai Muslimin, kaum beriman! Hari ini adalah hari Jumat dan merupakan hari yang suci. Allah (swt) memberikan penghargaan kepada umat Muslim dengan menghadiahkan mereka hari Jumat, saat di mana para Muslimin bertemu dan mengenal satu sama lain.  Hal yang sangat penting untuk kita pahami adalah mengapa Allah mengirimkan kita ke atas bumi ini ketika Allah berfirman dalam hadis Qudsi:

 

كنت كنزا مخفياً فأحببت أن أعرف فخلقت الخلق

 

Kuntu kanzan makhfiyyan fa ahbabtuhu an u’rafa fa khalaqtul khalq.

(Aku adalah harta simpanan yang tersembunyi. Kemudian Aku menginginkannya untuk dikenal maka Aku ciptakan makhluk).

 

Mengapa Allah menginginkan untuk dikenal?  Dia menghendaki hamba-hamba-Nya yang tulus untuk mengetahui apa yang telah Dia bentuk dan ciptakan dari salah satu Nama Indah-Nya, yaitu “Al-Khaliq”, Sang Maha Pencipta.  Allah menghendaki mereka untuk mengetahui satu perkara: ‘Mencintai Allah!’  Dia yang Menciptakan kalian menghendaki kalian untuk mencintai-Nya, bukan mencintai yang lainnya dari makhluk-makhluk yang ada karena mahkhluk-makhluk itu pasti akan binasa.  Sedangkah Allah adalah Azaliyyun Abdiyyun, Maha Ada dari pra-keabadian sampai pasca keabadian!

 

Allah (swt) menghendaki hati kalian semua hanya untuk-Nya, itulah alasan Allah menguji Sayyidina Ibrahim (a) dengan puteranya, Sayyidina Isma’il (a), dengan mengatakan “Hatimu adalah hanya untuk-Ku.” Dan juga sebagai pelajaran untuk kita semua, Dia juga menguji Sayyidina Ya’qub (a) dengan puteranya, Sayyidina Yusuf (a) dengan berfirman, “Wahai Ya’qub! Janganlah engkau memperuntukkan hatimu bagi selain Aku.  Engkau harus memberikan cintamu hanya untuk-Ku, dan tidak untuk yang lainnya”.

 

Untuk alasan ini juga Nabi Muhammad (s) bersabda dalam hadisnya yang terkenal: “Man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa Rabbahu”  (Siapa yang mengenal dirinya maka dia akan mengenal Tuhannya).

 

Nabi Muhammad (s) dalam hadis ini menjelaskan bahwa cinta itu bukanlah hanya dengan mengatakan “Aku mencintaimu”, tetapi harus dengan tindakan.  Artinya, ketika kalian mencintai seseorang, hal baik apapun yang engkau sukai, engkau juga ingin orang-orang yang engkau cintai untuk merasakannya/memilikinya.  Kesenangan apa pun yang engkau miliki, engkau ingin berbagi dengan mereka.  Itulah mengapa Rasul (s) berbagi dengan umatnya.  Rasul (s) akan memastikan bahwa seluruh umatnya akan masuk Surga, dan Rasul (s) tidak akan meninggalkan mereka.  Jika iman kalian kuat maka cinta kalian juga akan kuat.  Dan jika cinta kalian kuat maka iman kalian akan menjadi kuat juga.  Ini tergantung dengan bagaimana kalian memahami diri kalian masing-masing. Jangan biarkan ego kalian menghalangi kalian untuk mengenal Tuhan kalian, karena jika kalian berbuat itu berarti kalian menghalangi diri kalian sendiri untuk mengenal hakikat diri kalian.  Jika cinta kalian hilang, maka iman  kalian juga sirna.  Rasul (s) bersabda, “Jika kalaian sekalian mencintaiku, kalian akan mencintai apa yang aku lakukan (sunahku).”

 

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

 

Qul in kuntum tuhibbunaLLAHA fattabi’uni yuhbibkumuLLAH wa yaghfir lakum zunubakum waLLAHU Ghafurun Rahim. (Katakan [kepada mereka Wahai Muhammad], Jika kamu sekalian [benar-benar] mencintai Allah, ikutilah aku! Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang [Ali Imran: 31])

 

Bagaimana caranya menunjukkan cintamu? Dengan mengikuti sunnah Rasulullah (s), sebagaimana dalam hadisnya:

 

Man ahya sunnatii faqad ahabbanii, wa man ahabbanii, kana ma’iy fil jannah. (Siapa yang menghidupkan sunahku berarti dia mencintaiku, dan siapa yang mencintaiku maka dia akan bersamaku di Surga).

 

Pengertian sunah sebagaimana yang telah dipahami adalah apa-apa yang Rasul (s) lakukan. Jadi kalian harus mengikuti itu, khususnya menghindari diri dari ghibah (membincangkan keburukan orang lain) sebagaimana Rasul (s) tidak pernah melakukan hal itu kepada siapapun, dan kalian juga tidak boleh melakukan itu.  Tetapi saat ini kita telah kehilangan iman dan cinta kita. Rasul (s) bersabda, “Siapa yang mencintaku akan mengikuti jalanku, dan akan bersamaku di Surga”, berarti, jika kalian sekalian mempraktikkan sunah Rasul (s) kalian akan menjadi penghuni Surga.  Apakah kita mengikuti sunah Rasul (s)?  Banyak sekali sunah-sunah Rasul (s) yang kita abaikan, dan kita hanya melakukan sedikit sekali dari sunahnya.  Kita pergi untuk salat jumat kemudian kembali (meninggalkan sunahnya), atau kita mengerjakan salat kemudian kembali (meninggalkan sunahnya). (Ini berarti) Kita tidak melakukan apa pun dari yang telah Rasul (s) praktikkan.

 

Wahai kaum Muslimin, jangan kalian tanggalkan jati diri kalian sebagai Muslim!  Saat ini kita telah sedikit demi sedikit menanggalkannya.  Apa sebetulnya jati diri kalian?  Bagaimana kita saling mengetahui bahwa kita adalah kaum Muslim?  Jika kalian bepergian kalian harus menunjukkan identitas kalian, foto kalian.  Saat ini kita kehilangan foto kita (sebagai Muslim).  Bagaimana caranya untuk mendapatkan kembali ‘identitas’ itu?  Caranya adalah dengan menunjukkan cinta kita kepada Rasul (s), dengan memahami apa yang telah Allah berikan untuk Rasul (s) yang Allah tidak berikan kepada siapapun. Penghormatan kepada Nabi Muhammad (s) harus menjadi prioritas kita yang paling tinggi, begitu juga penhormatan terhadap agama kalian.  Saat ini orang-orang merasa malu untuk mengatakan dirinya Muslim.  Rasul (s) bersabda, “Cintailah aku”. Hidupkanlah sunah Nabi Muhammad (s) dan jangan biarkan orang lain meremehkan kita karena yang Haq adalah Islam. 

 

وَقُلْ جَاء الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا            

 

Allah SWT berfirman, Wa qul ja-al haqq wa zahaqal batilu. Innal batila kana zahuqa. Katakan (Wahai Muhammad), Kebenaran telah datang dan kebatilan telah sirna… (Al-Isra [17]: 81)

 

Ini adalah sesuatu yang pasti. Berbahagialah wahai kaum Muslim bahwa Allah telah memberikan kita kebenaran itu.  Kalian menjadi muslim bukan karena kalian itu pintar, bukan.  Kalian menjadi Muslim karena Allah (swt) menganugerahkan itu untuk kita. Man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa Rabbahu, “Siapa yang mengenal dirinya, dia mengenal siapa Tuhannya.”

 

Nabi Muhammad (s) bersabda: La yu’minu ahadukum hatta akuna ahabba ilayhi min waladihi wa walidihi wan nasi ajma’in wa min nafsihillazi bayna janbayy. (Kamu belum menjadi orang beriman sampai kamu mencintaiku melebihi cintamu untuk anakmu, cintamu untuk orangtuamu, dan cintamu untuk seluruh umat manusia. Dan cintailah aku melebihi cintamu kepada dirimu sendiri).

 

Kalian belum menjadi Mukmin, tetapi kalian adalah Muslim dan belum menjadi Mukmin sampai kalian mencintai Nabi (s) melebihi siapapun yang kalian cintai di dunia ini.  Apakah kalian mencintai Nabi (s) melebihi cinta kalian untuk anak-anak kalian?  TIDAK.  Kita mengira anak-anak kita akan menyelamatkan kita.  Itu keliru. Yang akan menyelamatkan kalian hanyalah syafa’atun Nabiy.  Untuk itu Nabi (s) bersabda, “Cintailah aku melebihi cintamu terhadap dirimu sendiri.  Jika kamu ingin selamat, kamu harus mencintaiku melebihi cintamu untuk saudara-saudaramu, orang tuamu, anak-anakmu, dan semua isi dunia.” Dan apa yang Nabi (s) katakan pada bagian akhir dari hadisnya?  Tidak saja kalian harus mencintai Nabi (s) melebihi keluarga kalian dan dunia, tetapi kalian juga harus mencintai Nabi (s) melebihi cinta kalian terhadap diri kalian sendiri, apa yang berada di antara dua sisi kalian, yaitu ‘jiwa kalian’.

 

Apa yang Nabi (s) maksudkan dengan “cintai aku melebihi cintamu terhadap dirimu sendiri?”  Ego itu selalu beraktifitas.  Tidak seperti jasad yang kadang tidak beraktifitas, ego tidak pernah berhenti beraktifitas, jika ia berhenti, roh akan keluar dan kalian akan mati.  Ini berarti setiap saat ego selalu berusaha membuat kita lupa, karena jika tidak, kalian akan mengenal Tuhan kalian!  Nabi (s) menginginkan kalian untuk lebih mencintainya dengan selalu mengingatnya sebagaimana firman Allah (swt):

 

  إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

 

InnaLLAHA wa malaikatahu yushAlluna ‘alannabiy ya ayyuhallazina amanu shallu ‘alayhi wa sallimu taslima. “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya mengirimkan pujian kepada Nabi. Wahai orang yang beriman, kirimkanlah selawat dan salam kepadanya. (Al-Ahzab/33:56).

 

Wahai kaum Mukmin!  Sampaikan selawat dan salam kepada Nabi (s) di setiap saat dalam hidup kalian, terus-menerus dan jangan berhenti.  Kita harus mengucapkan selawat meskipun mulut kita dalam keadaan tertutup.  Nabi (s) begitu penting dalam hidup kita sehingga kita harus menyebutnya di setiap waktu, di mana pun, kepada komunitas kita, kepada anak-anak kita, sehingga Allah akan rida dengan kita.  Allah (swt) berfirman:

قُل لَّا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلَّا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى

 

Qul la as’alukum ‘alayhi ajran illa al-mawaddata fil qurba. “Katakanlah, ‘Aku tidak meminta ganjaran dari kamu sekalian kecuali cintamu untuk keluargaku” (As-syura/42:23).

 

Allah (swt) menghendaki keluarga Nabi (s) untuk dicintai melebihi cinta kalian untuk diri kalian sendiri di antara dua sisi kalian.

 

Wahai umat Muslim, Jika kita benar-benar menjaga cinta kita kepada Nabi (s) dalam hidup kita, kehidupan kita akan kembali normal dan semua kesulitan hidup akan segera teratasi, sebagaimana Dia yang mengirimkan kepada kita kesulitan, Dia juga yang akan mengangkat kesulitan itu dari kita. Allah (swt) menguji nabi-nabi-Nya yang berada dalam jalan yang lurus dan mereka tidak keluar dari jalan itu. Jika kita mendapati sesuatu yang kita tidak mampu menerimanya, iman kita akan melemah dan kita mulai mengeluh.  Ketika kamu berselawat, kegelapan dalam hati kalian akan pergi dan cahaya akan datang.

 

اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ

 

Allah SWT berfirman : Allahu nurus samawati wal ardhi matsaluhu kamisykatun fiha mishbah. “Allah adalah Cahaya langit-langit dan bumi. Perumpamaan Cahaya-Nya adalah seperti terdapat lubang gelap yang di dalamnya ada lampu.” (an-Nur/24:35)

 

Artinya, “Cahaya yang menerangkan segala sesuatu akan datang ke dalam hatimu.” Cahaya-Nya adalah seperti sebuah pelita.

 

Ma wasi’aniy sama’iy wa la ardhy wa lakin wasi’aniy qalbi ‘abdiyal mu’min. “Langit dan bumi-Ku tidak akan mampu mewadahi-Ku, tetapi hati hamba-Ku yang beriman mampu mewadahi-Ku.”

 

Cahaya itu akan terwadahi dalam hati seorang Mukmin dan cahaya itu akan membawa kedamaian. Semoga Allah menganugerahkan kita kedamaian ke dalam hati kita dan kepada masyarakat kita.

 

(Doa)

© 2011 Sufilive. Transkrip ini dilindungi oleh Hak Cipta Internasional. 

Bila Anda ingin menyebarkan artikel ini, tuliskanlah sumbernya, yaitu Sufilive dan berikan alamat http://sufilive.com/Khutbat_al_Jum_a-3023.htmlJazakAllahu khayr.

UA-984942-2