Available in: English   Bahasa   Spanish   Go to media page

Apa yang Islam katakan mengenai Pemboman di Boston?

Mawlana Syekh Hisyam Kabbani

23 April 2013 Lefke, Siprus

Shuhbah bakda Zhuhur

As-salaamu `alaykum wa rahmatullaahi wa barakaatuh. Dastuur, yaa Sayyidii.

Hari-hari berlalu, malam-malam berlalu, orang-orang berlalu, binatang berlalu, tumbuhan berlalu. Segala sesuatu bergerak, kita bergerak dan alam semesta bergerak. Mereka bicara tentang energi, energi positif dan energi negatif, dan mereka mencampuradukkannya untuk mengeluarkan beberapa pernyataan yang mendukung ajaran non-Muslim, untuk …. tanpa perasaan bahwa mereka menyakiti Islam, khususnya tasawwuf, karena tasawwuf yang sesungguhnya tunduk pada Syariah, titik. Jika orang mau mendapatkan tasawwuf di sini, jangan datang ke sini untuk tasawwuf, saya mohon maaf untuk mengatakannya. Mungkin saja ada orang lain yang mengatakan, “Datanglah untuk tasawwuf,” tetapi saya katakan, “Jangan datang untuk tasawwuf, datanglah ke sini untuk Syariah.” Bangunlah infrastrukturnya; Syariah adalah infrastruktur dan fondasi bagi Maqaam al-Ihsaan, yaitu kondisi bagi tasawwuf, bagi kesempurnaan (moral). Kalian ingin menjadi--di mana-mana di seluruh dunia--jika kalian ingin menjadi sempurna, maka dasarilah ajaran kalian pada Syariah. Nabi (s) mengajarkan Syariah pada Sahabat (r) selama 23 tahun. Ketika beliau berada di Ghaar al-Hira sendiri, beliau (s) selalu berada dalam kondisi Mi’raj, saya tidak ingin mengatakan bahwa beliau (s) dalam tasawwuf, tetapi beliau berada dalam Mi’raj dan dari Mi’rajnya ini kalian bisa mendapatkan permata-permata tasawwuf dari akhlak dan perilaku beliau (s).

انما بعثت لاتمم مكارم الاخلاق

Innamaa bu`itstu li utammimu makaarim al-akhlaaq.

Aku telah diutus untuk menyempurkan akhlak. (Bazzaar)

Bagaimana menyempurnakan akhlak kalian bila kalian saja tidak bergerak di jalur Syariah yang benar? Jika kalian ingin bepergian, kalian masuk ke dalam pesawat dan jika kalian ingin berbicara mengenai tasawwuf itu tidak masalah, tetapi di luar pesawat bergerak dengan hukum fisika dengan perintah Allah, jadi itu artinya pesawat itu adalah Syariah. Kalian tidak bisa mengambil pesawat lalu pergi ke kiri ke kanan, kiri ke kanan, jadi tasawwuf bisa ada ketika kalian berada dalam tujuan yang benar, dalam pergerakan pesawat yang benar. Di dalam pesawat, tunjukkan perilaku baik kalian, dan pertama kalian memerlukan Syariah, Syari`atullah. Itulah sebabnya mengapa Imam Malik (r) berkata, “Tasawwuf tanpa Syariah adalah korup, zindik, tetapi tasawwuf dengan Syariah adalah Haqiqa, hakikat.” Jika kalian menginginkan hakikat, maka ikutilah Syariah. Syariah mengajarkan kepada kalian agar tidak marah, kerjakan salat-salat kalian, tidak berteriak pada orang lain dan menjaga hak-hak orang lain. Tasawwuf tidak membahas tetntang hak-hak manusia, tetapi tasawwuf mencakup bagaimana kalian dapat menyempurnakan diri, bagaimana agar kalian mempunyai adab yang baik, tetapi Syariah-lah yang membuat kalian mempunyai hubungan yang baik dengan setiap orang.

Laa tatalal al-huduud, Syariah mengatakan bahwa kalian tidak boleh melanggar batas-batas orang lain. Jika saya merasa kesal dengannya dan kemudian bertengkar satu sama lain dan saya menzaliminya, maka saya adalah orang yang zalim dan ia adalah orang yang dizalimi. Di Hari Kiamat, Allah akan berkata, “Maafkan dia,” dan ia akan berkata, “Tidak (aku tidak mau memaafkan orang yang telah menzalimi aku.).” Itu adalah hadis Nabi (s):

وعنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال أتدرون ما المفلس ؟ . قالوا المفلس فينا من لا درهم له ولا متاع . فقال إن المفلس من أمتي من يأتي يوم القيامة بصلاة وصيام وزكاة ويأتي وقد شتم هذا وقذف هذا . وأكل مال هذا . وسفك دم هذا وضرب هذا فيعطى هذا من حسناته وهذا من حسناته فإن فنيت حسناته قبل أن يقضى ما عليه أخذ من خطاياهم فطرحت عليه ثم طرح في النار . رواه مسلم

Wa `anhu anna rasuulullahi (s) qaala atraduuna maa al-muflis? Qaaluu al-muflis fiinaa man laa dirham lahu wa laa mata`. Faqaala inna ’l-muflis min ummatii man yaatii yawm al-qiyamati bi-shalaatin wa shiyaamin wa zakaatin wa yaatii wa qad syatama hadzaa wa qadzafa hadzaa wa akala maala hadzaa wa safaka dam hadzaa wa dharaba hadzaa fa-yu`tii hadzaa min hasanaatihi wa hadzaa min hasanaatihi fa in fanayta hasanaatahu qabl an yuqdhaa maa `alayhi aakhadza min khathaayaahum fathurihat `alayhi tsumma thuriha fi ’n-naar.

Nabi (s) bertanya kepada pada Sahabatnya, “Tahukah kalian siapakah al-muflis (orang yang bangkrut) itu? Mereka menjawab, “Orang yang bangkrut menurut kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta benda.” Kemudian Nabi (s) bersabda, “Al-muflis di antara umatku adalah orang yang datang pada Hari Kiamat dengan membawa amalan salat, puasa dan zakat, namun seiring dengan itu datanglah orang-orang yang menuntutnya, karena ketika di dunia ia mencaci ini, menuduh itu, memakan harta si ini, melukai si itu, dan memukul si ini. Maka diberikanlah pahala-pahala kebaikannya itu kepada orang-orang (yang pernah disakitinya). Jika ternyata pahala-pahala kebaikannya itu habis sebelum tanggungannya terpenuhi, maka diambillah dosa-dosa mereka dan ditimpakan kepadanya. Kemudian dicampakkanlah ia ke dalam api Neraka.” (Muslim)

Nabi (s) bersabda, “Siapakah orang yang bangkrut itu?”

Para Sahabat berkata, “Orang yang tidak mempunyai uang.”

Nabi (s) bersabda, “Bukan, tetapi orang yang tidak mempunyai `amal.”

Para Sahabat berkata, “Walaupun mereka mengerjakan salat dan puasa?”

Beliau (s) bersabda, “Bahkan jika ia mengerjakan salat dan puasa, ia tidak mempunyai `amal,” karena di Hari Kiamat, orang yang dizalimi tidak akan memaafkan orang yang telah menzaliminya. Allah akan mengambil `amal baik dari orang yang berbuat zalim dan memberikannya kepada orang yang dizalimi sehingga ia tidak mempunyai `amal yang tersisa, ia tidak mempunyai apa-apa lagi, meskipun ia mungkin masih mempunyai serpihan-serpihan hasanaat tetapi tidak terlalu banyak dan tetap saja Dia mengambilnya.

Allah akan berkata, “Maafkan dia.”

Orang yang terzalimi akan berkata, “Yaa Rabbii, itu belum cukup,” lalu Allah akan mengambil dosa-dosa orang yang telah dizalimi dan menyerahkannya kepada orang yang berbuat zalim sehingga hukumannya menjadi berlipat ganda!

Maka seluruh pahala salat dan puasa kalian akan hilang. Jadi kita harus membangun fondasi yang baik dan sekarang banyak sekali tamparan pada wajah umat Muslim dari perbuatan-perbuatan yang tidak mereka lakukan atau dari menyakiti orang lain. Beberapa orang yang tidak bertanggung jawab telah dicuci otaknya, seperti halnya banyak non-Muslim yang telah dicuci otaknya dan mereka pergi dan membunuh anak-anak di sekolah, bukan hanya Muslim, tetapi juga Kristen. Berapa banyak insiden yang telah terjadi? Non-Muslim membunuh anak-anak di sekolah, jadi mengapa kita harus melecehkan Muslim dan menyalahkan Muslim untuk sesuatu yang tidak mereka lakukan? Kita harus bersikap adil dalam segala hal, orang yang bertanggung jawab harus bersikap adil, seimbang. Mereka pasti mempunyai timbangan untuk perhiasan, timbangan digital, bukannya melihat orang yang berjanggut atau memakai pakaian sunnah lalu menyebutnya teroris di seluruh dunia, bukan hanya di satu tempat.

Secara terbuka kami mengutuk perbuatan dari lima atau enam orang yang jika dibandingkan dengan 1.5 miliar Muslim, itu bukan apa-apa, itu adalah epsilon, seolah-olah mereka (1.5 miliar Muslim yang sah) itu tidak ada, dan Islam disalahkan untuk itu! Tidak bisa begitu. Kita harus adil, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis Nabi (s) dalam Sahih Muslim. Keadilan adalah berdasakan Syariah dan itu akan memberi kalian penjelasan sebelum kalian menyalahkan orang lain. Kalian menyalahkan orang yang tidak ada hubungannya dengan itu, melecehkan mereka di sekolah-sekolah dan area-area publik, dan kalian harus sangat berhati-hati.

فَاسْأَلُواْ أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ

Fas’aluu ahli ‘dz-dzikri in kuntum laa ta`lamuun.

Maka bertanyalah pada orang-orang yang mempunyai pengetahuan bila kamu tidak mengetahui. (Surat an-Nahl, 16:43)

Bertanyalah kepada orang yang tahu, bukan kepada orang yang tidak tahu! Jangan bertanya pada orang yang salah. Merupakan tugas bagi politisi dan orang-orang di pemerintahan untuk bertanya pada orang-orang yang tepat. Allah berfirman di dalam kitab suci al-Qur’an, “Bertanyalah pada orang yang benar,” karena tidak semua orang tahu. Kalian datang dan bertanya pada beberapa organisasi yang tidak tahu apa-apa atau mereka mungkin mengambil keuntungan dari sesuatu sehingga mereka tidak memberi kalian jawaban yang benar. Jawaban yang benar ada di dalam hadis Nabi (s):

"إن أول الناس يقضي يوم القيامة عليه رجل استشهد، فأتي به فعرفه نعمه فعرفها . قال: فما عملت فيها؟ قال قاتلت فيك حتى استشهدت، قال: كذبت، ولكنك قاتلت لأن يقال: جريء، فقد قيل. ثم أمر به فسحب على وجهه حتى ألقي فى النار ورجل تعلم العلم وعلمه وقرأ القرآن، فأتي به فعرفه فعرفها. قال: فما عملت فيها؟ قال: تعلمت العلم وعلمته، وقرأت فيك القرآن قال: كذبت، ولكنك تعلمت العلم ليقال: عالم، وقرأت القرآن ليقال هو قارىء، فقد قيل، ثم أمر به، فسحب على وجهه، حتى ألقي فى النار، ورجل وسع الله عليه وأعطاه من أصناف المال كله، فاتي به فعرفه نعمه فعرفها، قال: فما عملت فيها؟ قال: ماتركت من سبيل تحب أن ينفق فيها إلا أنفقت فيها لك قال كذبت ولكنك فعلت ليقال هو جواد فقد قيل ثم أمر به فسحب على وجهه ثم ألقي فى النار"

Orang pertama yang akan diadili di Yaumil Hisab adalah orang yang mati syahid. Ia akan dibawa ke Hadapan Allah dan Allah akan menunjukkan segala nikmat yang telah diberikan kepadanya dan ia mengenalinya. (Allah (swt)) akan bertanya, “Dan apa yang telah kau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?” Ia akan menjawab, “Aku berperang untuk-Mu hingga aku mati sebagai seorang syahid.” Dia akan berkata, “Kau telah berbohong! Kau berperang agar orang-orang berkata (tentangmu), ‘Ia adalah seorang pemberani,’ dan orang-orang telah mengatakan hal itu seperti yang kau inginkan.” Kemudian Allah akan memerintahkan (malaikat) untuk membawanya melemparkannya ke dalam Neraka!

(Kemudian) seorang yang menuntut ilmu (agama) dan telah mengajarkan ilmunya dan rajin membaca al-Qur’an. Ia akan dibawa ke Hadapan Allah dan Allah akan menunjukkan segala nikmat yang telah diberikan kepadanya dan ia mengenalilnya. (Allah (swt)) akan bertanya, “Dan apa yang telah engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?” Ia akan menjawab, “Aku mempelajari ilmu (agama) dan aku telah mengajarkannya dan aku membaca Al-Qur’an demi Engkau.” Dia akan berkata, “Kau telah berbohong! Kau mempelajari ilmu (agama) agar orang-orang berkata (tentangmu), ‘Ia adalah orang terpelajar,’ dan Kau membaca al-Qur’an agar orang-orang berkata (tentangmu), ‘Ia adalah seorang Qari,’ dan orang-orang telah mengatakan hal itu seperti yang kau inginkan.” Kemudian Allah akan memerintahkan (malaikat) untuk membawanya melemparkannya ke dalam Neraka!

(Kemudian) seseorang yang Allah jadikan sebagai hartawan, orang yang telah diberi segala jenis kekayaan akan dibawa dan Allah akan memperlihatkan nikmat-nikmat-Nya itu dan ia akan mengenalinya. Lalu (Allah) akan berkata, “Dan apa yang kau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?” Ia akan mengatakan, “Tidak ada jalan atau tempat di mana Engkau senang agar uang itu digunakan, kecuali aku telah menginfakkannya semata-mata karena Engkau!” Dia akan berkata, “Kau telah bohong! Kau melakukan perbuatan itu agar orang-orang mengatakan (tentangmu), ‘Ia adalah orang yang dermawan’ dan orang-orang telah mengatakan hal itu seperti yang kau inginkan.” Kemudian Allah akan memerintahkan (malaikat) untuk membawanya melemparkannya ke dalam Neraka!"

(Muslim, Tirmidzi, Nasaa'ii)

Nabi (s) bersabda, “Pada Hari Kiamat, Allah akan mengadili tiga kelompok orang dan yang pertama adalah para syuhada.” Apa yang kalian ketahui tentang syuhada di sini? Mereka akan masuk Surga, (yang merupakan) keyakinan umum. Hadis ini yang saya sebutkan tadi ada di dalam kitab Ad-Dawaa asy-Syaafii ditulis oleh Ibn Qayyim al-Jawziyya, seorang murid dari Ibn Taymiyya, dari sumber-sumber mereka sendiri. Mereka tidak dapat mengatakan hadis itu tidak benar karena itu telah disahkan oleh mereka, dan disebutkan di dalam Sahih Muslim. Yang pertama yang akan diadili adalah seorang syuhada dan setiap orang berkata ke mana mereka akan pergi? Katakan! (Ke Surga.) Allah memanggil seorang di antara mereka dan Dia menunjukkan kepadanya segala nikmat yang telah diberikan kepadanya dan Dia bertanya, “Apa yang telah kau lakukan untuk-Ku atas segala nikmat yang telah Aku tuliskan untuk-Mu?” Allah bertanya. Dapatkah kalian berbohong? Kalian tidak bisa berbohong!

Pemuda ini, seorang remaja atau seorang yang telah dewasa atau seorang pria tua atau wanita tua akan berkata, “Yaa Rabbii! Aku melakukan hal yang baik lillaahi ta’ala, demi Engkau.”

Allah akan bertanya, “Apa yang telah kau lakukan?”

“Aku berjihad!”

Kalian bisa melakukan pekerjaan rumah kalian dan ambil buku Ad-Dawaa asy-Syaafii karangan Ibn Qayyim al-Jawziyya, murid dari Ibn Taymiyya, yang telah dicetak di banyak negara dan kalian dapat menemukan hadis itu.

Orang itu akan berkata, “Aku melakukan segalanya untuk-Mu.”

Allah (swt) akan berkata, “Apa yang telah kau lakukan?”

“Aku membunuh diriku sendiri untuk-Mu, aku meledakkan diriku sendiri untuk-Mu dan aku membunuh banyak orang dalam jihad!”

Allah (swt) akan bertanya, “Siapa yang kau bunuh? Apakah kau membunuh orang-orang yang tidak bersalah atau musuhmu?”

“Aku tidak tahu siapa yang aku bunuh, aku membunuh banyak orang.”

Apakah itu jihad, tidak mengetahui musuhmu? Di zaman Nabi (s), kalian harus mengetahui siapa musuhmu, kalian harus berperang dengan saling berhadapan. Nabi (s) tidak pernah membolehkan orang berperang dari belakang, yang boleh hanyalah saling berhadapan! Orang-orang yang berperang melawan Nabi (s) dan orang-orang yang berperang bersama Nabi (s) mereka saling berhadapan. Mereka tahu satu sama lain dan mereka memakai pakaian yang berbeda agar mereka tahu siapa musuhnya.

Busana apa yang kalian--wahai ‘syuhada’ kenakan? Apakah kalian berbusana Italia, atau busana Barat atau pakaian ketat dan kalian berkata, “Aku berperang demi Allah,” atau apakah kalian mengenakan pakaian yang longgar (sederhana) dan berkata, “Kami adalah jihadis dan kami berperang demi Allah (swt).” Tidak, kalian datang dari belakang, dari tempat tersembunyi, dan kalian melakukan aksi kalian lalu melarikan diri. Mengapa kalian melarikan diri? Apakah kalian penakut, seperti kelinci? Jadi mengapa kalian membunuh lalu pergi? (Kalian harus) menghadapi siapa yang kalian bunuh, bukankah begitu? Mengapa kalian melarikan diri? Saya tidak mengerti. Karena kalian berperang untuk Allah, jangan pergi, melarikan diri! Itu artinya perang kalian tidak benar dan apa yang kalian lakukan tidak benar. Itu telah disebutkan oleh Nabi (s).

Allah akan bertanya pada kalian, “Apa yang telah kau lakukan untuk-Ku?” Apakah kalian mengatakan kepada-Nya, “Aku meledakkan orang-orang tak bersalah lalu pergi melarikan diri.” Jadi jawaban di dalam hadis tadi adalah, “Yaa Rabbii, aku berperang untuk-Mu” Apa yang akan dikatakan Allah? “ahsaan,” “`amal baik,” atau “jihad yang baik,” masyaa-Allah? Apa yang akan Allah katakan kepadanya? “Kadzdzaab, kau pembohong! Kadzdzaab, kau telah berbohong pada-Ku!”

“Yaa Rabbii! Aku tidak berbohong, aku mengatakan yang benar.”

Kau bohong! Ini bukanlah perbuatan jihadi, yang artinya “orang yang berjuang di Jalan Allah.” “`Amal (perbuatan) itu adalah untuk egomu.” Allah berkata kepadanya, “Kau melakukannya untuk dirimu sendiri, bukan untuk-Ku, agar orang-orang mengatakan bahwa engkau seorang pemberani, untuk mengatakan kepada orang-orang bahwa engkau telah melakukannya, agar orang-orang bertepuk tangan untukmu dan orang-orang bicara tentangmu di seluruh dunia, ‘Oh! Orang ini melakukan pekerjaan yang hebat.’ Itu bukan untuk Allah, itu adalah untuk dirimu, agar orang-orang menyebutkan namamu!”

Itu persis seperti yang dikatakan oleh Nabi (s), sama persis, tidak diragukan lagi, sebagaimana beliau (s) mengatakannya di dalam sebuah hadis, “Mereka akan mengumumkannya sendiri bahwa mereka melakukannya demi Allah (swt), tetapi mereka melakukannya untuk ego mereka.” Dari mana kedua orang ini pergi, masuk ke dalam keramaian orang yang tidak bersalah di Boston, lalu meledakkan diri mereka sendiri? Perbuatan apa yang mereka lalukan sebelum itu? Mereka masukkan ke dalam Facebook, memuji diri mereka sendiri, agar orang-orang tahu tentang mereka! Jika kalian melakukannya untuk Allah, mengapa kalian memasukkannya ke dalam Facebook, agar orang-orang berkata bahwa kalian hebat, kalian baik? Jadi itu artinya kalian melakukannya untuk ketenaran. Jangan melakukan sesuatu untuk diri kalian sendiri, lakukanlah untuk Allah (swt)! Jadi Allah berkata, “Kau seorang pembohong! Wahai malaikat-Ku, bawa dia dan masukkan ke dalam Neraka.” Para malaikat akan membawanya dan melemparkannya ke mana? Ke Neraka. Ini untuk siapa? Untuk seorang syuhada, di mana setiap orang berpikir bahwa ia akan masuk ke Jannah, tetapi Allah (swt) mengirimkannya ke Neraka (atas perbuatan yang salah tadi), meskipun tidak semua seperti itu. Kita bicara tentang mereka yang membunuh orang-orang yang tidak bersalah, yang meledakkan dirinya sendiri, bukan musuh melawan musuh, seperti di zaman Nabi (s) dan di zaman setelahnya, bukannya meluncurkan roket pada orang-orang yang tidak tahu roket itu datang, pada orang-orang yang tidak bersalah!

Sekarang semua perang di dunia tidak Islami. Di mana-mana di seluruh dunia, sungguh tidak Islami, perang itu hanya untuk “kursi”, mereka berperang satu sama lain untuk duduk di kursi. Jika mereka berperang dan membunuh satu sama lain, kita tahu bahwa mereka membunuh satu sama lain dan kita katakan, “Baiklah, mereka membunuh satu sama lain,” tetapi ketika orang-orang yang tidak bersalah terbunuh karena roket yang kalian luncurkan dan kalian tidak tahu di mana ia mendarat, maka mereka bukan hanya membunuh satu sama lain, tetapi mereka juga membunuh orang-orang yang tidak bersalah! Jadi apa yang akan Allah katakan? “Bawa dia ke Neraka.”

Sekarang yang dikatakan syuhada bukanlah syuhada sesungguhnya. Mereka yang menyebut dirinya syuhada bukanlah syuhada, mereka bekerja untuk Setan. Saya katakan ini, dan saya tahu bahwa ini akan tersebar ke mana-mana, tetapi saya mengatakannya, bahwa mereka bekerja untuk Setan, karena mereka membunuh orang-orang yang tidak bersalah, yang tidak ada hubungannya dengan ini. Anak-anak!

Mereka menemukan kelompok lain di Kanada sekarang yang mencoba meledakkan stasiun kereta antara Toronto dan Montreal tadi malam. Yang satu bernama “Jassir” dan yang satunya “Syuhaib Saghiir”. Mereka adalah Arab, (mencoba) meledakkan sebuah kereta. Berapa banyak orang yang bisa tewas? Untuk apa? Mereka adalah orang-orang yang tak bersalah, yang tidak memiliki apa-apa, dan mereka pergi untuk bekerja, dan mungkin saja di antaranya ada Muslim, atau Kristen, atau Yahudi! Mengapa kalian ingin membunuhnya? Setiap orang mempunyai kebebasan untuk memilih agamanya: jika kalian Muslim, maka kalian adalah Muslim dan jika ia Kristen, maka ia adalah Kristen. Mengapa kalian turut campur?

Ketika Nabi (s) memasuki Madinah, beliau (s) hidup damai dengan Kristen dan Yahudi. Piagam Madinah sangat terkenal. Jadi Islam menentang pseudo-jihadis yang membunuh orang-orang tak bersalah. Nabi (s) tidak pernah melakukan hal seperti itu! Nabi (s) hidup bersama orang-orang. Kesalahpahaman dapat terjadi, tetapi mereka hidup dengan orang-orang. Setiap orang mempunyai kebebasan dengan agamanya, menurut Deklarasi Madinah. Kembalilah ke Deklarasi Madinah, kembalilah ke mana Nabi (s) menyebutkan tetang peperangan. Mereka berperang melawan Nabi (s) dan beliau (s) harus menghadapinya, tetapi Nabi (s) tidak pernah mengizinkan untuk membunuh seseorang.

Suatu saat ketika mereka mempunyai tawanan, para Sahabat mendatangi Nabi (s) dan mereka bertanya, “Yaa Rasuulullah! Kami mempunyai tawanan. Apa yang harus kami lakukan terhadap mereka?” Beliau (s) berkata, “Bebaskan mereka, mereka dapat mengajari orang-orang kita untuk membaca dan menulis,” karena orang-orang Yaman mengatahui cara menulis. Dan beliau berkata, “Biarkan mereka mengajari anak-anak kita bagaimana cara membaca dan menulis dan mereka akan dibebaskan.”

Lihatlah (betapa pentingnya) pendidikan. Nabi (s) ingin agar orang-orang terpelajar dan ingin agar mereka berintegrasi (bersatu), bukannya bersegregasi (bercerai-berai). Sekarang apa yang mereka lakukan? Mereka membuat Muslim bercerai-berai karena orang-orang ini melakukan pembunuhan dan membuat orang-orang menentang Muslim.

Lalu kelompok berikutnya yang akan diadili Allah adalah orang-orang yang melakukan perbuatan baik. Dia memanggil seorang dermawan dan bertanya, “Apa yang telah kau lakukan untuk mendapatkan rida-Ku, apa yang kau lakukan untuk-Ku?”

Ia akan menjawab, “Yaa Rabbii! Aku menderma kepada rumah sakit dan sekolah-sekolah dan untuk ini, itu.” Allah berkata, “Apakah kau yakin bahwa kau melakukannya untuk-Ku atau apakah itu agar namamu ditulis di sekolah-sekolah dan rumah sakit? Apakah itu untuk-Ku atau untuk kebaikan dirimu sendiri, agar namamu terangkat dan orang-orang berkata, ‘Oh lihatlah, orang itu memberi derma,’ agar egomu senang? Wahai malaikat-Ku! Ia berbohong, bawa dia ke Neraka!”

Jadi itu artinya jangan menjadi orang yang dermawan bila, wa laa tumanin, “Jangan berpikir bahwa kalian melakukan sesuatu untuk Allah karena ini adalah uangnya Allah dan dengan Kemurahan-Nya, Dia memberikannya untukmu, jadi jangan berpikir bahwa kalian telah melakukan sesuatu untuk-Nya! Jangan memberi dengan niat agar namamu ditulis di mana-mana. (Untuk donasimu) mereka menuliskan, “muhsin kabiir, dermawan besar.” Jangan, sembunyikanlah dirimu.

Yang ketiga adalah seseorang, dan ini juga berlaku bagi banyak orang, para `ulama, cendikiawan dan akademisi. Allah (swt) akan memanggil mereka dan mereka mempunyai ilmu, dan Dia bertanya, “Apa yang telah kau lakukan terhadap nikmat-nikmat ini?”

Mereka akan menjawab, “Yaa Rabbii, kami menyebarkan Syariah.”

Alhamdulillah itu bagus, tetapi kalian melakukannya untuk menunjukkan nama kalian atau untuk Allah? Kalian pembohong, karena kalian melakukannya agar nama kalian terangkat sehingga ia dapat dituliskan di mana-mana, “Ia adalah seorang dokter.” Dokter adalah orang yang mempelajari kedokteran. Mereka menuliskan gelar mereka sebagai “Dr.” dan sekarang orang-orang ingin meletakkannya di depan nama setiap cendikiawan. Mengapa ia ingin menunjukkan bahwa ia adalah seorang dokter, mengapa? Jadilah orang yang sederhana, katakan, “Aku adalah seorang `abd, seorang hamba, aku bukan apa-apa.”

Apakah kalian melihat Mawlana Syekh Nazim (q) memakai gelar “Dr.” di depan namanya, atau “Sulthan al-Awliya”? Tidak pernah! Saya selalu mendengar beliau berkata, “Aku adalah nol.” Kita katakan bahwa beliau adalah Sulthan al-Awliya. Grandsyekh `AbdAllah (q) tidak pernah menyebutkan gelar itu untuk dirinya dan beliau telah wafat, tetapi 10-15 tahun sebelumnya beliau berkata bahwa Mawlana Syekh Nazim (q) adalah Sulthan al-Awliya. Beliau mengekspos Mawlana Syekh Nazim, di mana hal itu adalah benar, tetapi Mawlana Syekh tidak pernah mengatakannya. Beliau tidak pernah mengaku bahwa beliau adalah Sulthan al-Awliya, tetapi pada hakikatnya beliau adalah Sulthan al-Awliya. Mereka tidak merasa pantas untuk mengucapkannya di hadapan Nabi (s), karena mereka malu.

Mawlana Syekh Nazim (q) tidak pernah berkata, “Aku adalah seorang dokter,” atau “Aku mempunyai gelar Sarjana di bidang tasawwuf atau Syari`ah.” Beliau selalu berkata, “Aku ingin agar kebatilan berada di bawah kakiku!” Setiap orang dapat berkata, “Aku ingin agar kekufuran berada di bawah kakiku!” tetapi kita menyatakannya dalam bentuk imitasi, sementara beliau mengatakannya secara hakiki! Wahai Muslim! Berhati-hatilah.

Jadi Allah berkata kepada para cendikiawan ini, “Kau melakukannya untuk namamu sendiri, bukan untuk-Ku.” Mereka muncul di TV, kalian lihat acara talk shows ini, dan mereka berkata, “Dr. ini dan ini, ketua dari cendikiawan Muslim seluruh dunia.” Siapa? Mengapa? (agar mendapat banyak pujian)? Saya pernah berada di suatu negara di mana kami mengadakan sebuah konferensi dan saya saya mengundang seorang cendikiawan, seorang rektor dari sebuah universitas Islam, untuk datang dan bicara. Saya ingin mengkonfirmasi mengenai keikutsertaannya, jadi dua hari sebelumnya saya meminta seseorang untuk menghubungi sekretarisnya, dan mereka berkata bahwa ia tidak akan datang. Mengapa ia tidak mau datang? Wakil Presiden datang, Juru Bicara Kepresidenan datang, para politisi datang, lalu mengapa ia tidak mau datang, apa yang berubah?

Mereka berkata, “Kau tidak menyebutkan gelarnya yang benar.”

“Bagaimana kami tidak menuliskan gelar yang benar? Kami tuliskan namanya dan menuliskan gelar ‘Dr.’ di awal dan diikuti dengan ‘PhD. di akhirnya’”

Mereka berkata, “Tidak, itu tidak cukup! Kau harus menyebutkan, ‘Dr.,’ ‘Profesor,’ ‘PhD,’ lalu di bagian akhir semua gelar yang ia dapatkan dalam hidupnya (mungkin ada sepuluh gelar), “Kau harus menuliskannya semua, kalau tidak ia tidak akan datang.” Lalu kami kirimkan undangan sekali lagi dengan semua gelar, agar ia datang dan memberi ceramah selama 45 menit atau 30 menit.

Nabi (s) duduk di lantai dengan para Sahaabah (r)! Bahkan beliau (s) melihat non-Muslim datang kepadanya dan beliau duduk di lantai, menyambut mereka. Kaisar al-Habasy, Abbysinia, (Ethiopea) mengirimkan hadiah-hadiah berupa seorang dokter, seorang wanita jaariyah untuk membantu-bantu, dan seekor keledai. Beliau menerima keledai dan pembantu wanita itu dan mengirim kembali dokternya dengan berkata, “Kami memerlukan keledainya untuk mengangkut kayu dan membawanya, dan kami memerlukan pembantu wanita untuk memasak bagi tamu-tamu.” Tetapi beliau (s) tidak mengambil dokternya, yang artinya, “Kami adalah orang-orang yang berserah diri kepada Allah (swt). Ketika kami sakit, kami sakit. Jika kami menemukan obatnya, alhamdulillah dan kami akan mengambilnya. Jika kami tidak menemukannya, kami ucapkan, ‘Yaa Rabbii, Anta ’sy-Syaafii, isyfiinii yaa Allah!’” Apakah Allah tidak akan merespons? Jika Dia ingin memberi kalian syifaa’ maka Dia akan memberikannya.

Mawlana Syekh Nazim (q) pergi dan kembali lagi karena doa asy-syifaa’, beliau berdoa untuk syifaa’ dan setiap orang di seluruh dunia berdoa untuk beliau untuk syifaa’, dan Allah menerimanya. Itulah para awliyaullah! Mereka pantas menyandang gelar “Sulthan al-Awliya,” di depan namanya, tetapi para cendikiawan ini yang saya sebutkan, Allah katakan, “Kau pembohong! Kau tidak ingin hadir dalam konferensi untuk bicara tentang Islam, kau adalah kepala dari sebuah universitas Islam di mana kau ingin gelarmu didahulukan, yang artinya kau melakukan hal ini untuk gelarmu, kau tidak melakukannya untuk Allah (swt).”

Hari ini ada nasihat yang berbeda, hari ini ada tajalli jalaal, karena sudah terlalu banyak yang terjadi dalam dua hari ini dan kita harus sangat berhati-hati. Allah mengirimkan para cendikiawan yang bekerja agar nama mereka terangkat, dan saya katakan bahwa mereka belum cukup bekerja, hatta yu’ayyidu ’l-Muslimiin, mereka belum melakukan pekerjaan yang cukup dengan para pejabat, untuk memastikan mereka mengirim pesan ke seluruh dunia bahwa kita bekerja untuk menunjukkan bahwa Muslim tidak ada hubungannya dengan terorisme! Kalian harus melakukannya secara resmi, bukan hanya menuliskan ungkapan mengutuk di surat kabar, tidak. Kalian memperoleh uang dari seluruh dunia, organisasi kalian ada di Eropa dan Amerika, di Barat, kalian mendapat uang dari negara-negara Teluk, kalian mendapat jutaan dan jutaan dan jutaan dolar, dan kalian menyimpan uang itu, menyimpan di saku kalian dan kalian belum melakukan pekerjaan yang cukup! Kalian adalah pembohong! Allah (swt) akan membawa kalian ke Neraka jika kalian tetap melakukan ini untuk diri kalian. Jangan membuat Muslim disalahkan! Para pejabat ingin mendengar kata-kata dari kalian semua. Jika kalian tidak memberikannya kepada mereka, maka setiap orang berada dalam masalah.

Semoga Allah mengampuni kita! Semoga Allah memberkati kita!

Bi hurmati 'l-habiib, bi hurmati 'l-Fatihah.

http://sufilive.com/What_Does_Islam_Say_About_the_Boston_Bombing-4973.html

© Hak Cipta 2013 oleh Sufilive. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang. Transkrip ini dilindungi oleh Hukum Hak Cipta Internasional. Dimohon untuk menyebutkan Sufilive bila membagi tulisan ini. JazakAllahu khayr.

UA-984942-2