24 April 2021 Zawiyah Fenton, Michigan
Dari Buku Catatan Mawlana Shaykh Nazim
Tidak seorang pun bisa membuat ketetapan yang dapat menggantikan ketetapan (qadha) kalian. Cukup bagi semua orang maa syaa-Allahu kaana, apa pun yang dikehendaki Allah akan terjadi.
Mengapa Covid masih terjadi setelah kalian divaksin? Karena kalian melihat vaksin sebagai tuhan kalian. Kalian melihat vaksin sebagai sesuatu yang dapat memberi kehidupan. Kalian menjadikan vaksin sebagai Muhyi (Yang Menghidupkan), kalian menjadikan vaksin sebagai Mumiit (Yang Mematikan). Orang-orang mengatakan bahwa kita menjadikannya sebagai asbab, eh tetapi siapa yang menjadi Musabbibul Asbaab, siapa Dzat yang menciptakan sabab? Allah (swt)!
وَاِنْ جَاهَدٰكَ عَلٰٓى اَنْ تُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا
Wa in jaahadaaka `alaa an tusyrika bii maa laysa laka bihii `ilmun fa laa tuthi`humaa
“Dan jika mereka melakukan jihad, artinya berusaha memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku--tidak ada sekutu dalam Asma Allah (swt), tidak ada sekutu dalam Shifaat Allah (swt), tidak ada sekutu dalam Dzat Allah (swt).” (QS Luqman, 31:15)
Wa in jaahadaaka `alaa an tusyrika bii, jika mereka berusaha melakukan sesuatu untuk memaksamu mempersekutukan Aku, dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentangnya, maa laysa laka bihii `ilmun, sesuatu yang belum pernah kalian dengar sebelumnya, fa laa tuthi`humaa, maka janganlah kamu mengikutinya.
Ketika seseorang memaksa kalian untuk menjadi musyrik, jangan diikuti. Katakanlah Maa syaa-Allahu kaana, yaa akhii, wahai saudaraku, wahai saudariku, wahai kawanku, maa syaa-Allahu kaana, apa yang dikehendaki Allah akan terjadi, wa maa lam yasya’ lam yakun, dan apa yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan terjadi. Ini lebih dari cukup. Inilah yang sering kali saya dengar dari Mawlana Syekh Nazim (q) dan saya telah menjadikannya sebagai prinsip hidup bagi diri saya.
Kalian lanjutkan kehidupan kalian, kalian bekerja dengan pikiran kalian, dengan pintu-pintu yang terbuka, situasi dan kejadian-kejadian, ya kalian bekerja dengan hal itu, tetapi jangan sampai kehilangan fokus terhadap satu hal ini, bahwa ini adalah masyii'ah atau Kehendak Allah (swt).
Wahai manusia, apa yang Allah inginkan bagi kalian? Apakah Dia ingin kalian menjadi ilmuwan di lab, apakah Dia ingin kalian menjadi dokter, hakim, pengacara, seorang yang hobi makan, orang yang suka menahan lapar, orang gua, apa yang Dia inginkan bagi kalian wahai manusia, masyii'atullaah, apa yang menjadi masyii'atullaah bagi kalian, wahai manusia?
Mawlana Syekh Nazim (q) mengatakan bahwa sejak awal manusia sudah mempunyai gelar. Kalian tidak perlu mencari gelar-gelar palsu lagi, itulah yang sering dikatakan oleh Mawlana Syekh Nazim (q), bahwa manusia mengejar gelar-gelar palsu. Kalian sudah mempunyai gelar, dan gelar kalian adalah Khalifatul Haqq, gelar kalian adalah orang yang dapat mengendalikan alam semesta, dapat mengendalikan angin, dapat mengendalikan matahari, mengendalikan kematian, mengendalikan air, dapat mengatur apa saja. Kalian telah diberikan kekuatan itu. Sayyidina Isa (as) dapat mengontrol kematian, beliau diizinkan untuk menghidupkan kembali orang yang sudah mati. Sayyidina Sulayman (as) mengontrol angin, sehingga angin patuh pada perintahnya, jin dan syaithan tunduk padanya. Ketika kalian menjadi Khalifatul Haqq, kalian dapat mengontrol makhluk, termasuk virus yang kecil itu. Kalian mengendalikan segalanya atas izin Allah (swt), mengapa? Karena kalian mewakili-Nya.
Ketika kalian mengatakan, "Saya mewakili walikota, atau saya mewakili presiden dan saya mempunyai kewenangan." Ketika Allah memberikan kewenangan pada kalian di mana kalian dapat menghidupkan kembali orang yang mati, kalian bisa saja memotong-motong tubuh binatang, tetapi ketika kalian memanggilnya kembali dan bagian tubuh itu akan bersatu kembali seperti semula dan datang ke hadapan kalian. Kita lihat Nabi Ibrahim (as), Allah (swt) memerintahkan agar pisau itu tidak bisa memotong, dan ia tidak memotong, ia tidak dapat memotong leher Ismail (as). Allah (swt) memerintahkan agar air tidak menenggelamkan Nuh (as), sementara yang lainnya tenggelam. Sebagai Khalifatul Haqq, kalian tidak mempunyai ketakutan, kecuali hanya kepada-Nya. Kalian tidak mempunyai keinginan, kecuali dari-Nya, untuk selalu berada dalam cinta-Nya dan semata-mata hanya untuk-Nya. Kalian adalah Khalifatul Haqq wahai manusia, kalian bukanlah seseorang yang kecil, kalian adalah orang yang mewakili Sang Pencipta di antara ciptaan-Nya. Inilah shifatul insan, ini adalah gelar bagi manusia.
Rahasia itu telah diberikan. Kekuatan untuk memiliki kekuatan Allah (swt) di antara makhluk-Nya telah diberikan kepada seluruh manusia. Grandsyekh mengatakan bahwa masing-masing di antara kita, anak cucu Adam (as), kalian mempunyai suatu khazanah (perbendaharaan) dari khazanah Allah (swt), masing-masing dari kalian mempunyai khazanah tersendiri. Dari ilmu surgawi yang kami terima disebutkan bahwa qalbu 'l-Mu'min kanzullaah (قلب المؤمن كنز الله), bahwa hati seorang Mukmin adalah peti harta karun yang diberikan oleh Allah (swt) dan kuncinya ada di Tangan Allah (swt). Karena manusia pada hakikatnya adalah berdasarkan hatinya, berdasarkan maknanya, bukan bentuknya. Ia bisa saja seorang tuna wisma, mereka mengatakan bahwa tuna wisma semakin banyak.
Para tuna wisma itu selalu bersatu bukan? Saya melihatnya di jalan-jalan. Saya berada di Jerman baru-baru ini, dan saya melihat banyak tuna wisma di jalanan, barangkali ada 20 orang yang tidur bersama, makan bersama, tanpa masker, mereka tidak memakai masker. Mereka selalu bersama, mereka makan bersama dan menghangatkan diri di depan api bersama, mereka tidur bersama, lalu bagaimana jumlah mereka bisa semakin banyak? Jika Covid membunuh orang-orang yang berkerumun, mengapa tidak terjadi pada mereka?
Apa yang terjadi dengan tuna wisma itu, mengapa tidak terjadi apa-apa pada mereka, itu adalah sebuah pertanyaan. Mereka ada di jalan-jalan, mereka mempunyai higienis yang buruk, apakah mereka menggunakan sanitizer? Mereka jarang membersihkan diri mereka, karena kemiskinan mereka dan kondisi mereka yang tidak memungkinkan. Higienis mereka buruk, mereka juga tidak mempunyai akses untuk melakukan uji-uji medis atau tindakan medis. Mengapa mereka tidak mati di jalan-jalan? Mengapa jumlah mereka semakin banyak dan bukannya malah berkurang? Ya, itu adalah suatu pertanyaan.
Tuna wisma adalah orang yang penampilan luarnya menyedihkan, karena sebagian dari mereka tidak mempunyai pakaian, sebagian lagi tidak mandi dan ketika kalian melihat mereka, kalian melihatnya secara berbeda, tetapi Grandsyekh mengatakan bahwa nilai seorang manusia bukan dilihat dari bagaimana penampilan mereka, tetapi dari hatinya. Mengapa? Karena nazar Allah, pandangan Allah tertuju pada hati manusia.
Allah (swt) berfirman, "Hati seorang hamba-Ku yang Mukmin," kalian adalah Mukmin, jangan biarkan iman itu meninggalkan hati kalian, apa pun yang Allah inginkan akan terjadi. Tidak seorang pun yang dapat melakukan sesuatu. Ini adalah iman kalian.
Allah (swt) berfirman, "Langit dan Bumi tidak dapat menampung-Ku, tetapi hati orang yang beriman dapat menampung-Ku." Jadi di manakah Allah (swt)? Kalian bertanya, "Di mana Allah?" Kami katakan kepada kalian bahwa Allah (swt) telah mengatakan kepada Rasulullah (saw) dan Rasulullah (saw) telah mengatakan kepada Awliyaullah bahwa, "Allah ada di dalam hati hamba yang beriman," itulah sebabnya kita datang kepada Awliyaullah. Mengapa kita mendatangi Syuyukh kita? Apakah kalian mengerti hikmah ini sekarang?
Mengapa kita datang kepada Grandsyekh? Mengapa kita pergi ke dergah Syuyukh kita? Mengapa kita mencari seorang Syekh? Karena kita mencari ALLAH (swt) dalam hati mereka! Ketika kalian datang kepada Mawlana Syekh Hisyam (q), Mawlana Syekh Nazim (q), Mawlana Syekh Abdullah (q), Syuyukh dalam silsilah kita atau ketika kalian datang pada silsilah tarekat lain, Sayyidi Syekh Abdul Qadir al-Jaylani (q), Sayyidi Moinuddin Chisti (q), dan yang lainnya, mengapa kalian pergi ke sana? Kita tidak pergi ke sana untuk Syekh, beliau adalah pintu, tetapi bukan sekadar pintu, apa yang ada di dalam hatinya? ALLAH (SWT) ada di dalam hati hamba Mukmin tersebut!
Grandsyekh mengatakan, "Hati tersebut tidak mempunyai batas." Hati seorang Syekh, hati seorang Waliyullah tidak ada batasnya karena Allah (swt) tidak mempunyai batas. Kita pergi menemui mereka, karena kita ingin mengenal Allah (swt) dan itu berasal dari rahasia ayat
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Wa maa khalaqtu ‘l-jinna wa ‘l-insana illa liya`buduun
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku (saja)” (QS. Adz-Dzaariyaat: 56).
Mawlana Syekh Nazim (q) juga mengatakan bahwa ya`buduun juga mempunyai makna lainnya, sebagaimana yang dikatakan oleh para mufassir dan Awliyaullah, yakni liya`rifuun, untuk mengenal-Ku. Mengapa para Anbiya datang? Mereka datang untuk menjelaskan tentang Sang Pencipta kepada hamba-hamba-Nya. Jadi ketika kita datang kepada Awliyaullah, atau kita membaca buku Mawlana Syekh Nazim (q), mengapa kita melakukannya? Kita melakukannya untuk mengenal tentang Tuhan kita, untuk mengenal Pencipta kita.
Mawlana Syekh Nazim (q) mengatakan kepada kalian tentang Sang Pencipta kalian. Sang Pencipta telah memberikan sesuatu di dalam hati kalian, sebuah peti perbendaharaan, dan Dia memiliki kuncinya dan untuk mengenal Allah (swt), pertama kalian harus mengetahui apa yang ada di dalam hati kalian. Itulah sebabnya di dalam kitab suci al-Qur’an Allah (swt) berfirman,
سَنُرِيْهِمْ اٰيٰتِنَا فِى الْاٰفَاقِ وَفِيْٓ اَنْفُسِهِمْ حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ اَنَّهُ الْحَقُّۗ اَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ اَنَّهٗ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ - ٥٣
Sanuurihim aayaatinaa fil-aafaaqi wa fii anfusihim hatta yatabayyanalahum annahu ul-haqq (QS al-Fushshilat, 41:53)
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda [kekuasaan] Kami di segenap ufuk/cakrawala--yakni yang kalian saksikan saat ini, wa fii anfusihim, dan pada diri mereka sendiri, hatta yatabayyanalahum annahu ul-haqq, sampai jelas bagi mereka bahwa ini adalah kebenaran, bahwa apa yang Allah katakan, Allah kirimkan dan Allah ungkapkan adalah haqq! Itulah sebabnya kalian adalah Khalifatul Haqq. Hal itu dicapai dengan melihat tanda-tandanya di cakrawala, dan dengan menyaksikan tanda-tandanya pada diri mereka, artinya apa yang ada dalam peti khazanah di dalam hati kalian.
Setelah itu barulah Pintu Makrifat akan dibukakan pada kalian dalam hati kalian, dan itu hanya terjadi melalui mujahadah dan riyadhah. Riyadhah di sini adalah ibadah. Kita saja sulit untuk melakukan shalat dua rakaat sehari, kita sulit untuk membaca al-Qur’anul Kariim satu halaman setiap hari, padahal lebih dari itu. Kuncinya berada di Tangan Allah (swt), dan Mawlana Syekh Nazim (q) mengatakan bahwa untuk mendapatkan kunci itu, barang siapa yang ikhlas dalam mencari Allah (swt), ia akan menemukannya. Dan subhanallah, hari ini saya melihat ayat suci, kalian menginginkan kunci harta karun kalian, itu adalah mudah. Itu bukan di tangan kalian, ia berada di Tangan Allah (swt). Ayat tersebut berbunyi,
Asta`idzubillaah,
وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَنُدْخِلَنَّهُمْ فِى الصّٰلِحِيْنَ - ٩
Walladziina aamanuu wa `amilu ‘sh-shaalihaati lanudkhilannahum fii ‘sh-shaalihiin
“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan mereka pasti akan Kami masukkan mereka ke dalam (golongan) orang yang saleh, yaitu para Abiya dan Awliya.” (QS al-Ankabut, 29:9)
Awliyaullah telah mengatakan innalladziina aamanuu bi mahabbatil haqq, mereka menjelaskan lebih jauh mengenai iman.
Orang-orang yang mencintai Allah (swt) dan mereka meminta-Nya, sebagaimana setiap manusia, setiap orang Kristen, Yahudi, Buddha, Sikh, Muslim, mereka mencintai Pencipta mereka dan mereka meminta-Nya. Lalu kondisi selanjutnya apa? wa `amilu ‘sh-shaalihaati, dan mereka melakukan kebajikan, artinya apa? Bukan hanya kebajikan dalam menolong orang, tidak! Tetapi kebajikan yang dapat membuat kalian lebih dekat dengan Allah (swt). Amal yang membuat kalian mencapai Hadirat Ilahiah-Nya, dan ini adalah jalan yang telah ditunjukkan oleh Nabi (saw), bukan dengan menciptakan jalan kalian sendiri.
Sekarang kita banyak menjumpai para filsuf, saintologis, kalian tidak bisa menciptakan jalan sendiri, kalian harus mengikuti jalannya para Anbiya dan ketika Nabi Penutup (saw) telah datang, kita harus mengikuti jalannya Nabi Penutup (saw), Rasulullah (saw), karena beliau telah menyempurnakan seluruh risalah.
Jadi jika kalian percaya dengan mahabbah Allah (swt) dan kalian meminta-Nya, dan kalian melakukan amal atau perbuatan yang benar yang dapat mengantarkan kalian pada Hadirat Ilahiah-Nya, lanudkhilannahum, Allah bersumpah, bahwa Dia akan membuat kalian masuk ke dalam golongan orang-orang saleh, artinya Dia akan membuat kalian masuk ke maqamnya para Awliyaullah dan Anbiyaullah. Dan itu adalah langkah PERTAMA kalian!
Maqamul Anbiya wal Awliya, itu bukanlah maqam Khatamu ‘n-Nabiyyiin. Maqam Khatamu ‘n-Nabiyyiin itu masih jauh, tetapi maqamul Anbiya wal Awliya, mereka tidak pernah berakhir, Anbiyaullah telah diketahui, tetapi para Awliyaullah, mereka tidak pernah berakhir, jumlahnya tak terhingga, sehingga kalian bisa terus naik, lanudkhilannahum fii ‘sh-shaalihiin. Allah (swt) akan mengizinkan kalian untuk masuk ke maqam para Anbiya wal Awliya.
Orang mungkin akan bertanya, di manakah hal itu disebutkan dalam al-Qur;an? Hal itu disebutkan dalam ayat,
اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ - ١
Inna fatahnaa laka fathan mubiinaa
Sungguh, Kami telah memberikan kepadamu pembukaan yang besar. (QS al-Fath, 48,1)
Barang siapa yang mengharapkan Allah, Allah (swt) akan membuatnya memenuhi syarat untuk masuk ke pintu Inna fatahnaa laka fathan mubiinaa, Kami telah membukakan bagimu suatu pembukaan yang besar. Kalian akan masuk dari pintu itu, karena Rasulullah (saw) pernah bertanya kepada Allah (swt), “Yaa Rabbii, apakah maqam ini untukku atau untuk ummatku?” Allah (swt) menjawab, “Apa pun yang Kuberikan untukmu, ummatmu juga ada bersamamu.” Ini adalah kata-kata Mawlana Syekh Nazim (q).
Itulah sebabnya kita percaya pada cinta Sang Pencipta, dan kita hidup dalam pengawasan-Nya sepenuhnya. Kita memohon ridha-Nya, kita memohon cinta-Nya, dan itulah sebabnya kita tidak membuat sekutu bagi-Nya. Kita menjadikan sebagai prinsip, maa syaa-Allahu kaana apa yang dikehendaki Allah akan terjadi, wa maa lam yasya’ lam yakun, dan apa yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan terjadi. Tidak ada yang akan menyentuh kita kecuali Allah (swt) telah menuliskannya bagi kita, di mana iman kalian wahai Muslim?
Jagalah iman kalian. Syaithan dan bala tentaranya ada di luar sana, berusaha menghancurkan iman kalian lewat media, internet, teknologi, lewat nafsu terhadap dunia ini, lewat kebohongan. Jagalah iman kalian, iman kalian adalah hal yang paling berharga, jangan biarkan siapa pun merenggutnya dari hati kalian, itu adalah harta karun kalian. Jika kalian menemukannya, Allah (swt) akan membukakan pintu Rasulullah (saw) bagi kalian.
اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ - ١
Inna fatahnaa laka fathan mubiinaa
Sungguh, Kami telah memberikan kepadamu pembukaan yang besar. (QS al-Fath, 48:1)
Apa yang terjadi setelah kalian menuju pintu itu?
لِّيَغْفِرَ لَكَ اللّٰهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْۢبِكَ وَمَا تَاَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُّسْتَقِيْمًاۙ - ٢
Liyaghfira lakallaahu maa taqaddama min dzanbika wa maa taakhkhar wa yutimma ni`matahuu `alayka wa yahdiyaka shiraathan mustaqimaa
Agar Allah memberikan ampunan kepadamu (Muhammad) atas dosamu yang lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan menunjukimu ke jalan yang lurus. (QS al-Fath, 48:2)
Allah (swt) akan mengampuni dosa-dosa kalian yang lalu dan yang akan datang, dan Dia akan menyempurnakan nikmat-Nya atas kalian, yang juga berarti nikmat rohaniah, dan kemudian Dia akan membimbing kalian menuju shiraathal mustaqiim, bukan sebelumnya. Kalian harus melewati pintu Awliyaullah, Anbiyaullah dan Rasulullah (saw) untuk dibimbing menuju shiraathal mustaqiim, tidak cukup untuk mengatakan, iyyaaka na`budu wa iyyaaka nasta`iin, ihdinash-shiraathal mustaqiim. Ini adalah awal, di dunia ini; tetapi ketika kalian telah mencapai level hati berikutnya, Inna fatahnaa laka fathan mubiinaa, Kami bukakan bagi kalian pembukaan yang besar, di sana ada shiraathal mustaqiim untuk diambil, kemudian
وَّيَنْصُرَكَ اللّٰهُ نَصْرًا عَزِيْزًا - ٣
Wa yanshurakallaahu nashran `aziiza
dan agar Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak). (QS al-Fath, 48:3)
Allah akan membuat kalian meraih kemenangan atas Syaithan dan bala tentaranya. Jadi Itu adalah Mahdi (as). Hakikat Mahdi (as) adalah fathan mubiina, Pembukaan yang Besar, dan setelah itu ada fathan yang lainnya.
اِذَا جَاۤءَ نَصْرُ اللّٰهِ وَالْفَتْحُۙ - ١
Idzaa jaa’a nashrullaahi wa ‘l-fath
Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, (QS 110:3)
Fath yang mutlak! Absolut! Bukan qariib, bukan mubiin, ini adalah al-fath!
Oleh sebab itu jagalah iman kalian, kuatkan iman kalian, dan jadikanlah maa syaa-Allahu kaana wamaa lam yasya’ lam yakun sebagai prinsip hidup kalian. Itulah yang saya dengar dari mursyid saya, Mawlana Syekh Nazim (q) dan saya jadikan sebagai prinsip dalam kehidupan ini.
Semoga Allah (swt) menjadikan kita Mukmin yang kuat. Semoga Allah mengizinkan cahaya-Nya masuk ke dalam hati kita yang lemah, yaa Allah jadikanlah hati kami sebagai baitullah, sebagai arsy Allah. Hati kalian sangat disayang oleh Allah, itulah sebabnya Dia hanya ingin agar kalian mencintai Dia sendiri, karena Dia hanya mencintai kalian. Kita mempunyai cinta yang istimewa dari Allah (swt). Setiap makhluk mempunyai cinta yang istimewa dari Allah (swt). Semoga Allah (swt) mengampuni kita.
Wa min Allah at-tawfiiq, bi hurmati habiib, bi hurmatil Fatihah.
https://sufilive.com/Gather-Together-with-Awliyaullah-7478.html
© Hak Cipta 2021 Sufilive. Seluruh hak cipta. Transkrip ini dilindungi
oleh hukum hak cipta internasional. Harap cantumkan Sufilive saat membagikannya. JazakAllahu khayr.
.