Available in: English   Bahasa   Go to media page

A`udzu billāhi min asy-Syaythān ir-rajīm

Bismil-Lāhi’ r-Rahmāni ‘r-Rahīm.

Nawaytu ‘l-arba`īn, nawaytu ‘l-`itikāf, nawaytu’l-khalwah, nawaytu ‘l-`uzlah, nawaytu ‘r-riyādhah, 

nawaytu ‘s-suluuk, lillāhi ta`ala fī hādza ‘l-masjid.

Patuhi Allah, patuhi Rasul, dan patuhi orang-orang yang mempunyai otoritas. (4:59)


Sebagaimana yang kita katakan sebelumnya, ath-thariqatu kulahaa adaabun, "Tarekat dibangun berdasarkan adab (perilaku yang baik)."  Tariqah adalah inti dari Islam, ia berada dalam kerangka Islam dan perilaku islami.  Ini artinya jika kita tidak mempunyai adab yang baik, seolah-oleh seseorang berada di luar apa yang dibawa oleh Nabi (s).  Sebagaimana kalian ingin berbicara dan berpakaian dengan baik, perbuatan-perbuatan ini mempunyai disiplin dan kehormatan tersendiri.  Kalian tidak bisa melintasi batas.  Ketika kalian berhadapan dengan lampu merah, kalian tidak bisa lewat, kalian harus berhenti.  Ketika kalian mempunyai lampu hijau, kalian boleh bergerak.  Jadi di dalam Islam, kalian harus mengetahui lampu merahnya dulu sebelum kalian mengetahui lampu hijaunya, karena jika kalian tidak tahu di mana berhenti, bisa saja kalian melakukan banyak kesalahan.  Jadi lampu merah adalah penting, agar kalian bisa menghentikan nafsu dan keegoisan, kalau tidak kalian dapat melanggar batas dan jatuh setiap saat.
 
Segala sesuatu yang kita kerjakan memiliki karakteristik atau protokol khusus untuk mengingat Allah .  Dan saya ingin menyampaikan topik ini karena setiap orang memerlukannya setiap hari dan tidak seorang pun yang bisa hidup tanpanya.  Orang-orang mungkin menduga-duga, kira-kira apa yang membuat kita tidak bisa hidup tanpanya.  Ini sangat penting untuk diketahui.  Jika kita berpikir sedikit, kita akan mendapatkan jawabannya.  Apakah itu?  (Seorang murid) berkata, “makanan,”  yang lain berkata, “air.”  Jawaban pertama adalah benar.  Kalian tidak bisa hidup tanpa makanan, yang merupakan kebutuhan utama, kemudian yang lain menyusul.  Bahkan di rumah sakit kalian pun memerlukan makanan.
 
Ketika kalian akan pergi bekerja, kalian berpakaian dengan rapi sehingga orang melihat kalian sebagai orang yang tampan atau cantik.  Juga, ketika kalian makan kalian harus memberi kehormatan tertinggi terhadap makanan.  Kini orang-orang makan dengan pandangan yang lapar, seolah-olah mereka tidak pernah melihat makanan dan itu adalah syirik.  Nabi (s) sebagian besar makan dengan roti barley yang keras dan berbatu.  Beliau memakannya dengan air, garam dan vinegar (cuka buah) atau minyak.  Alhamdulillah, itu merupakan makanan yang lengkap bagi Nabi (s)!  Hari ini kalian berpuasa.  Jika mereka membawakan kalian roti, minyak dan vinegar, kalian tidak akan memakannya, dengan segera kalian akan marah dan pergi ke restoran.  Kalian tidak akan mengatakan alhamdulillah jika hanya ada vinegar, minyak dan roti.  Ada orang di Pakistan dan Afrika yang tidak mempunyai makanan.  Allah menyediakan kita makanan terbaik dan tetap saja kita mengeluh bahwa makanan itu tidak baik atau tidak cukup atau kita tidak menginginkannya.
 
Mawlana Syekh Nazim قدس سرّه, semoga Allah memanjangkan usianya, di dalam rumah beliau di Damaskus pada tahun 1960, beliau mempunyai kebiasaan yaitu ketika orang-orang telah tertidur, beliau pergi ke dapur ke sebuah lemari yang tertutup dengan ram kawat yang mempunyai lubang-lubang kecil untuk udara, beliau membukanya dan mengecek makanan yang rusak (basi).  Beliau meletakkannya di pinggir untuk keesokan harinya, makanan yang paling bau.  Hari berikutnya Mawlana menawarkan tamu-tamunya makanan yang baik dan memakan makanan yang buruk tadi untuk dirinya sendiri.  Saya melihatnya beberapa kali.  Beliau akan memakan makanan yang basi, kadang-kadang dengan jamur dan bintik-bintik hitam, tidak memberikan kepada orang lain untuk dimakan.  Sekarang, apakah kalian akan melakukan hal itu?  Tak seorang pun akan melakukannya.  Berton-ton makanan akan dibuang.  Islam datang untuk mengajarkan kita bagaimana caranya makan!
 
Dalam pelatihan diplomat, mereka mengajarkan kalian tentang protokol untuk makan dengan etiket.  Mereka memberikan pelajaran yang disukai Iblis!  Kalian pergi ke restoran dan lihat kebanyakan orang makan dengan tangan kiri, dengan garpu di tangan kiri mereka dan pisau di tangan kanan.  Mengapa?  Karena Setan membisikkan telinga mereka.  Nabi (s) bersabda bahwa jika seseorang makan dengan tangan kiri (bukan berarti ia seorang kidal), ia tidak boleh melakukannya.  Saya melihat banyak orang di bawah makan dan minum dengan tangan kiri mereka.  Tidak ada berkah di sana, bahkan lebih buruk lagi, itu akan mendatangkan penyakit bagi kalian.
 
Jadi, Islam datang dengan kehormatan dan disiplin yang sangat tinggi dalam cara makan.  Nabi (s) bersabda, pada awalnya, ketika kalian ingin makan, mulailah dengan bismillah.  Imam Ghazali (r) menyatakan bahwa, “Ketika kalian mulai makan, ucapkan 'bismillah' dengan suara yang keras.”  Mengapa dengan suara yang keras?  Agar orang lain di sebelah kalian juga ikut mengucapkannya.  Ia akan memperoleh berkah dari keduanya, dan itu akan menjadi semacam rantai yang melindungi agar Setan tidak masuk ke dalam makanan kalian.  Setiap kali kita memasukkan makanan (ke dalam mulut), kita dianjurkan untuk membaca bismillah.  Apakah kita mengucapkannya?  Mungkin sebagian melakukannya, khususnya ketika kalian mempunyai kari di hadapan kalian!  (tertawa)
 
Imam Ghazali (r) berkata bahwa, jika kalian mengucapkan bismillah dalam setiap gigitan, itu adalah baik dan lebih baik, karena itu mencegah kalian menjadi terlalu serakah, karena kalian makan dengan adab dan kesabaran.  Beberapa orang tidak mempunyai waktu untuk mengucapkan bismillah; mereka makan dengan begitu cepatnya dan mata mereka terlihat begitu lapar (dengan keserakahan) dan melihat ke seluruh meja untuk melihat apakah yang lain makan lebih baik dari mereka.  Jadi ucapan bismillah akan memperlambat kalian, dan kalian tidak makan dengan terburu-buru.  Itulah sebabnya ketika kalian mengunjungi awliyaullah, perlu waktu satu jam untuk menyelesaikan seluruh makanan.  Kini, orang-orang makan terlalu cepat!
Ketika kalian berzikir pada makanan itu, bagaimana makanan itu akan menyakiti kalian?  Nabi (s) bersabda, “Perut adalah rumah penyakit.”  Jadi ketika kalian ingat untuk mengucapkan bismillah, kalian makan dengan berzikir dan itu akan menjadikan berkah dan makanan itu akan menyembuhkan kalian.  Kesehatan adalah kombinasi dari zikrullah dan makanan.
 
Dan Nabi (s) bersabda, “Ia harus makan dengan tangan kanan dan dimulai dengan garam, wa yakhtum bihi, dan ia juga harus mengakhirinya dengan garam.”  Banyak orang yang melakukan hal itu, khususnya murid-murid Mawlana.  Mereka makan dengan tangan kanan serta dimulai dan diakhiri dengan garam.
 
Dan Nabi (s) bersabda, “Ia harus membuat suapan yang sangat kecil.”  Jangan letakkan sesendok penuh dalam mulut kalian, tetapi buatlah suapan yang lebih kecil dalam sendok kalian.  Beberapa orang menyendok lebih banyak dan lebih banyak di mulut mereka.  Satu suapan besar disusul suapan berikutnya, tidak menyisakan makanan bagi yang lain!  Jadi apa yang perlu kalian lakukan?
 
Nabi (s) bersabda, “Ia harus mengunyah dengan baik, tidak menelannya dengan cepat.”  Apakah kalian memperhatikan bagaimana suapan Mawlana ketika makan?  Berapa besar rotinya, sepertinya cukup untuk seekor burung.  Saya terkejut melihat beliau mengambil potongan kecil yang lebih kecil dari sepertiga ruas jari kalian, dan beliau memakannya dengan perlahan, mengunyahnya dengan sangat baik.  Nabi (s) memerintahkan kita untuk mengambil suapan atau gigitan sekecil mungkin, karena waktu ketika kalian duduk di meja, para malaikat turun, karena ketika kalian memulainya dengan bismillah dan garam, para malaikat itu datang, lebih banyak dan lebih banyak dan tasbiih mereka akan dituliskan untuk kalian.
 
Jangan sampai kalian mempunyai mata lapar!  Saya perhatikan banyak orang, ketika kalian meletakkan makanan di meja, dan kalian tidak dapat mencapai ujungnya, mata kalian selalu tertuju ke sana, dan kalian minta orang untuk mengambilkannya untuk kalian.  Makanlah dari apa yang berada di depan kalian!  Ada sup di depan kalian, atau daging, ucapkan aIlhamdulillah.  Jangan menjadi serakah.  Kalian tidak boleh menyimpan makanan di dalam mulut kalian, telanlah segera, lalu segera ambil suapan berikutnya, bahkan ketika kalian belum menelan suapan pertama di dalam mulut kalian!  Ini adalah sunah Nabi (s).  Pada masa beliau, orang-orang makan dari piring yang sama, agar setiap orang memperoleh kesempatan yang sama untuk makan (tidak mengambil makanan ke dalam piring masing-masing, sebagaimana yang kita lakukan sekarang).  Kini orang-orang menyendok ke dalam mulut mereka, sementara yang lainnya tidak mempunyai makanan.  Orang-orang mencari daging di piring nasi dan menyisakan nasinya!
 
Kalian tidak boleh untuk mengulurkan tangan kalian hingga suapan pertama ditelan.  Bersabarlah!  Bahkan jika seluruh makanan telah selesai, biarkan diri kalian tetap lapar dengan cinta terhadap saudara kalian.  Saya melihat banyak orang ingin dilayani pertama dan mereka tidak senang.  Banyak orang yang menunggu (dalam antrian di aula makan di dargah) dan memilih makanan mereka dengan sangat hati-hati, mengamati setiap piring, dan bergerak dengan sangat lambat, mengorek-ngorek makanan itu untuk memeriksanya, dan bertanya-tanya apakah mereka akan mengambil ini atau itu.  Perhatikan mereka, dan lihat berapa lama mereka menghabiskan waktu, kalian akan tinggal di sana bagaikan berjam-jam!  Dan saya lihat banyak orang, mereka orang-orang baik, yang akan mengambil sisa-sisa makanan, mereka senang dengan itu.  Jangan serakah.  Berikan prioritas kepada saudara kalian daripada mendahulukan keegoisan diri kalian.  Ini adalah Islam, jangan dahulukan diri kalian sendiri!
 
Dan jangan katakan sesuatu yang buruk tentang makanan.  Jika ia terasa asin atau kurang garam, kurang terasa atau rasanya tidak enak, jangan katakan sesuatu yang buruk tentang makanan itu, karena itu adalah nikmat Allah .  Orang-orang merasa keberatan.  Saya tahu banyak suami yang mengeluh tentang masakan istrinya, hal itu tidak baik karena ia menghilangkan berkah dari makanan itu.
 
Nabi (s) bersabda, "wa an yakula mimma yalii", makan apa pun yang dapat diraih (dengan tangannya) bukan yang tidak dapat diraihnya.  Allah memberi kepada orang lain bukan kepada kalian.  Itulah sebabnya lebih baik duduk di meja bundar, kalian da

UA-984942-2