Available in: English   Bahasa   Go to media page

Penjelasan dari Perintah Sultan al-Awliya (q)

Mawlana Syekh Hisham Kabbani

21 October 2010 Lefke, Cyprus

Suhbah before Dhikr

A`uudzu billahi min asy-Syaythaani 'r-rajiim. Bismillahi 'r-Rahmaani 'r-Rahiim.

Nawaytu 'l-arba`iin, nawaytu 'l-`itikaaf, nawaytu 'l-khalwah, nawaytu 'l-`uzlah,

nawaytu 'r-riyaadhah, nawaytu 's-suluuk, lillahi ta`ala fii haadza 'l-masjid.

As-salaamu `alaykum wa rahmatullahi wa barakatuh. Allah (swt) berfirman:

Bismillahi 'r-Rahmani 'r-Rahiim,

كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ

kulla yawmin huwa fii syaan.

Setiap hari dalam kecemerlangan (yang baru) sesungguhnya Dia (bersinar)! (ar-Rahman, 55:29)

Setiap hari ada pesan yang berbeda, ada perintah yang berbeda, isu-isu yang berbeda datang, dan Allah (swt) melihat mereka dari segala penjuru. Pertama kita ucapkan, Athi`uullaha wa athi`uu 'r-Rasuula wa uli 'l-amri minkum. Sebagaimana yang biasa dikatakan oleh Mawlana Syekh Nazim (q), semoga Allah memanjangkan umurnya dan memberinya kesehatan yang baik, dan sebagaimana yang biasa dikatakan oleh Grandsyekh `AbdAllah al-Fa'iz ad-Daghestani (q), “Patuhi Allah, patuhi Nabi (s) dan patuhi orang-orang yang mempunyai otoritas.” (an-Nisaa, 4:59)

Pertama-tama saya ingin mengatakan bahwa Mawlana Syekh Nazim (q) mengirimkan salaam untuk kalian semua, mereka yang berada di sini dan mereka yang mendengarkan siaran ini dari seluruh dunia. Seperti yang kalian ketahui kita semua adalah murid beliau, di matanya kita semua berada pada level yang sama. Beliau ingin agar kita semua bersatu, dan bekerja sama sebanyak-banyaknya, untuk mengangkat nama beliau sehingga beliau menjadi bahagia ketika mempersembahkan diri kita masing-masing setiap malam di hadirat Nabi (s). Awliyaullah mempunyai suatu waktu dengan Nabi (s) dalam dimensi spiritual. Mereka mempersembahkan murid-muridnya ke hadirat Nabi (s) dan mereka mempunyai hubungan. Kita dapat mengatakan bahwa beberapa di antara mereka mempunyai sambungan audio (suara), dan kita juga dapat mengatakan di antara mereka ada yang mempunyai sambungan video (suara dan gambar), dan beberapa di antara mereka selalu berada dalam hadiratnya. Dan malam ini, pesannya jelas dan membawa banyak makna yang beliau buat kemarin. Saya ucapkan terima kasih kepada setiap orang yang mendengarnya.

Beliau berkata, dan saya bukannya mau mengulanginya, ini adalah apa yang baru saja beliau katakan, "Ini adalah satu bab yang telah lewat dan kita bergerak menuju bab berikutnya. Untuk bab pertama yang telah lewat, orang-orang harus mempelajari apa yang telah saya katakan." Dan ini adalah apa yang saya kutip, "Selama satu setengah tahun di internet, dengan sekitar 500 suhbah, asosiasi di internet, orang harus mengerti tentang jalan kita dan mengatahui apa yang kita katakan. Dan mereka harus memikirkan setiap kata yang telah saya sebutkan. Dan setiap kata yang saya katakan, orang harus merenungkannya.”

Ini bukan berarti mendengarkan suhbah beliau, dengan kata-kata yang masuk lewat telinga yang satu lalu keluar dari telinga yang lainnya, itu bukanlah pendengaran yang sesungguhnya dan pendengaran yang sempurna. Mendengar harus dengan kedua telinga, simpan di dalam, lalu dicerna dan dipelajari apa yang telah beliau katakan.

Ada seorang `alim di Beirut, yang merupakan mufti (kepala) dari semua ulama di Lebanon dan beberapa negeri di Timur Tengah. Di negeri-negeri itu, setiap kali mereka memerlukan fatwa untuk masalah-masalah yang berat tetapi tidak bisa diputuskan, mereka pergi kepada `alim itu sehingga ia dapat memberikan fatwa kepada mereka. Kami saat itu masih muda dan kami memohon kepada `alim itu untuk datang mengunjungi Grandsyekh `AbdAllah al-Faiz ad-Daghestani (q) dan Mawlana Syekh Nazim (q). Tetapi ia adalah seorang `alim, meskipun bukan `alim biasa; ilmunya melebihi setiap orang.

Allah (swt) berfirman:

وَفَوْقَ كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ

wa fawqa kull dzi `ilmin `aliim.

Di atas semua alim ada alim (yang lebih tinggi). (12:76)

Di atas semua `alim ada seorang`alim (yang lebih tinggi). Di dalam pikirannya, ia mengetahui segalanya. Akhirnya ia datang bersama kami ke hadirat Grandsyekh (q) dan Mawlana Syekh Nazim (q). Ia masuk dan bersalaman dengan keduanya, tetapi itu saja, karena ia adalah seorang `alim. Dan Grandsyekh (q) membuka suhbah di hadapan Mawlana Syekh Nazim (q), `alim itu, saya dan Syekh Adnan selama tiga jam, non-stop. Ketika waktu berlalu, `alim itu mulai berkeringat. Ia menyadari adanya perbedaan besar antara ilmunya denga ilmu yang diberikan oleh Grandsyekh (q) dan yang diterjemahkan oleh Mawlana Syekh Nazim (q). Jadi, saya tidak akan masuk pada apa yang mereka diskusikan, tetapi pada akhirnya, dan kalian tahu bahwa di dalam Islam menurut Syariah tidak dibenarkan untuk mencium kaki seseorang, tetapi orang-orang melakukannya karena kecintaan mereka, dan yang demikian itu dimaafkan. Itu dilakukan bukan dengan niat bersujud (menyembah) karena sujud hanya ekslusif untuk Allah (swt), tetapi niatnya adalah mengekspresikan cinta dan kerendahan hati terhadap Syekh kalian. Itu saja dan itu dapat diterima.

Jadi `alim tersebut, dengan pelajaran dan hafalan Qur'annya, ketika ia berusia tujuh tahun, ia sudah menjadi ensiklopedia berjalan! Ketika suhbah selesai, ia mencium kaki Grandsyekh (q). Ia berkata kepada kami di dalam mobil ketika kami kembali ke Beirut, "Jika aku akan membukukan setiap kata yang disebutkan oleh Grandsyekh (q), setiap kata akan memberikan satu buku, bukannya seratus halaman, tetapi seribu halaman, aku dapat memberikan penjelasan dari apa yang beliau katakan! Dan mengenai topik-topik ini, aku mempunyai tujuh topik yang kusimpan di dalam hatiku sebelum aku berjumpa dengan beliau. Dan beliau menjawab ketujuh pertanyaanku sebelum aku menanyakannya!" Salah satu di antaranya saya akan sebutkan, tentang`ismAllahi 'l-`Azham, salah satu Nama Allah yang terbesar, yang pernah ditanyakan oleh Sayyidina Musa (a), “Yaa Rabbii! Tunjukkan padaku Nama itu!" Jadi, bagaimanapun, apa yang ingin saya katakan adalah bahwa ketika awliyaullah mengatakan sesuatu, mereka tahu bahwa fisik kita tidak dapat menerimanya, tetapi kalbu kita bisa. Oleh sebab itu mereka mengisi rohani kita dan spiritualitas kita dengan berbagai macam ilmu yang mereka curahkan.

Baru-baru ini Mawlana Syekh Nazim (q) berkata, merujuk pada 500 suhbah yang beliau berikan (di Sufilive) selama satu setengah tahun, “Aku ingin mereka memahami apa yang aku katakan, mereka harus mempelajarinya sendiri.” Lihat dan cek kembali suhbah beliau. Tulis catatan, pertanyaan dan jawab sendiri, dan pelajari apa yang beliau berikan atau kalau tidak, maka kita bisa dianggap malas! Jika kita hanya ingin duduk dan mendengar apa yang beliau katakan, tanpa memikirkan dan mempelajari apa yang beliau katakan, bagaimana kita dapat menyampaikan pesan beliau, apa yang akan kalian katakan kepada orang-orang? Kita harus mempelajarinya!

Allah (swt) berfirman kepada Nabi (s):

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ

Bismillahi 'r-Rahmaani 'r-Rahiim. Iqra bismi rabbik alladzii khalaq.

Bacalah dengan Nama Tuhanmu yang menciptakan. (Surat al-`Alaq, 96:1)

Jika Mawlana Syekh Nazim bertanya kepada kita, apa yang akan kita jawab? "Kami tidak tahu." Beliau akan berkata, "Murid macam apa yang aku miliki?" Tetapi bagaimanapun juga, kita tidak akan terlalu panjang. Bagi saya, saya dapat memahami dua makna di sini dari suhbah beliau kemarin, karena sekarang beliau berkata, "Katakan kepada mereka bahwa bab pertama telah selesai, sekarang ada bab kedua." Allahu Akbar. Apakah bab berikutnya itu? Kemudian beliau berkata, "Akan ada bab ketiga." Allah Mahatahu. Itu artinya akan ada, menurut apa yang dapat saya pahami, setelah bab pertama ini, akan ada dua bab lainnya dan kedua bab ini akan penuh dengan ketegangan, dengan kata lain, penuh aksi.

“Waktu semakin mendekat," Mawlana berkata. Beliau berkata kemarin, "Tidak ada lagi Sufisme," ini artinya beliau ingin mengalamatkannya kepada orang-orang yang mengkritik tasawwuf. Itu adalah makna harfiahnya, makna yang dapat dipahami oleh setiap orang. Itu seperti berkata kepada musuh kalian, "Baiklah, hapuskan Sufisme, tetapi hapuskan juga Salafisme dan Wahhabisme." Karena Salafisme tidak ada, ia hanya ada pada masa Salaaf as-Saalih, tiga abad setelah Nabi (s), di mana semua Imam muncul pada masa itu. Jadi itu artinya, "Baiklah, kita tidak akan mengatakan tasawwuf ada, dan kalian tidak akan mengatakan Salafisme ada."

Meskipun ini bukanlah kata-kata Mawlana, melainkan sebuah penjelasan, jika kita masuk ke mazhab pemikiran Salafi yang tertinggi, pemimpin tertinggi dari mazhab tersebut adalah Ibn Taymiyyah, seorang cendikiawan yang muncul pada abad ke-8 Hijriah. Dan apa yang kita lihat dari ajarannya yang sampai hingga orang-orang Salaf sekarang, atau mereka yang menyebutkan diri mereka "Wahhabi" atau "Salafi" Bahkan Ibn Taymiyyah pun menerima tasawwuf di masanya. Ia mengikuti Abu Yazid al-Bistami (q), ia juga menjadi pengikut SirriSaqati (q), Sulayman ad-Dirani (q), Rabia al-Adawiyya (q), Junayd al-Baghdadi (q), dan menurut sejarah, ia mengambil bay'at dari Syekh `Abdul Qadir al-Jilani (q). Ia menerima Sufi sejati, tetapi bukannya Sufi "bisnis" atau "profesional". Ini adalah orang-orang yang menggunakan tasawwuf untuk keuntungan pribadi mereka saja. Tetapi Ibn Taymiyyah menghormati Sufi sejati yang mendedikasikan hidup mereka untuk Ummat an-Nabii (s), dan ajaran mereka tidak melanggar atau bertentangan dengan Syariah. Karena kalian lihat sekarang banyak Sufi yang melakukan sesuatu yang bertentangan dengan Syariah dan kita tidak menerimanya.

Kemarin Mawlana Syekh Nazim (q) berkata, “Meskipun Sufisme diterima, mari kita katakan bahwa kita tidak lagi mempunyai Sufisme atau Salafisme. Lalu apa yang kita miliki? Kita ingin menjadi Rabbaaniyuun, kita ingin menjadi hamba-hamba Allah (swt)!"

Allah (swt) berfirman:

يا عبدي اطعني اجعلك ربانيا تقول لشي كن فيكون

Yaa `abdii athi`anii aj`aluka rabbaaniyyan taquulu li syayyin kun fayakuun.

Wahai hamba, patuhilah Aku, Aku akan menjadikanmu Rabbaani, kau katakan kepada sesuatu, "Jadilah!" maka jadilah ia.

Jadi beliau berkata, "Kita ingin menjadi Rabbaaniyuun.” Itulah sebabnya beliau berkata bahwa bab baru telah tiba, menurut pemahaman saya. Beliau tidak menerangkan apa bab baru itu, tetapi beliau mengatakan, "Akan ada begitu banyak perubahan di dunia ini dan kita semakin dekat dengan akhirat sekarang." Menurut inspirasi beliau, bab pertama telah ditutup. Jika saya kembali ke 40 tahun yang lalu dalam kehidupan saya dan mengingat apa yang Grandsyekh (q) katakan setelah berdoa, "Yaa Rabbii! Bukalah tajali rahmat bagi Ummat an-Nabi (s)," doa itu telah dikabulkan dan Ummat an-Nabi (s) berada dalam rahmat tersebut. Dan beliau berkata, "Tarekat Naqsybandi akan tersebar ke mana-mana hingga masa Imam Mahdi (a)." Dan sebelum beliau meninggalkan dunia ini, beliau berkata, "Rahasia dan wewenang apa pun yang Allah (swt) berikan kepadaku, aku sandangkan mereka kepada Mawlana Syekh Nazim (q), aku berikan ia wewenang itu.”

Jadi menurut pemahaman saya, itu artinya waktunya begitu dekat sehingga beliau meminta kita untuk membuka mata kita. Ketika seorang pasien sedang sakit, kalian memberinya suntikan untuk membangkitkannya. Jadi mereka ingin mengguncangkan kita, untuk membangkitkan kita. Segala sesuatu tidak bergantung kepada Syekh dan tidak ada yang berasal dari murid, tidak. Mereka ingin sesuatu yang timbal-balik antara Syekh dan murid; sesuatu harus berasal dari murid dan kemudian Syekh dapat menolongnya lebih lanjut. Tetapi bila murid malas (tidur), Syekh menjadi frustasi karena beliau ingin mempersembahkan murid-muridnya ke hadirat Nabi (s) secara spiritual. Bagaimana beliau akan mempersembahkan kita jika kita malas? Beliau akan merasa malu terhadap Nabi (s). Jadi itu adalah suntikan agar kesadaran kita bangkit, khususnya bagi para pengikutnya, dan untuk seluruh umat pada umumnya. Bangunlah!

Dan beliau membangunkan kita untuk mencapai level ketiga dalam Islam. Apakah level ketiga dalam Islam itu? Itu adalah Maqaam al-Ihsaan, di mana Nabi (s) menjelaskan:

An ta`bud-Allah ka-annaka taraah fa in lam takun taraah fa-innahu yaraak.

Untuk menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya dan jika engkau tidak bisa melihat-Nya, ketahuilah bahwa Dia melihatmu.

Ketika Jibril (a) bertanya kepada Nabi (s), "Yaa Rasuulullah! Apakah status dari Maqam al-Ihsaan, level kesempurnaan moral?" Nabi (s) menjawab, "Menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya." Itu artinya Rabbaaniyuun, sekarang itu adalah era dari pembukaan maqaam pada setiap murid yang sebelumnya tertutup. Kalian harus mencapainya, kalian harus mengejarnya! Sekarang, ada tajali untuk mereka, mereka tahu apa yang mereka katakan, yang telah dibuka untuk petisi mereka dan doa mereka, di mana mereka datang kepada Nabi (s) setiap hari. Mereka meminta, mengemis, dan memohon agar Allah (swt) membuka sesuatu dari tajali itu! Agar ia datang pada setiap orang yang terhubung dengan Mawlana Syekh Nazim (q).

Mawlana Syekh Nazim (q) menanggung kesulitan para pengikutnya di pundaknya dan beliau tahu bahwa kita adalah lemah, beliau tahu bahwa kita malas. Jadi mereka berusaha untuk membangunkan kita, dan mereka berkata, "Lihat, jika kalian tidak melakukan (kewajiban kalian), kami masih melakukannya untuk kalian, tetapi jangan sampai membuat kami malu dalam hadirat Nabi (s)." Itulah sebabnya Nabi (s) bersabda,

تفكر ساعة خير من عبادة سبعين سنة

Tafakkaru sa`atin khayrum min `ibadati saba`iina sannah.

Berpikir atau bertafakur selama satu jam, akan diberi ganjaran seolah-olah engkau beribadah selama 70 tahun.

Itu artinya, "Wahai Muslim! Wahai murid-murid, para pengikut Mawlana Syekh Nazim (q)! Kita harus berpikir, mengaudit diri kita sendiri setiap hari pada apa yang telah kita lakukan, jika tidak sampai satu jam, paling tidak lakukan selama lima menit. Jangan katakan, "Aku melakukan ini baik, itu baik," jangan. Sayyidina Adam (a) berkata, "Apa yang baik adalah dari Allah (swt), dan apa yang buruk adalah dari kami." Cek, apa yang buruk dan katakan, “Yaa Rabbii! Ampuni kami untuk itu.” Allah (swt) akan senang karena kalian ingat akan kesalahan-kesalahan kalian.

Allah (swt) berfirman di dalam kitab suci Al-Qur'an:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Qul yaa `ibadiiya 'Lladziina asrafuu `alaa anfusihim laa taqnathuu min rahmatillahi innallaha yaghfiru 'dz-dzunuuba jamii`an, innahu huwa al-ghafuuru 'r-rahiim.

Katakan (wahai Muhammad), "Wahai hamba-hamba-Ku yang telah menganiaya diri sendiri! Jangan berputus asa terhadap rahmat Allah. Mintalah ampun, dan Allah akan mengampunimu. (39:53)

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلاَّ لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللّهِ وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذ ظَّلَمُواْ أَنفُسَهُمْ جَآؤُوكَ فَاسْتَغْفَرُواْ اللّهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُواْ اللّهَ تَوَّابًا رَّحِيمًا

Wa law annahum idz dzalamu anfusahum jaa’uuka f 'astaghfarullaha w 'astaghfara lahumu 'r-rasuulu la-wajaduullaha tawwaaban rahiima.

Sesungguhnya, jika mereka ketika menganiaya diri mereka sendiri kemudian datang kepadamu (wahai Nabi), lalu memohon ampun kepada Allah, dan Nabi pun memohon ampun untuk mereka, tentulah mereka akan mendapati bahwa Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang. (4:64)

Tak seorang pun dari Wahhabi atau Salafi yang dapat mengatakan bahwa kalian tidak bisa pergi kepada Nabi (s), karena Allah (swt) menyebutkan hal itu di dalam kitab suci Al-Qur'an! Kalian harus menghadap beliau! Dari tempat kalian, kalian berdoa, Wa law annahum idz dzalamu anfusahum jaa’uka yaa Muhammad, "Mereka datang kepadamu, yaa Muhammad (s), secara langsung dari sini." Fastaghfarullah, "Mereka meminta ampun bagi mereka dalam hadiratmu dan engkau memintakan ampunan bagi mereka. Allah (swt) akan mengampuni mereka."

Allah berfirman di dalam kitab suci Al-Qur'an:

قُلِ اللّهُ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ

qul Allah wa dharhum fii khawdihim yal`abuun.

Katakan "Allah," lalu biarkan mereka bermain-main dalam kesia-siannya. (Surat al-An`am, 6:91)

“Katakan, ‘Allah!’"Ini bukan berzikir kepada Allah (swt); Allah berfirman di dalam kitab suci Al-Qur'an kepada Nabi (s), "Katakan ‘Allah!’ Lalu tinggalkan mereka untuk bermain apa pun yang mereka sukai atau menyangkal apa pun yang ingin mereka sangkal, tetapi katakan, ‘Allah!’” Jadi zikir "Allah" dapat diterima, tidak seperti yang mereka katakan, "Tidak diterima." Pintu dari bab kedua telah terbuka sekarang, untuk mengucapkan, Allah, Allah, Allah, lalu tinggalkan mereka, jangan ganggu mereka. Itulah yang dikatakan oleh Mawlana kemarin di dalam suhbah. “Jangan ganggu! Jangan katakan, 'Aku seorang Sufi,' tetapi katakan, 'Rabbaani.' Jangan katakan, 'Aku seorang Salafi,' katakan, 'Allah!'" Qul Allah! Dia tidak mengatakan, "Qul Sufi atau Salafi." Dia berfirman, Qul Allah, tsumma dzarhum fi khawdhihi yal`abuun. Katakan dulu kepada mereka, “Yaa Allah!” lalu, “Yaa Muhammad!” Biarkan mereka mengucapkannya.

Semoga Allah (swt) memanjangkan usia Syekh kita, memberinya kesehatan, dan memberi kita agar selalu bersamanya dan bersama dengan Mahdi (a).

Wa min Allahi tawfiiq wa salaamu `alaykum wa rahmatullahi wa barakatuh. bi hurmati 'l-barakaatuh, wa bi hurmati ‘l-habiib, bi hurmati ‘l-Fatihah.

(Mawlana Syekh Hisyam (q) membaca khatm.)

Setelah khatm:

Mawlana Syekh Nazim (q) berkata kemarin bahwa ini adalah suhbah terakhir yang beliau berikan dan mulai sekarang tidak akan ada suhbah lagi. Jadi kita memohon kepadanya kemarin, “Engkau penuh rahmat dan kami berharap agar engkau mengubah apa yang telah kau katakan.”

Beliau berkata, “Mereka menutupnya dari atas.”

Kami berkata, “Yaa Sayyidii! Engkaulah yang berada di atas dan engkau dapat membukanya kembali!”

Beliau berkata, “Katakan kepada mereka,” dan sekarang hari ini, baru saja, bagian terakhir, “Kita akan lihat nanti.”

Jadi kalian semua, adalah tugas kita di sini dan mereka yang mendengar dan menyaksikan kami (di Sufilive), untuk memohon kepada Allah (swt) agar beliau kembali memberikan apa yang biasa beliau berikan di dalam suhbah. Dan sungguh, tajali beliau sangat kuat kemarin! Awliyaullah telah menyegel sesuatu dan mereka tidak mengatakan apa itu. Itu artinya suatu izin yang berasal dari Nabi (s) kepada Sayyidina Mahdi (a), karena beliau menantikan satu izin untuk mengucapkan Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Sesuatu telah disampaikan melalui kalbu para awliyaullah, karena saya tahu bahwa Mawlana tidak pernah menghentikan suhbah beliau sepanjang hidupnya, beliau dapat berbicara sepanjang siang dan malam, tetapi terjadi beberapa perubahan. Jadi malam ini dalam sujud saat Salaat an-Najaat, mintalah agar Mawlana Syekh melanjutkan apa yang beliau katakan akan dihentikan, dan kita memintanya dari kita semua!

Bi hurmati 'l-habiib, bi hurmati 'l-Fatihah.

UA-984942-2