Available in: English   Turkish   Spanish   Bahasa   Go to media page

Wahai Nabi (s)! Biarkan Termpahmu menjadi

Kehormatan bagi Singgasana-Ku!

Sultan ul-Awliya

Mawlana Shaykh Nazim al Haqqani

20 July 2010 Lefke, Cyprus

Dastuur yaa Sayyidii. (Mawlana Syekh berdiri) Laa ilaaha illa-Llah, Laa ilaaha illa-Llah, Laa ilaaha illa-Llah Sayyidina wa nabiyyina Muhammadun Rasuulullah (s) zidhu ya rabbii `izzan wa syarafa wa karaman wa maj-jada wa jam'an! tsumma shalaatu was-salaam `ala jami`ii al-anbiya wa 'l-awliya wa `alayna ma`akum min rabbii samawaati wa 'l-ardhiin, narju rahmatullahi wa barakaatuh. (Mawlana Syekh duduk)

Kita tidak tahu apa-apa! Kita tidak tahu apa-apa. Dan kita harus berusaha untuk belajar, barang siapa yang tidak mempelajari sesuatu, nilai mereka akan berada di level binatang. Dan Allah (swt) menghormati manusia dengan kehormatan sedemikian rupa yang tidak pernah Dia berikan kepada makhluk lainnya. Itulah level pemahaman kita, di luar dari itu kita tidak bisa melihat apa-apa. Kita hanya bisa mengatakan setetes dari samudra yang tak bertepi.

As-salaamu `alayka yaa Qutb al-Mutasyarrif, Shaahib al-`Ashr, Shaahib az-Zamaan. Kami memohon dari hadirat surgawimu yang telah dipersiapkan bagi hamba-hamba Tuhan. Mereka adalah azi nadar, harta, dan memanggil manusia siang dan malam, “Wahai manusia! Datanglah dan ambillah dari harta Tuhanmu yang tak terhingga, karena engkau adalah khalifah-Nya selamanya! Datanglah dan ambillah lebih banyak lagi, bawalah sebanyak-banyaknya!” Kalian harus bersemangat seperti seorang Sultan membawa harta karun emasnya, tetapi orang-orang lebih menyukai hal-hal yang kotor.

Kami menyampaikan kepada para pemirsa, khususnya bagi mereka yang mengaku dirinya ulama. Mereka tidak puas menjadi ulama biasa, sehingga mereka membawa gelar baru bagi mereka, yaitu menjadi "Ulama Salafi". Itu tidak pernah digunakan sebelumnya oleh seseorang di dunia Muslim, merujuk diri mereka sebagai, “Ulama Salafi," tetapi mereka sendiri yang memberikan gelar imitasi itu. Gelar itu tidak pernah disebutkan di seluruh sumber-sumber islami. “Jalan ulama Salafi,” mengapa kalian mengklaim hal ini? Kami mempunyai perhitungan dengan kalian pada Hari Kebangkitan. Jangan mengklaim sesuatu yang tidak pernah kalian capai! Salaaf ash-Shaalih mana yang menerima kalian sebagai Salaaf ash-Shaalih? Tidak ada! Tetapi kalian membuat gelar itu untuk kalian sendiri dan mengatakan bahwa kami harus bersatu dengan kalian, ulama Salafi! Dan bagaimana dengan yang lain; apa gelar mereka? Gelar imitasi, kami mempunyai gelar sejati, yaitu menjadi Salafi.

Apa yang dikatakan oleh Khatamul Anbiya, Sayyidina Muhammad (s)? (Mawlana Syekh berdiri) B`ad an aquul a`uudzu billahi min asy-Syaythani 'r-rajiim. Barang siapa yang mengklaim sebagai ulama Salafi, pertama kalian harus mengucapkan, a`uudzu billahi min asy-Syaythaan nir ‘r-rajiim. (Mawlana Syekh duduk kembali) Ada berapa orang di sana? Seratus, seribu, satu juta, sepuluh juta, seratus juta, atau lima ratus juta? Saya bertanya. Dan kalian tahu bahwa Khatamul Anbiya (s) mengucapkan, Bismillahi 'r-Rahmani 'r-Rahiim. (Mawlana Syekh berdiri) Berdiri untuk Allah, jangan khawatir! (Mawlana Syekh duduk kembali), Khatamul Anbiya (s) bersabda,

عليكم بسواد الأعظم

`Alaykum bi 's-sawaadi 'l-`azhaam.

Ikutilah mayoritas.

Apakah artinya? Kalian menuduh ulama-ulama lainnya tidak mengikuti Salaaf ash-Shaalih, bahwa hanya kalian, jadi hanya segelintir orang di seluruh dunia yang mengikuti Salaaf as-Shaalih? Bagaimana dengan ribuan ulama di seluruh dunia Islam? Kalian berada di jalan yang benar atau di jalan yang salah? Kesombongan macam apa itu? Allah tidak pernah suka dengan orang-orang yang sombong. `Alaykum bi's-sawaadi 'l-`azhaam, "Ikutilah kaum mayoritas."

Khatamul Anbiya (s) bersabda, "Wahai manusia! Wahai ulama! Kalian semua dituduh dengan sesuatu yang harus kalian usahakan untuk menghilangkannya dari kalian.” Kami berkata sesuai dengan perintah suci Khatamul Anbiya (s), Bismillahi 'r-Rahmaani 'r-Rahiim, kita memasuki samudra baru yang tidak pernah dilewati sebelumnya. Kami bertanya pada ulama yang mengerti dan membuat orang mengerti. Sekarang kita tidak mengetahui apa-apa, tetapi mu`allimu 'n-naasu 'l-khayr, Guru Kebaikan bagi manusia, siapakah dia? Itulah gelar suci bagi Khatamul Anbiya (s)! Beliau bukanlah guru biasa. Beliau mendapat dukungan dari langit; itulah guru sejati. Dan beliau berkata, “Aku datang dari langit untuk menjadi guru terbaik bagi manusia." Mengapa beliau mengatakan, “guru terbaik?” Karena beliau datang untuk mengajari manusia apa yang terbaik bagi mereka di dunia dan akhirat, mu`allimu 'n-naasu 'l-khayr, maa huwa 'l-khayr.

Syekh Hisyam, ada sebuah pertanyaan. Apakah khayr itu? Apakah untuk berbusana dengan jubah yang mahal? Atau memakai kaca mata kelas satu dan membuat janggutmu bergaya? Mengendarai BMW? Mengapa itu yang menjadi paling penting? Atau menggunakan pesawat pribadi dengan segala kemewahannya? Apakah itu yang dinamakan khayr? Nabi bagi seluruh umat, di mana tak seorang pun dapat meraih atau mendekati di mana beliau meletakkan kaki sucinya, di langit dan di dalam bumi. Makhluk hidup tidak pernah mencapai tempat di mana Khatamul Anbiya (s) meletakkan na`alayn syariif, terompah sucinya. SubhaanAllah!

Tuhan Penguasa Surga berfirman untuk mengingatkan orang akan sesuatu. Itu sangat penting di masa kita, karena benda-benda modern seperti itu akan muncul. (Mawlana Syekh memegang sebuah paket berisi nahlayn syariif.) Jika ulama Salafi melihat ini, mereka akan kepanasan, begitu murka, dan berteriak, “Apa itu? Apa itu?” Kita bilang, “na`alayn syariif.” Ini adalah na`al, sepatu atau terompah Khatamul Anbiya (s) yang paling mulia. Mereka akan berteriak, “Bid`ah, haraam!” Jika kita memperlihatkan pada mereka, mereka akan marah! Ini memperlihatkan takzim, ta’ziim wa tasyriif bagi Khatamul Anbiya (s)! Allah (swt) memuliakannya dan mengagungkannya karena beliau (s) melewati Maqam Jibriil (a) dan pergi dengan terompahnya! Beliau (s) ingin melepaskan terompahnya, tetapi Tuhan, rabbul `arsh il-`azhiim berfirman, “Pakailah terompahmu di Singgasana Suci-Ku agar ia dimuliakan dengan langkahmu, dan jangan lepaskan terompahmu!"

Ulama Salafi sangat marah dengan hal ini. Mengapa? Apa yang terjadi? Jika Allah (swt) saja mengagungkannya, mengapa kalian cemburu? Jika di malam hari seorang malaikat datang dan memberi kalian sebentuk seperti itu dan meletakannya di kepala kalian, kalian akan sangat senang dan berkata, “Aku tidak pernah memakainya, tetapi seorang makhluk surgawi datang dan meletakannya di atas kepalaku.” Kalian pasti akan senang, bukannya cemburu, jika Allah berfirman kepada hamba yang paling dikasihi-Nya, yang paling agung, dan paling dipuji di Hadirat Ilahiah-Nya, “Wahai hamba-Ku yang paling Ku-cintai dan paling dimuliakan! Letakkanlah langkahmu di Singgasana Suci-Ku, karena engkau jauh lebih berharga daripada `Arsy! Ia adalah `Arsyullah, sedangkan engkau adalah Habiibullah!" Shallahu `alayhi wa sallam. Apa yang kami katakan membuat saya berpikir tentang hal itu. Allah, Allah.

Penghormatan yang tak terhingga, karena tidak ada batas untuk penghormatan. Jika Allah (swt) memberi penghormatan kepada seseorang, itu tidak bisa diukur. Tetapi kalian menggunakan hattaa (penutup kepala) itu dan itulah yang kalian pahami mengenai khayr. Apakah khayr itu? Khatamul Anbiya (s), apakah beliau mengajarkan kalian memakai instrumen seperti itu yang hanya dapat dijangkau oleh orang kaya, atau muluuk atau sultan? Apakah Khatamul Anbiya (s) mengatakan bahwa inilah khayr, kebaikan sesungguhnya? Apakah beliau mengajarkan kalian memakainya? Beliau mengajarkan kepada kalian untuk membuat suatu level bagi diri kalian dari levelnya orang biasa! Allah, Allah.

Suatu ketika, ada sebuah kisah, tetapi ketika kita mengatakan, “kisah”, ulama-ulama Salafi menjadi sangat marah. Mereka berkata, “Mereka tidak pernah tahu apa-apa. Kami tidak mendengar qassas, kisah semacam itu.” Allah (swt) berfirman, asta`iidzu billah, (Mawlana Syekh berdiri):

فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

faqshush al-qashshash la`alahum yatafakaruun

Ceritakanlah kepada mereka (yaa Muhammad) kisah-kisah itu agar mereka berpikir. (Al-A`araaf 7:176)

Apakah ini ayatu 'l-kariimah atau bukan? Bagaimana mungkin kalian menolak qissah? (Mawlana Syekh duduk). Itu adalah perintah suci dari Allah (swt); apakah saya yang mengarangnya sendiri? Mengapa kalian tidak membacakan ayatu 'l-kariimah itu kepada muluuk, kepada presiden, perdana menteri, dan syekh? Mengapa kalian tidak membacakannya kepada mereka, wahai ulama Salafi? Pergilah ke jalaalatu 'l -malik dan ceritakan satu kisah mengenai Banu Isra`iil! Tetapi kalian tidak mau menerima, karena jika kalian menceritakan sebuah qissah mereka akan mengatakan bahwa kalian adalah seorang pendongeng! Allah berfirman, faqsasu 'l-qassas, alif laam, imma yakuun lil-khaas, aw yakuun alif laam yusyiir `ala 'l-ahad, wa `alal jins aw lil-`umuum yusyiir, al-qassas, maa ja`alallah Subhaana wa ta`ala sejenis cerita, tidak. Ia dapat menceritakan kisah tertentu untuk apa? Katakanlah alasannya juga bahwa, la`alahum yatakfaruun, “Kalian dapat menceritakan kisah apa saja,” untuk apa? “Agar orang-orang dapat mengambil manfaat, dan berpikir tentangnya."

Oleh sebab itu, saya menceritakan sebuah kisah sekarang, pada zaman Iskandar, Aleksander Agung. Ia sampai ke India, titik terakhir dari penaklukannya. Ia meminta agar diadakan parade untuk memperlihatkan kekuasaan, keagungan dan keperkasaannya. Orang-orang belum pernah menyaksikan parade seperti itu. Bala tentaranya berbaris dengan persenjataan dari emas dan perak, batu-batu mulia dan permata. Ia melintas dan matanya memandang. Di bagian belakang ada seseorang yang duduk, ia hanya memakai sarung. Ia tidak tertarik menyaksikan parade itu, tetapi melihat ke arah sebaliknya.

Aleksander Agung menahan tali kudanya dan berkata, “Mengapa engkau tidak memalingkan wajahmu untuk melihat keagunganku?"

Orang itu menjawab, "Wahai Sikandar, putra Philipos! Dulu aku tertarik dengan parade semacam itu yang dapat kami lihat setiap hari. Kami mempunyai parade semacam itu," dan sekarang kita juga mempunyai parade semacam ini di Siprus. “Aku dulu sangat tertarik, tetapi suatu peristiwa terjadi dan kemudian aku tidak lagi tertarik."

Aleksander Agung bertanya, “Apa itu?”

Orang itu berkata, “Suatu ketika aku berjalan dari satu desa ke daerah lain, hari menjelang malam. Aku mengatakan pada diriku sendiri bahwa binatang-binatang liar dan berbahaya akan keluar di malam hari.” Karena di malam hari, segala keburukan dan segala macam Setan akan berkeliaran.

Wahai ulama-ulama Salafi! Khatamul Anbiya (s) bersabda, “Wahai manusia! Ahbisuu awlaadukum ba`da ghuruub isy-syams, “Jagalah anak-anak kalian setelah matahari tenggelam.” Tetapi kalian mengatakan, “Kami mempunyai amr bi 'l-m`aruuf!” Mengapa kalian amr bi 'l-m`aruuf wa 'n-nahya `an i'l-munkar, orang-orang tidak akan pergi keluar untuk membuat para pemuda masuk ke rumah-rumah mereka? Apakah tidak ada perintah itu dari jalaalatul malik? Mengapa kalian tidak melakukan hal ini? Khatamul Anbiya (s) bersabda, ahbisuu awlaadukum ba`da ghuruub isy-syams. “Jagalah anak-anak kalian di rumah setelah matahari tenggelam,” karena itu adalah waktu intisyaar asy-syayatiin, "Setan keluar dan berkeliaran." Tetapi kalian tidak melakukannya, jadi kalian mempunyai tanggung jawab yang berat.

Wahai ulama-ulama Salafi! Lihatlah pada apa yang dikatakan oleh faqiir tadi. “Aku mendapati waktu untuk berlindung dari kegelapan, dari zhulmatu 'l-layl, kezaliman di malam hari, dan wahsyatu 'l-layl, kekejian di waktu malam. Aku melihat sebuah tempat yang digunakan ruhbaan India, sebuah kuil. Aku membuka pintunya, lalu masuk dan mencari tempat untuk beristirahat. Saat itu gelap, tetapi aku menemukan sebuah tempat dan aku berpikir dapat tidur di sana. Pagi harinya aku bangun, dan pendeta dari kuil itu datang melihatku dan berkata, 'Dari mana asalmu?' Lalu aku menceritakan kisahku padanya. Pendeta itu berkata, 'Apakah kau tahu tentang kisah orang yang tidur bersamamu? Ia yang telanjang, apakah engkau tahu tentang orang itu?’ dan aku katakan, 'Aku tidak mengenalnya.' Ia berkata, ‘Itu adalah raja daerah ini. Ia telah meninggal dunia, mereka membawa jasadnya untuk diletakkan di kuil ini.' Aku lalu melihatnya dan berpikir, 'Aku seorang pengemis sementara dia adalah kaisar. Tetapi aku tidak melihat perbedaan antara diriku dengannya!' Sejak saat itu aku merasa jijik. Bila aku melihat manzhar, pemandangan itu, aku berpikir bahwa tidak ada bedanya antara rajamu dengan seorang pengemis! Dulunya aku berpikir, 'Raja itu berbeda denganku,’ tetapi aku melihatnya dan aku berada pada level yang sama. Oleh sebab itu ketertarikan itu tidak lagi melekat di dalam hatiku."

Iskandar Kabiir, Aleksander Agung berkata, “Engkau berkata benar dan aku tidak akan melangkah melebihi batas ini. Aku akan kembali!” Ia merasa malu!

Wahai ulama-ulama Salafi! Kalian begitu tertarik dengan lingkungan itu, kalian dan wanita-wanita kalian, putri kalian, putra kalian, raja-raja kalian, presiden kalian, dan syekh-syekh kalian harus mengambil pelajaran dari kisah ini. Allah (swt) berfirman, (Mawlana Syekh berdiri) astaa'iidzu billah, faqsasu 'l-qassas l`alahum yatafakaruun, "Ceritakanlah kepada mereka (yaa Muhammad) kisah-kisah itu agar mereka berpikir." (7:176) (Mawlana Syekh duduk)

O Allah! Tawbah yaa Rabbii, amaan yaa Rabbii, itu semua berasal dari tasyji`a, dorongan ego kami. Ego kami dan Setan mendorong kami untuk mengejar hal-hal yang nonsens, yang tidak berarti!

Wahai manusia! Datanglah kepada Allah dan lakukan yang terbaik bagi-Nya! Berusahalah melakukan segala hal demi keridaan Allah. Jangan coba-coba dan membuat ego kalian senang dengan kalian dan membuat Allah tidak rida dengan kalian.

Fatihah. Semoga Allah mengampuni kita.

Wahai hadirin! Datang dan dengarlah sebelum sebuah tamparan mendarat di kepala kalian; jangan melarikan diri!

Fatihah.

UA-984942-2