Available in: English   Bahasa   Go to media page

Tanda-Tanda Seorang Darwis Sejati

Syekh Hisyam Kabbani

30 Januari 2016 Zawiyah Fenton, Michigan

Shuhba Zhuhr

Grandsyekh `AbdAllah, semoga Allah memberkahi ruhnya, pada suatu hari berkata di dalam shuhba-nya mengenai tanda-tanda atau gambaran tentang seorang darwis. Seperti dalam pertemuan ini misalnya kita katakan keluarkan tasbih kalian dan bertasbihlah; sebagian membawanya, yang lain tidak. Kalian harus selalu siap sedia, seperti halnya ketika di padang pasir atau di dalam hutan, kalian merasa takut dengan harimau sehingga kalian membawa sebilah pisau karena kalian tidak tahu siapa yang menyerang kalian. Agar tidak diserang oleh Setan, karena setiap saat ia dapat menyerang kalian--kalian harus membawa kelima tanda ini, sehingga ketika seorang wali melihat, ia akan mengetahui apakah kalian seorang darwis atau bukan.

Tanda pertama adalah bahwa kalian selalu membawa al-Qur’an, atau jika kalian tidak mempunyai hafalan, basahilah lidah kalian dengan zikrullah sebagaimana disebutkan dalam Hadits Nabi (saw):

عن عبد الله بن بسر رضي الله عنه أن رجلا قال: يا رسول الله إن شرائع الإسلام قد كثرت علي فأخبرني بشيء أتشبث به؟ قال لا يزال لسانك رطبا من ذكر الله" الترمذي.

Seorang pria mendatangi Nabi (s) dan berkata, “Ya Rasulallah! Syari`at Islam sangat berat bagiku, oleh sebab itu berikanlah aku sesuatu yang dapat aku pertahankan.” Nabi (saw) bersabda, "Basahilah lidahmu dengan zikrullah." (Tirmidzi)

“Aku merasa kewalahan dengan aturan-aturan di dalam Islam,” Nabi (saw) bersabda, “Kalau begitu, basahilah lidahmu dengan zikrullah.” Zikrullah yang pertama adalah al-Qur’an. Kalian harus mempunyai al-Qur’an untuk menjadi seorang darwis. Bahkan jika kalian membacanya dalam hati atau melakukan zirullah dalam hati, para malaikat akan datang karena mereka mendengar kalian. Bila kalian membacanya dengan keras, mereka dapat mendengar kalian, tetapi bila kalian membacanya dalam hati, mereka juga dapat mendengar kalian bahkan itu lebih baik lagi kerena lebih banyak berkahnya.

وَاذْكُر رَّبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعاً وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ وَلاَ تَكُن مِّنَ الْغَافِلِينَ

Dan ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan hati dan dalam rasa takut, tanpa mengeraskan kata-kata, di waktu pagi dan sore. Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. (Surat al-A’raf, 7:205)

“Bacalah zikir itu dalam hati ketika kalian pergi keluar rumah pada siang hari dan sore hari,” karena Allah tidak menyukai orang yang sombong, yang suka pamer, “Aku membaca al-Qur’an,” atau “Aku melakukan zikrullah,” jadi bersikaplah rendah hati. Jadi tanda pertama seorang darwis adalah zikrullah.

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

Sesungguhnya Kami yang menurunkan adz-Dzikra (al-Qur’an) dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.. (Surat al-Hijr, 15:9)

Ketika Allah mengatakan bahwa Dia melindungi al-Qur’an Suci, artinya Dia melindungi orang yang membacanya, memelihara mereka, karena mereka memelihara Kalamullah, terlebih lagi para huffazh, mereka yang menghafal al-Qur’an. Sungguh besar berkah mereka bagi orang-orang yang ada di sekitarnya, karena mereka akan bersinar bagaikan lampu sorot pada Hari Kiamat. Tidak seperti kita, orang lain yang tidak menghafal. Sekarang orang-orang berkata, “Apakah aku dapat menghafalnya?” Ya, kalian dapat menghafalnya, tetapi itu sulit, karena kita mempunyai ini itu. Hadits Nabi (saw) mengatakan, “Membaca Qul Huw Allah tiga kali seolah-olah kalian telah membaca seluruh Qur’an, sepenuhnya.”

Jadi itulah sebabnya salah satu awrad di dalam zikrullah yang harus dilakukan oleh seorang darwis adalah membaca 100 kali Qul Huw Allahu Ahad, hingga 1000 kali setiap hari. Itu adalah tanda seorang darwis, yaitu orang yang menjaga zikrullah. Yang memegang al-Qur’an Suci. Karena kalian tidak bisa membawa al-Qur’an secara fisik ke tempat kerja kemudian kembali, kalian dapat membaca Qul Huw Allahu Ahad atau apa pun yang kalian hafal. Sekarang orang-orang di dalam mobilnya menyetel qasidah. Hal itu baik, tetapi mengapa kalian tidak menyetel Qur’an? Paling tidak kalian dapat menghafalnya pada saat berangkat dan pulang ke rumah.

Jadi tanda pertama bagi seorang darwis, seorang yang sederhana yang berdiri di Pintunya Nabi (saw) dan Pintunya Allah (swt), adalah mempunyai zikrullah. Awliyaullah, mereka dapat melihat pada dahi kalian, tanda zikrullah, yaitu Laa ilaaha illa 'Llah Muhammadun Rasuulullah. Ketika mereka melihat kalian, mereka dapat melihat pada wajah kalian, pada dahi kalian, Laa ilaaha illa 'Llah Muhammadun Rasuulullah, khususnya bagi Muslim; bagi non-Muslim, kita tidak membicarakannya. Setiap Muslim akan mempunyai zikrullah tertulis di dahinya, tetapi bila ia melupakan zikrullah, tulisan Laa ilaaha illa 'Llah Muhammadun Rasuulullah itu akan memudar kemudian lenyap. Jadi Awliyaullah dapat melihat, “Oh, apa yang terjadi dengan orang ini? Sebelumnya tertulis Laa ilaaha illa 'Llah, tetapi sekarang sudah pudar, sudah menghilang, artinya ia telah mengabaikan awrad-nya, mengabaikan zikrullah.

Zikrullah tidak sama dengan sebuah perkuliahan, ia adalah nasihat.

الدين نصيحة

Agama adalah nasihat.

Kuliah tidak akan mengangkat derajat kalian lebih tinggi seperti halnya zikrullah. Jika kalian mengucapkan, “Laa ilaaha illa 'Llah” sekali, itu akan membawa kalian ke Surga.

من قال لا اله الا الله دخل الجنة

Barang siapa yang mengucapkan, “Laa ilaaha illa 'Llah” masuk Surga.

Jadi zikrullah adalah penting bagi mereka yang menganggap dirinya darwis. Jangan peduli dengan apa yang dikatakan orang, pedulilah dengan apa yang dikatakan oleh malaikat. Jika malaikat melihat ‘Laa ilaaha illa 'Llah Muhammadun Rasuulullah’ tertulis di dahi kalian, mereka tahu bahwa kalian berasal dari adz-dzaakiruun, orang-orang yang berzikir. Itulah sebabnya zikrullah dianjurkan dalam berbagai tarekat, mereka melakukan zikir jahar (dengan suara keras), itu tidak masalah karena mereka ingin agar orang-orang dapat mendengar. Sebagian yang lain seperti Naqsybandi, mereka melakukan zikir khafi di dalam awrad mereka.

Untuk melakukan zikrullah, kalian harus mempersiapkan diri kalian. Agar bersih suci, bagaimana caranya agar kita menjadi bersih suci? Dengan membaca Dalaa’il al-Khayraat. Tanda kedua bagi seorang darwis, seorang yang sederhana yang mencari Hakikat. Hakikat itu bukannya berapa banyak kalian mempunyai ini itu. Kalian bisa saja miskin, tetapi lebih kaya dalam zikrullah, kalian akan lebih tinggi (derajatnya) di Surga atau lebih tinggi di dunia melalui timbangan para malaikat. Walaupun dengan harta sedikit, malaikat dapat membuat kalian bahagia dengan apa yang kalian miliki melebihi apa yang dimiliki oleh orang kaya yang tidak melakukan zikrullah, karena Allah (swt) dapat mengirimkan penyakit kepada mereka, sementara orang miskin yang berzikir, mereka tidak mempunyai beban berat pada diri mereka. Jadi kalian lebih baik daripada mereka. Jadi untuk mempersiapkan diri kalian, kalian harus membaca shalawat Nabi (saw)

وَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَابِهَا

Masuklah ke rumah itu melalui pintu-pintunya. (Surat al-Baqarah, 2:189)

“Datanglah ke tujuanmu melalui pintumu,” kata buyuut mempunyai banyak makna, salah satunya adalah “tujuan”, setiap orang mempunyai pintu masing-masing, jangan berpikir bahwa itu akan sama. Tidak! Karena setiap orang akan mencapai sesuatu, jadi sesuai dengan apa yang akan dicapainya setiap orang akan masuk melalui pintu yang telah ditentukan baginya. Seperti contoh di dalam al-Qur’an suci mengenai saudara dari Sayyidina Yusuf (as). Sayyidina Ya`quub (as) berkata kepada anak-anaknya,

وَقَالَ يَا بَنِيَّ لاَ تَدْخُلُواْ مِن بَابٍ وَاحِدٍ وَادْخُلُواْ مِنْ أَبْوَابٍ مُّتَفَرِّقَةٍ وَمَا أُغْنِي عَنكُم مِّنَ اللّهِ مِن شَيْءٍ إِنِ الْحُكْمُ إِلاَّ لِلّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَعَلَيْهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُونَ

Dan ia menambahkan, “Wahai anak-anakku! Janganlah kalian semua memasuki [kota] melalui satu pintu, masuklah dari pintu yang berlainan, namun demikian aku tidak dapat melepaskan kamu daripada [apa yang dikehendaki oleh] Allah: keputusan untuk menetapkan sesuatu ada di tangan Allah. Kepada-Nya lah aku bertawakkal dan hendaknya hanya kepada-Nya orang-orang bertawakkal dan bereserah diri.” (Surah Yusuf, 12:67)

“Masuklah lewat pintu yang berbeda.” Kalian tidak bisa masuk lewat pintu saudara kalian, karena itu tidak ditetapkan untuk kalian, pintu itu mempunyai kode, kalian akan terperangkap di sana. Sayyidina Ya’quub (as) mengatakan kepada mereka bahwa ada pintu yang berbeda-beda dan setiap orang harus memasuki pintunya masing-masing. Karena jika orang itu melihat pintu saudaranya, ia bisa cemburu. Jadi agar tidak terjadi kecemburuan pada saat itu--karena Allah mengawasi mereka, apa yang akan mereka katakan kepada Sayyidina Yusuf (as) ketika mereka sampai. Jadi setiap orang harus melewat pintu yang telah ditentukan baginya. Jadi mereka masuk melalui pintu yang berbeda-beda.

Kalian juga mempunyai pintu-pintu yang berbeda, tergantung seberapa banyak yang akan kalian capai, apakah lebih banyak atau lebih sedikit. Jika kalian mencapai lebih banyak, pintu kalian berbeda dan yang lain tidak dapat memasukinya. Dapatkah kalian memegang kabel listrik? Kalian akan terbakar, tetapi jika kalian memakai sepatu kayu atau berdiri pada suatu insulator--bahan penyekat, kalian dapat memegangnya bahkan dengan voltase yang lebih besar, karena kalian telah menyekat diri kalian dengannya. Kalian tidak mengetahui shalawat mana yang dapat menyekat diri kalian dan itulah sebabnya mengapa Muhammad al-Talmaysani (q), salah satu orang saleh yang membaca Dalaa’il al-Khayraat 100,000 kali, ia sangat bergembira dan menghadiahkannya kepada Nabi (saw) kemudian ia tidur dan di dalam mimpinya Muhammad al-Talmaysani (q) bertemu Nabi (saw). Beliau (saw) berkata, “Wahai Muhammad al-Talmaysani, aku akan mengajarimu sebuah shalawat yang setara dengan membaca Dalaa’il al-Khayraat 800,000 kali.” Kalian lihat bahwa ia membaca seluruh Dalaa’il al-Khayraat tetapi tidak mendapatkan itu, ia mendapatkan yang lainnya tetapi Nabi (saw) mengatakan kepadanya tentang shalawat ini--dan banyak pula shalawat lainnya yang dikatakan oleh Nabi (saw) kepada orang-orang lainnya, bukan kepada Sahabat. Jadi jika kalian membacanya, kalian akan mendapat pahala seolah-olah telah membaca Dalaa’il al-Khayraat 800.000 kali.

Jadi setiap orang mempunyai sebuah pintu dan pintu kita harus melalui Nabi (saw). “Masuklah ke dalam rumah melalui pintu-pintunya.” Jadi pertama adalah zikrullah. Untuk melakukan zikrullah, kalian harus membuka pintunya melalui shalawat. Itulah sebabnya di dalam awrad kita membaca shalawat Nabi (saw) mulai dari 300 hingga 24.000 kali sehari. Kalian adalah darwis, lidah kalian sibuk, kalbu kalian sibuk dan kalian tetap bekerja. Kalian dapat melakukan ketiganya secara bersama-sama. Kalian harus bekerja, dan kalian harus melakukan zikrullah, dan kalian harus melakukan shalawat tanpa interupsi. Seorang darwis yang menyerahkan dirinya kepada Allah (swt) dapat melakukan shalawat, zikrullah dan melakukan pekerjaannya sekaligus. Karena ia tidak mengatakan, “Aku mendedikasikan waktuku 1 jam untuk membaca al-Qur’an”, tidak; atau untuk melakukan shalawat, tidak, ia secara terus-menerus menyelam dalam samudra zikrullah dan al-Qur’an suci dan menyelam di dalam samudra Nabi (saw), sehingga tubuhnya seperti yang dikatakan oleh Nabi (saw),

لي ساعة مع الرب وساعة مع الخلق

Aku mempunyai satu wajah, satu sisi (atau satu jam) bersama Tuhanku dan satu sisi (atau satu jam) bersama makhluk.

Jadi seorang darwis yang mewarisi dari Nabi (saw), ia akan menemukan banyak waktu karena tubuhnya secara terus-menerus menjadi dzaakir, selalu mengingat! Seperti angin yang membuat kipas angin terus berputar, jadi angin zikrullah di mana malaikat menghasilkan humbusan semacam ini membuat tubuh kalian terus bertawaf dalam zikrullah mengelilingi al-Qur’an suci, jadi ini tidak menghentikan kalian dari pekerjaan kalian, kalian tetap bekerja. Pada saat itu kalian mulai melakukan shalawat dan sesuai dengan seberapa kuat shalawat yang kalian ikuti, kalian akan ditetapkan pintunya dan itulah pintu kalian di Hari Kiamat dan pintu kalian ketika masuk ke alam kubur dan itu akan menjadi pintu kalian di dunia! Awliyaullah dapat mendeteksi pintu itu baik bagi dirinya sendiri maupun bagi para pengikutnya. Ketika mereka menugaskan para pengikutnya untuk melakukan beberapa awrad, khususnya beberapa awrad yang berbeda dari awrad lainnya. Dan setiap wali mempunyai awrad-nya masing-masing yang mereka pelajari dari Nabi (saw) karena ada 124.000 wali. Kita mengikuti seorang wali, beliau membimbing kita, kita mengikutinya, alhamdulillah. Kita tidak berusaha untuk melompat dari satu wali kepada yang lain, yang lain, dan yang lain lagi, karena itu akan mengacaukan pintu kalian. Tidak ada satu pintu pun yang akan dibukakan bagi kalian. Jagalah satu pintu itu. Pintu itu adalah pintu yang akan membawa kalian kepada Nabi (saw) dan dari beliau kepada Allah (swt).

Jadi, apa yang kita katakan? Pertama, kalian mempunyai al-Qur’an bersama kalian, dengan jalan menghafalnya atau melalui kitab secara fisik atau dengan membaca Qul Huw Allahu Ahad, kemudian Dalaa’il al-Khayraat, Shalaat al-Ibrahimiyya, atau shalawat lainnya yang dikenal oleh setiap orang. Itu akan membawa kalian menuju pintu kalian. Dan bila kalian telah membuka pintu kalian, itu tidak akan tertutup, seperti sekarang ini, kalian dapat mempelajari dari apa yang ada di sekitar kalian. Orang-orang sekarang bermain video game, mereka melewati satu level, kemudian pintu berikutnya terbuka untuk melanjutkan permainan kalian. Dari satu level ke level berikutnya dan itu semakin sulit dan semakin sulit. Ketika kalian mendekati Level Ilahiah dari Nabi (saw), ketika pintu itu terbuka dan kalian memasukinya, jangan mengharapkan itu akan menjadi mudah; tidak! Mereka ingin melihat seberapa besar kesabaran kalian dalam menjaga awrad kalian, menjaga kehidupan normal kalian dan menjaga waaridaat--inspirasi yang masuk ke dalam kalbu kalian dan mengikuti apa yang harus kalian ikuti untuk maju lebih tinggi dan lebih tinggi lagi. Itu akan sangat menyakitkan, karena terlihat bahwa kalian akan mencapai tujuan kalian, tetapi ketika kalian mendekat untuk mencapai cakrawala itu, ternyata kalian melihat cakrawala lainnya!

Ketika Awliyaullah mulai menyelam dalam cinta terhadap Sayyidina Muhammad (saw) dan cinta kepada Allah (swt), mereka menemui kesulitan itu. Kadang-kadang orang berkata, “Ketika kami melakukan awrad, kami merasa berat,” karena ketika mereka membukakan lebih banyak pintu, itu akan semakin kuat, misalnya, bukan 100, 240 atau 360 volt, tetapi seperti voltase terkuat yang langsung berasal dari transformator, kalian akan memasuki daerah transformator tersebut, dengan voltase yang sangat kuat. Orang menuliskan tanda peringatan, “Awas tegangan tinggi!” Karena kalian bisa tertarik, seperti Sayyidina Musa (as), apa yang terjadi padanya? Beliau tertarik, ketika beliau memasuki pintu-pintu ini, masuk ke pintunya Nabi (saw) dan sampai ke gerbangnya Hadratillah kemudian beliau berkata, “Oh, aku sudah ada di sini, izinkalah aku melihat-Mu.” Allah menjawab, “Kau tidak dapat melihat-Ku.” Karena beliau meminta, namun beliau tidak diberikan kekuatan itu. Apa yang terjadi? Ketika Allah mengirimkan satu tajali, itu sudah cukup. Gunung menjadi hancur. Allah berifirman, “Lihatlah gunung itu.” Karena Allah ingin membuatnya mudah bagi Sayyidina Musa (as) sebagaimana Sayyidina Ya`qub (as) ingin membuatnya mudah bagi anak-anaknya sehingga beliau memerintahkan, “Masuklah dari pintu yang berbeda.”

وَلَمَّا جَاء مُوسَى لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنظُرْ إِلَيْكَ قَالَ لَن تَرَانِي وَلَـكِنِ انظُرْ إِلَى الْجَبَلِ فَإِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهُ فَسَوْفَ تَرَانِي فَلَمَّا تَجَلَّى رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَخَرَّ موسَى صَعِقًا فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَاْ أَوَّلُ الْمُؤْمِنِينَ

Dan ketika Musa datang [ke Bukit Thursina] pada waktu yang telah ditetapkan dan Tuhan telah berbicara langsung dengannya, berkatalah Musa, “Wahai Tuhanku! Tampakkanlah Diri-Mu kepadaku agar aku dapat melihat-Mu!” Tuhan berfirman, “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tetapi lihatlah ke bukit itu; jika ia tetap berada di tempatnya niscaya engkau dapat melihat-Ku.” Ketika Tuhan menampakkan Diri-Nya kepada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Dan setelah sadar kembali ia bicara pada dirinya, “Mahasuci Engkau, aku bertobat kepada-Mu dan aku menjadi orang yang pertama-tama beriman”. (Surat al-`Araf, 7:143)

Voltasenya akan terlalu tinggi bila kalian masuk melalui pintu yang sama. Jika seseorang mendapat 120 volt, yang lain 120 volt, maka itu menjadi 240 volt, ditambah yang lain menjadi 360; jadi itu terakumulasi di dalam satu pintu, sehingga jika kalian masuk ke sana, kalian akan selesai. Seperti yang terjadi pada Sayyidina Musa (as), Allah mengirimkan sedikit (tajali) dan itu menghancurkan seluruh gunung. Jadi kita harus berhati-hati. Ketika kita sedang melakukan zikrullah, ya kadang-kadang terasa berat di dada. Ketika hal itu terjadi, bacalah shalawat. Shalawat selalu menjadi proses menenangkan. Shalawat Nabi (saw) sangat dianjurkan karena Asmaullah al-Husna begitu kuatnya, membawa kekuatan yang luar biasa dan kadang-kadang orang tidak kuat menerimanya, tetapi untuk shalawat--itulah sebabnya di Mekah, shalawat di sana setara dengan 100.000 kali, sedangkan di Madinah setara dengan 24.000 kali. Shalawat selalu menenangkan kalian, seperti halnya hembusan angin sejuk yang menyejukkan kalian sehingga kalian dapat melanjutkan awrad kalian. Jadi dua tanda yang harus kalian bawa adalah Qur’an Suci dan Dalaa’il al-Khayraat. Ketiga lainnya saya lupa (tertawa). Tanda lainnya adalah miswak (batang kayu dari pohon Arak/Niim). Seorang darwis harus tahu bahwa ia harus selalu datang dalam keadaan suci, sebagaimana Nabi (saw) bersabda,

لولا أن أشق على أمتي لأمرتهم بالسواك عند كل صلاة

Seandainya tidak memberatkan umatku, sungguh aku akan memerintahkan mereka untuk menggunakan miswak sebelum melakukan salat.

(Abu Hurayrah; Bukhari dan Muslim)

Menggunakan miswak sebelum salat menjadikan pahalanya 27 kali lipat. Jadi sebelum memulai zikrullah kalian bersiwak, sebelum kalian bershalawat kalian bersiwak, jadi miswak itu diperlukan sebagaimana kalian membawa zikrullah dalam kalbu kalian atau secara fisik membawa al-Qur’an dan Dalaa’il al-Khayraat, kalian juga harus senantiasa membersihkan mulut kalian. Grandsyekh (q), semoga Allah memberkati ruhnya mengatakan bahwa pada suatu ketika orang-orang kafir menyerang Nabi (saw) dan Nabi (saw) memerintahkan Sahabat untuk mengeluarkan miswak-nya, lalu duduk di tanah, mengangkat satu lututnya dan bersandar padanya, lalu membaca Allahumma thahhir qalbii min asy-syirki wan-nifaaq, “Ya Allah! Sucikanlah kalbuku dari syirik dan kemunafikan,” itu akan mensucikan kalbu kalian pada saat itu dari syirik tersembunyi dan kemunafikan, karena ketika kita memasuki salat kita, segala macam gosip buruk, segala macam hal buruk masuk ke dalam pikiran kita dari alam bawah sadar kita, karena kita selalu mengunduh informasi yang buruk ke dalam “chip” dalam pikiran kita, dan untuk membersihkannya kita menggunakan miswak.

Kamudian kalian memerlukan sajadah agar kalian siap untuk melakukan salat kalian. Jadi apa yang harus ada bersama kalian? Qur’an, shalawat, miswak, sajadah dan wudu. Dikatakan bahwa Al-wudu silaah al-mu’min, wudu adalah senjata orang beriman. Wudu di atas wudu, jadi bila kalian selesai melakukan Salat Zhuhur kemudian pada saat Ashar kalian memperbarui wudu kalian, karena itu adalah nuurun `ala nuur, kalian menjadi cahaya di atas cahaya. Tetapi kadang-kadang sulit untuk memperbarui wudu dan bila kalian masih mempunyai wudu, kalian dapat melakukan salat kalian. Jadi ini adalah lima hal yang harus kalian bawa sepanjang waktu.

Semoga Allah (swt) menjadikan setiap napas kita\, baik tarikan maupun hembusan senantiasa suci, dengan wudu, dengan zikrullah dan shalawat Nabi (saw). Ini adalah hal yang sangat penting bila kita ingin mengatakan, “Aku adalah seorang darwis.” Jangan berpikir bahwa duduk di sudut melakukan zikrullah siang malam menjadikan kalian seorang darwis! Tidak, menjadi darwis adalah dengan membaca al-Qur'an Suci dan Dalaa’il al-Khayraat tanpa menghentikan pekerjaan kalian. Pada saat yang sama, kalian tetap bekerja, artinya kalbu dan lidah kalian sibuk (dengan berzikir), karena kadang-kadang--saya memberikan sebuah contoh, kadang-kadang ketika kalian sedang bekerja, apa yang kalian dengarkan? Mereka menyetel lagu-lagu, mereka menyetel radio atau memasang earphone sambil bekerja, jadi mengapa tidak mendengarkan al-Qur’an? Awliyaullah menyarankan untuk mendengarkan al-Qur’an pada saat bekerja atau kapanpun yang kalian bisa dan lambat laun tubuh kalian akan bereaksi terhadapnya dengan sendirinya dan kalian mendengar kalbu kalian mengucapkan, “Allah, Allah, Huwa, Huwa.” Kalian dapat merasakannya. Segera setelah kalian merapatkan lidah kalian ke langit-langit mulut kalian, itu adalah zikir khafi, kalbu kalian akan bekerja; segera setelah kalian memegang tasbih untuk membuat jari syahadat (telunjuk) bergerak--yang terpenting adalah jari syahadatnya, bukan tasbihnya--karena orang Wahabi mengatakan, “Oh, kalian tidak boleh menggunakannya”, tidak--jari syahadat itu yang bergerak menjadi saksi terhadap zikir yang kalian buat. Jadi jari syahadat itu bergerak pada tasbih untuk menyaksikan bahwa kalian menggerakkannya; atau kalian dapat menggerakkan jari-jemari kalian. Jadi itu tidak akan mengganggu pekerjaan kalian. Pada awalnya mungkin akan mengganggu, tetapi setelah kalian cukup kuat, itu akan mengalir dengan sendirinya seperti sungai menuju samudra.

Semoga Allah membuat kita mengalir ke sungai, sungai Ilahiah, insya Allah, dan dunia kita akan seperti itu, insya Allah, mengalir dari sungai menuju samudra; dan di sana kalian akan menjadi seekor ikan, melayang dalam samudra dan tidak tenggelam. Subhaan-Allah.

Semoga Allah mengampuni kita dan menerima dari kita.

Wa min Allahi 't-tawfiiq, bi hurmati 'l-habiib, bi hurmati 'l-Fatihah.

http://sufilive.com/The-Signs-of-a-Real-Dervish--6147.html

© Copyright 2016 Sufilive. All rights reserved. This transcript is protected

by international copyright law. Please attribute Sufilive when sharing it. JazakAllahu khayr.

UA-984942-2